Mohon tunggu...
Raden Firkan Maulana
Raden Firkan Maulana Mohon Tunggu... Pembelajar kehidupan

Menulis untuk Kehidupan yang Lebih Baik

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Mengisi Liburan Sekolah dengan Menulis di Kompasiana

9 Juli 2025   11:53 Diperbarui: 9 Juli 2025   11:53 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Musim liburan sekolah kali ini merupakan liburan yang berbeda yang dialami oleh anak pertama saya. Liburan sekolah akhir Juni hingga awal Juli ini tidak pergi ke luar kota. Dan tidak pergi berlibur menginap di rumah saudara.

Hal ini dikarenakan pasca kelulusan dari kelas akhir di madrasah tsanawiyah, harus mengikuti proses pendaftaran sekolah ke SMA/SMK melalui 2 tahap. Proses pendaftaran tersebut memakan waktu yang panjang karena ada 2 tahap. Selain itu, energi dan pikiran juga tersedot dalam proses pendaftaran tersebut.

Apalagi anak saya tidak diterima saat mendaftar Tahap 1 SPMB, sehingga di minggu-minggu selanjutnya harus mendaftar ke Tahap 2 SPMB. Untungnya, pendaftaran Tahap 2 SPMB Jalur Prestasi ke SMK di Provinsi Jawa Barat tidak ada tes tambahan seperti tes terstandar daerah, uji minat dan bakat. Jadi murni hanya jalur rapor saja.

Dengan kondisi demikian, sulit bagi saya dan anak-anak untuk mencari waktu yang tepat untuk mengisi liburan. Apalagi si bungsu pun, mengalami hal yang serupa yaitu harus daftar untuk melanjutkan ke jenjang sekolah menengah pertama. 

Membaca Buku
Liburan kali ini diisi oleh aktitvitas membaca. Buku-buku yang dibaca anak pertama saya itu, buku-buku tentang sejarah perjuangan dan pergerakan Bangsa Indonesia melawan penjajah. Awalnya, dia meminjam koleksi saya yaitu buku tetralogi Pulau Buru karya Pramoedya Ananta Toer.

Namun di dalam lemari buku, anak saya menemukan buku-buku lain yang menarik perhatiannya. Buku-buku tokoh bangsa seperi Sutan Sjahrir, dia ambil. Lalu buku Madilog, Tan Malaka pun dia raih. Termasuk buku Aksi Massa, dia bawa juga dari rak buku.

Saya bertanya, kenapa tertarik buku-buku itu? Anak saya menjawab kalau di instagram sering melihat status dan konten-konten tentang politik dan sejarah bangsa. Dan di youtube, dia pernah juga melihat konten tentang Tan Malaka.

Awalnya dia membaca novel Bumi Manusia, namun perhatiannya teralihkan ke buku Madilog. Halaman demi halaman dia baca buku tersebut. Dia bilang, kok kalimat-kalimat yang disajikan dalam buku Madilog itu susah dipahami.

Saya hanya bilang, dulu saja saat pertama baca buku itu kepala saya langsung pening. Dulu saya baca buku itu sekitar 30 tahun lalu saat masih jadi mahasiswa. Dan untuk bisa memahami isinya, buku itu saya baca hingga 3 kali dan berdiskusi dengan teman-teman.

Akhirnya, anak saya membaca buku yang lain. Buku Madilog dia simpan dulu dan sebelumnya dia tandai halaman yang sudah baca. Kemudian dia mulai membaca buku Aksi Massa, Tan Malaka. Rupaya dia tertarik membacanya karena sering lihat di media sosial, berita-berita tentang unjuk rasa, protes dan demostrasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun