Melalui film Ini saya ingin mengangkat kisah inspiratif seorang perempuan buta yang memperlihatkan mi batik dengan rust yang menjiwal. Saya pun lngln mengajak penonton untuk menikmati semua bunyi, sunyi dan semua perasaan yang ada dalam batik seperti yang selalu dirasakan Sekar. Di balik setiap motif
Titimangsa Foundation adalah yayasan nirlaba yang dibentuk Happy Salma pada Oktober 2006. Titimangsa bergerak di bidang budaya. Pada awal terbentuknya, Titimangsa ditujukan untuk menjadi wadah seorang Happy Salma menuangkan ekspresi kreatifnya dalam berkesenian. Happy senang menulis dan bermain di panggung teater, maka untuk mewadahi kesukaannya, Happy membuat sebuah badan.
Titimangsa sendiri artinya adalah terjadi pada saat yang tepat. Terbentuknya Titimangsa pun bukan didasarkan ambisi untuk sukses dan target untuk dikenal yang muluk, tetapi lebih karena Titimangsa memang dlbutuhkan sebagai sarana untuk dapat berkesenian. Pada prosesnya, Titimangsa telah menghasilkan beberapa karya pertunjukan maupun literatur yang patut diperhitungkan di kancah nasional.
Beberapa kegiatan yang telah Titimangsa laksanakan di antaranya Keliling Sastra 10 SMU di Jakarta (2006), Keliling Sastra di beberapa kota di Indonesia seperti Jogjakarta, Sumbawa, Jepara, Jambi, Kupang, Solo, Semarang, Jakarta, dengan tujuan untuk menggelorakan kembali kesukaan anak-anak muda pada sastra (2007 2009).Â
Pentas teater "Ronggeng Dukuh Paruk" yang diadaptasi dari novel "Ronggeng Dukuh Paruk" karya Ahmad Tohari yang dipentaskan di Amsterdam, Bern Swiss dan Teater Kecil Taman Ismail Marzuki (2009), pementasan teater "Hanya Salju dan Pisau Batu" karya Happy Salma dan Pidi Baiq yang dipentaskan di Teater Kecil TIM (2010), pementasan teater "Monolog lnggit" karya penulis naskah Ahda Imran dan Sutradara Wawan Sofwan yang diadaptasi dari novel "Kuantar Ke Gerbang" karya Ramadhan KH yang dipentaskan beberapa kali di Jakarta dan Bandung (2011 - 2014).
Teater "Wayang Orang Rock Ekalaya" yang dipentaskan di Tennis Indoor Senayan, Jakarta (2014), parade monolog 8 petempuan bertajuk "Aku Perempuan" yang dipentaskan dalam rangka memperingati Hari Kartini di Galeri Indonesia Kaya (2014), teater "Monolog 3 Perempuan" yang dipentaskan sebagai bentuk apresiasi terhadap sastra Indonesia (Galeri Indonesia Kaya, 2014).
Pentas teater "Kisah 3 Titik" yang dipentaskan di Jakarta tahun 2016,"Sukreni Gadis Bali" naskah yang diadaptasi dari novel "Sukreni Gadis Bali" karya A. A. Pandji Tisna di Jakarta (2016), "Bunga Penutup Abad" di Jakarta (2016) dan "Roos von Tjikembang" yang diadaptasi dari novel "Bunga Roos dari Tjikembang" karya Kwee Tek Hoay pada tahun 2017.
"Perempuan Perempuan Chairil" yang merupakan biografn puitik dari penyair Chairil Anwar (Jakarta, 2017), Teater Tari "Citraresmi" (Bandung, 2017), Pameran Arsip "Namaku Pram" (Jakarta, 2018), Membaca Sastra "Melihat Masa Lalu, Melihat Masa Kini" (Jakarta, 2018), dan Pementasan teater "Episode: Tarung/Stripping/Rbbrnck" (Jakarta, 2018).
Menyelenggarakan pameran Tulola Jewelry yang bertajuk "Pita Loka" (2013), "Tanah Air" (2014), dan "Perempuan dalam Bumi Manusia" (2015), menerbitkan buku biografi kreatif "Desak Nyoman Suarti" seniman perak dari Bali (2015), memproduksi film pendek "Kamls Ke-300" (2013) yang pada tahun 2014 mendapatkan kesempatan screening di Belanda dalam ajang CinemAsia Film Festival 2014, dan mendapatkan dukungan dari HIVOS untuk screening di Jakarta, Bandung dan Malang.
Seat Ini, Titimangsa juga fokus bergerak mewadahi seniman-seniman yang berpotensi tinggi tetapi tidak mempunyai akses menuju publik untuk menunjukkan karyanya.Â
Fourcolours Films adalah sebuah rumah produksi yang didirikan oleh Ifa lsfansyah sejak tahun 2001 di Yogyakarta. Bebenpa prodursl film pendenza meralh penghargaan dl dalam dan di luar negerl.Â