Kami belajar banyak tentang efisiensi dan manajemen waktu, karena kami harus menyeimbangkan antara pekerjaan utama dan bisnis sampingan ini.
Menyiapkan Mental Saat Mulai Berbisnis
Di sini sebenarnya yang menarik, sebenarnya bukan pada bisnis yang akan kita buka, bangun dan tekuni, namun bagaimana mempersiapkan mental saat berbisnis, karena berbisnis sangat berbeda saat menjadi seorang karyawan.
Sebagai karyawan, Anda memiliki kepastian gaji, jam kerja yang teratur, dan tugas yang jelas. Sementara itu, dunia bisnis penuh dengan ketidakpastian dan tantangan yang tak terduga.
Bisnis itu tidak selamanya ramai, dan juga tak selamanya sepi. Di sinilah mental yang harus dipersiapkan. Tentu banyak pertanyaan, bahkan kekhawatiran yang muncul di benak kami, seperti bagaimana bila tidak laku, bagaimana bila stok menumpuk, bagaimana bila... dan berbagai kekhawatiran lainnya. Kekhawatiran ini adalah hal yang wajar, bahkan bagi pebisnis berpengalaman sekalipun. Namun, bagaimana kita menghadapinya adalah kuncinya.
Di sinilah kami mulai menyiapkan mental dan psikologi kami. Kami sering berdiskusi tentang kemungkinan terburuk dan bagaimana kami akan menghadapinya. Kami juga mencoba untuk tidak terlalu fokus pada hasil akhir, tetapi lebih pada proses dan pembelajaran yang kami dapatkan. Kami meyakini bahwa setiap kegagalan adalah pelajaran berharga yang akan membuat kami lebih kuat dan lebih bijaksana.
Tentunya, sebelum mulai membuka bisnis, hal teknis pun sudah kami persiapkan. Kami melakukan riset pasar kecil-kecilan. Kami mencari tahu siapa target pasar kami, berapa harga jual produk serupa di pasaran, dan apa kelebihan serta kekurangan pesaing. Kami juga menghitung dengan cermat Harga Pokok Penjualan (HPP), menentukan margin keuntungan yang realistis, dan menetapkan harga jual yang kompetitif namun tetap menguntungkan. Semua perhitungan ini sangat penting untuk memastikan bisnis kami berkelanjutan.
Tentu Anda penasaran, apa yang kami lakukan setelah semua sudah dilakukan. Tentu Anda masih ingat dengan jargon suporter klub bola dari Surabaya, yaitu:
Salam satu nyali, WANI!
Ya, wani atau dalam Bahasa Jawa berarti Berani. Dalam hal ini, yang dimaksudkan adalah berani memulai bisnis menjadi kekuatan mental kami untuk mulai berbisnis. Kami memutuskan untuk tidak lagi berlama-lama dalam keraguan. Kami tahu bahwa tidak ada jaminan kesuksesan, tetapi kami juga tahu bahwa tidak akan ada kemajuan jika kami tidak berani melangkah.
Keberanian untuk memulai inilah yang membedakan para entrepreneur dengan mereka yang hanya bermimpi. Kami mengambil risiko yang terukur, belajar dari setiap kesalahan, dan terus beradaptasi dengan perubahan. Mental "wani" ini adalah pondasi utama yang membuat kami bisa bertahan dan terus berkembang dalam perjalanan bisnis kami. Kami menyadari bahwa perjalanan bisnis ini akan penuh liku, namun kami siap menghadapinya dengan mental baja.
Bisnis Keripik dengan Konsep Dropship Menjadi Bisnis Impian Kami Saat Ini
Membicarakan bisnis memang selalu menarik. Bisnis memang penuh dinamika, apalagi pasca wabah pandemi Covid-19 beberapa tahun lalu. Dunia bisnis mengalami perubahan besar-besaran, dengan banyak bisnis tradisional yang terpaksa gulung tikar, sementara bisnis online dan digital justru meroket.
Begitu pula dengan bisnis keripik pedas yang sudah berlalu dan mulai berkurang pamornya. Tren pasar berubah, dan minat konsumen pun bergeser. Kami merasa perlu untuk beradaptasi atau mencari peluang baru. Dan saat kami harus pulang ke kampung untuk menemani ibu yang sedang sakit. Keputusan ini, meskipun berat, ternyata membawa kami pada sebuah titik balik yang tak terduga.