Aku seperti berada di dalam bejana sempit
Bersama teman kecil yang menjuntai di perutku
Aku ingin keluar bersama keramaian yang terdengar sangat menyenangkan
Ada banyak hal yang ingin kucoba
Makanan yang beragam, sedang di sini hanya ada darah
Aku ketuk-ketuk dinding yang menghalangi ini
Aku tendang sekuat tenagaku, tetapi aku masih terlalu lemah
Seketika itu ada sesuatu yang meraba dari balik dinding ini
Hangat menyelimuti tubuhku, hingga aku tertidur pulas
Dalam tidurku, ada pendar cahaya yang membisik
Menjanjikan kehidupan di luar sana
Namun, aku harus melaksanakan seluruh syaratnya
Dan meninggalkan teman kecil yang selalu aku dekap
Di sini nyaman, aku dapat melihat semuanya dari sini
Hanya saja ada sesuatu spesial yang ingin kulihat
Yakni rupa sang pemilik wadah dan tangan lembut yang mengusapku setiap malam
Juga sosok lelaki gagah yang mencium dinding ini setelah sujudnya
Aku terima tawaran itu dan aku berpisah dengan kawan kecilku
Perlahan aku menyeruak dinding menuju alam yang disebut dengan kehidupan
Dingin menusuk kulitku, aku tak tahan
Aku bingung dan ketakutan
Aku ingin kembali ke sana, tempat semula aku berada
Namun tak bisa, tangan-tangan kasar memaksaku keluar
Hingga menyisakan bercak merah kebiruan di badanku
Aku menangis, rindu akan teman kecilku
Aku menjerit, hingga seisi ruangan datang mengerumuniku
Lantunan ayat suci seketika menenangkan jiwaku
Disaat itulah aku bisa merasakan debar jantungku menyatu dengan debar jantung pemilik rumahku yang dulu
Dia memeluk dan menciumku
Air mata hangatnya menetes di pipiku
Perlahan dia menyuguhkanku dengan air yang sangat nikmat
Hingga aku tertidur pulas
Di sini, dalam dekap ibuku
Dalam dunia baruku
Tanggamus, 12 Maret 2020