Setiap tanggal 22 September, selalu diperingati sebagai Hari Badak Sedunia (World Rhino Day). Badak adalah salah satu hewan mamalia purba yang masih bertahan hidup di muka bumi hingga kini. Badak sudah ada sejak 50 juta tahun lalu.
Indonesia mesti berbangga dikarenakan dari 5 spesies jenis badak di dunia yang masih tersisa, terdapat 2 spesis badak di Indonesia, yaitu Badak Jawa (Rhinocerosu sundaicus) dan Badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis).
Dan kini di Pulau Kalimantan pun telah ditemukan badak juga yang merupakan sub-spesies Badak Sumatera (Sumber: Tropical Forest Conservation Act Kalimantan-TFCA Kalimantan, 2025). Badak Kalimantan ini mempunyai nama ilmiah (Dicerorhinus sumatrensis harrissoni). Namun Badak Kalimantan ini ukurannya lebih kecil dari Badak Sumatera.
Sejak tahun 1978, badak dikategorikan sebagai spesies terancam punah (critically endangered) dalam Red List Data Book yang dirilis oleh International Union for Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN). Badak mendapat prioritas utama untuk dikonservasi dari ancaman kepunahan, termasuk Badak Jawa.
Di dalam Apendiks I - Convention on International Trade in Endagered Species of Wild Fauna and Flora (CITES), Badak Jawa terdaftar sebagai jenis hewan yang jumlahnya sangat sedikit di alam dan dikhawatirkan akan punah. Pemerintah Indonesia pun melindungi keberadaan Badak Jawa ini melalui Peraturan Pemerintah No.P 106 Tahun 2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa Dilindungi yang Terancam Eksitensinya.
Badak adalah hewan yang paling terancam kehidupannya saat ini. Populasinya di muka bumi ini terus menurun. Badak terancam punah. Badak Jawa adalah badak yang paling langka di antara 5 spesies badak di dunia ini dan dikhawatirkan punah.
Pada saat ini, rumah Badak Jawa itu berada di Ujung Kulon, sebuah Taman Nasional di ujung barat Pulau Jawa. Sejak tahun 1930-an, populasi Badak Jawa ini terkonsentrasi di Ujung Kulon (Sumber: Yayasan Badak Indonesia, 2025).
Di Ujung Kulon, yang merupakan hutan hujan tropis dataran rendah, Badak Jawa tersebar di bagian selatan Semenanjung Ujung Kulon. Mereka berkeliaran di areal daerah-daerah aliran sungai seperti Cibandawoh, Cikeusik, Citadahan dan Cibunar.
Berdasarkan data terbaru dari Balai Taman Nasional Ujung Kulon (BTNUK), terdapat sekitar 80 hingga 100 ekor jumlah Badak Jawa di Ujung Kulon. Dari jumlah tersebut, termasuk 3 anak badak yang teridentifikasi pada 20 April 2025 lalu oleh Tim Ujung Kulon Patrol saat menemukan jejak tapak kaki anak badak.
Badak Jawa, Si Pemalu Bercula Satu
Badak Jawa ini ukuran tubuhnya lebih besar dari Badak Sumatera. Badak Jawa ini dikenal dengan Badak Bercula Satu. Cula hanya tumbuh di badak jantan dengan ukuran panjang rata-rata 20 - 25 cm bahkan hingga 30 cm. Terkadang ditemukan cula pada badak betina desa walau sebesar kepalan tangan.
Badak Jawa ini mempunyai ciri unik berupa kulit tebal berwarna abu-abu dengan lipatan-lipatan besar, sehingga selintas mirip baju zirah (baju baja). Lipatannya itu ada tiga, yang melintang di punggungnya yaitu lipatan kulit pada bagian bawah leher, lipatan dengan bahu di atas punggung dengan membentuk sadel (pelana) serta lipatan di bagian dekat pangkal ekor dan bagian atas kaki belakang.