Mohon tunggu...
Lia Agustina
Lia Agustina Mohon Tunggu... pegawai negeri -

bukan manusia sempurna....

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Ada Cinta di Hati Rinjani... (Bagian 1)

15 Juni 2010   13:37 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:31 414
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Hingar-bingar, kepulan asap rokok, gerak-gerak tubuh bergelora seirama hentakan cepat musik sang DJ menyatu padu dalam ruangan itu. Suasana remang-remang yang ditaburi kilatan cahaya warna-warni dari lampu bak bola kristal memacu setiap orang terhanyut untuk melepas segala penatnya di lantai dansa. Semua berpesta menjelang dini hari tiba.

[caption id="attachment_167520" align="alignleft" width="300" caption="Ilustrasi : www.shutterstock.com"][/caption]

Di satu sisi ruangan, seorang wanita cantik tampak terkulai di meja bar. Sebelah tangannya masih menimang-nimang segelas cairan beralkohol. Lalu dicecapnya kembali cairan itu dengan sekali teguk. Rasanya memang getir, namun mampu membuatnya merasa terbang melayang seperti tak berpijak di bumi, meninggalkan semua kekalutan pikirannya yang terasa membelit berhari-hari.

"Tambahin lagi, Mas.....," Gadis itu menyorongkan gelas kosongnya ke arah seorang bartender pria. Namun sang bartender tersebut tampak ragu. Ini sudah entah ke berapa kalinya si gadis cantik minta gelasnya kembali diisi.

Tiba-tiba seorang wanita menyambar gelas kosong itu.  "Rin, cukup!! Loe udah terlalu mabuk.... Ayo, gue antar loe pulang sekarang!"

"Hah? Pulang? Hahahaha... seharusnya loe ngerti kalo gue lebih suka di sini daripada pulang.... Gue cuma pengen hepi-hepi all nite long, Diza......." Gadis itu kembali meracau. Sesekali ia cegukan, sesekali ia tertawa-tawa sendiri.

Wanita yang dipanggil Diza itu menatap sahabatnya dengan prihatin. Ada rasa penyesalan terbit di benaknya. "Tapi Rinjani.... , ini udah hampir dini hari. Suamimu...."

"Ssssttt... No.. Nooo....," potong gadis itu cepat. Ia mengibas-ngibaskan telunjuknya di depan wajah Diza "Gak ada tapi-tapi, Dizaaaa...... gak ada suami-suamian.... Gue gak pernah cinta dia.... hiks"

Diza menghela napas panjang. Berkali-kali sudah bibir Rinjani mengatakan bahwa ia tak pernah mencintai suaminya, bahkan dalam kondisi mabuk seperti itu. Sekilas sudut mata Diza menangkap kelap-kelip layar ponsel Rinjani yang tergeletak di atas meja bar. Dering ponsel itu tak kedengaran karena tertelan kebisingan suasana diskotik.

DAFFA calling...

Diza menggigit bibirnya. Bimbang. Haruskah panggilan itu dijawabnya? Setelah berpikir sejenak, Diza memutuskan untuk mengangkatnya, mengabarkan apa yang sedang terjadi....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun