Terus terang saya tidak pernah mengikuti War Takjil yang akhir-akhir ini menjadi trend. Sebagaimana diketahui, war takjil ini menjadi pembicaraan yang hangat tahun-tahun belakangan ini gara-gara ulah para pemburu takjil yang menjadikannya konten di berbagai platform media sosial.Â
Walau sebenarnya kemeriahan berburu takjil di luar rumah khususnya di sudut-sudut kota seperti di pinggir jalan, di dekat mesjid, di dekat perkantoran, sudah ramai sejak dahulu. Nah, saya sendiri dulu pernah juga beli takjil saat masih sendiri, di mana waktu itu saya tinggal dan bekerja di luar kota.
Sekarang ini, di kota tempat saya tinggal, salah satu tempat war takjil favorit warga Bandung adalah di sekitaran Mesjid Pusat Dakwah Islam (Pusdai) Bandung, tak jauh dari Lapangan Gasibu dan Kantor Gubernur Provinsi Jawa Barat. Setiap sore mulai dari jam 15 hingga saat berbuka puasa, pasti jalan-jalan sekitar Mesjid Pusdai tersebut ramai oleh orang-orang yang membeli takjil.
Saya sendiri sudah pasti menghindari jalanan sekitar Mesjid Pusdai tersebut. Tapi suatu ketika saya sengaja mendatangi Mesjid Pusdai karena memang kebetulan ada urusan di sekitar daerah tersebut. Saya memutuskan untuk ke Mesjid Pusdai karena kalau saya langsung pulang ke rumah, pasti saya akan kemalaman tiba di rumah, apalagi dengan kondisi kemacetan lalu lintas yang ada,
Akhirnya daripada saya harus buka di tengah perjalanan pulang, mending saya Sholat Magrib dan dilanjut Shalat Isya dan Shalat Tarawih di Mesjid Pusdai. Saat itu, sudah jam 17.30 WIB, sekitar 30 menit lagi akan segera tiba waktu berbuka puasa.
Setelah mengambil wudhu, seorang bapak berpeci sepertinya pengurus mesjid, mengarahkan saya dan juga orang-orang untuk masuk ke dalam mesjid. Tampak di dalam sudah banyak orang-orang yang duduk  bersila dengan rapih saling berhadap-hadapan
Tak lama kemudian, beberapa orang pengurus mesjid datang membawa bungkusan kantung plastik besar. Dengan tertib mereka mengambil box-box makanan takjil dari kantung plastik tersebut dan membagikannya satu persatu kepada orang-orang yang duduk.
Alhamdulillah, saya juga termasuk yang mendapatkan jatah pembagian tersebut. Rejeki anak sholeh. Ketika adzan Magrib berkumandang, seketika orang-orang mulai segera boks makanan takjil, yang isinya paket lengkap berupa makanan kecil, makanan utama dan minuman air putih.
Takjil Gratis Tidak Hanya di Mesjid
Di berbagai mesjid yang ada di Kota Bandung, takjil gratis ini sudah menjadi kegiatan rutin. Misalkan, di Mesjid Agung, Mesjid Salman ITB, Mesjid Daarut Tauhid AA Gym, dan masih banyak lagi. Selain mesjid-mesjid besar, banyak juga mesjid-mesjid kecil bahkan mushola yang menyediakan takjil gratis. Biasanya menu takjil di mesjid-mesjid besar itu, lebih menarik menunya.
Selain di mesjid, takjil gratisan ini banyak juga di tempat-tempat lain. Ketika saya naik sepeda motor melewati jalanan dekat Kampus Univesitas Padjadjaran sekitar Jalan Dipati Ukur, saya pernah diminta ke pinggir jalan oleh sekelompok anak muda. Rupanya mereka memberikan saya sekantong plastik berisi gorengan dan gelas plastik air bening.
Di lain waktu, ketika saya ngabuburit dengan jalan-jalan di  sekitar Lapangan Saparua, saya pernah juga "dicegat" oleh sekelompok tentara. Saya kaget. Ternyata para tentara itu juga memberikan saya boks makanan. Lapangan Saparua ini memang dekat dengan Kodam III Siliwangi dan komplek kantor-kantor militer.
Bahkan kadang saya pernah menjumpai juga sekelompok orang dengan naik motor atau mobil, sengaja keliling kota dan di sudut-sudut kota tertentu mereka berhenti. Mereka turun dari kendaraannya, dan menyebar mendekati orang-orang yang mereka jumpai. Ada orang yang duduk di bangku halte bus, ada orang yang sedang berjalan kaki di trotoar dan sebagainya. Mereka membagikan boks makanan takjil kepada orang-orang tersebut.Â
Kelebihan dan Kekurangan Takjil Gratis
Takjil gratis ini ada kelebihan dan kekurangan. Untuk kelebihannya, yang pertama tentu saja gratis. Yang kedua, banyak terdapat di setiap tempat di kota-kota besar. Yang ketiga, jika Anda beruntung bisa mendapatkan menu takjil gratis yang menarik yaitu makanan pembuka dan makanan utama.Â
Yang keempat, uang anda bisa dihemat. Uang Anda bisa dipakai untuk keperluan lain. Yang kelima, tidak perlu war takjil karena sudah dibagi jatahnya dengan tertib.
Namun ada juga kekurangan takjil gratis ini. Yang pertama, anda kehabisan takjil gratis karena jumlah takjil yang terbatas sementara orang yang mau berbuka itu lebih banyak.
Yang kedua, menunya sudah ditentukan jadi anda jangan berharap menu macam-macam sesuai keinginan anda. Yang ketiga, umumnya porsi takjil gratis itu minimalis. Jika anda masih lapar, disarankan jangan meminta tambahan porsi lagi. Pasti malu.Â
Yang keempat, kurang seru saat pembagian takjil gratis, karena semua orang duduk dengan tertib. Tidak ada desak-desakan. Apalagi saling berebut. Tapi pernah juga sih saya ngalamin saling cepet-cepetan mengambil segelas kolak di suatu mesjid. Karena saya lihat, kolak takjilnya terbatas, sementara orang-orang yang ada di dalam mesjid lumayan banyak.Â
Pilih War Takjil Gratisan atau Berbayar?
Kalau saya pribadi, saya pilih war takjil gratisan. Pilihan ini berdasarkan uraian kelebihan dan kekurangan takjil gratis yang sudah tulis di atas. Dan tentunya, buat saya dengan menu takjil gratisan ini (utamanya yang ada di mesjid), saya akan menjadi lebih khusyu menantikan saat-saat berbuka puasa dengan menunggua suara adzan Magrib berkumandang.
Setelah tiba waktu berbuka puasa, saya akan segera berbuka puasa. Tak lama kemudian, ada panggilan iqamah shalat sebagai penanda akan segera dilaksanakan Shalat Magrib berjemaah. Dan saya pun melaksanakan Shalat Magrib berjemaah.
Seusai Shalat Magrib, jika boks makanan takjil nya ada berisi makanan utama, maka saya akan segera memakannya. Selesai makan, saya menunggu waktu Shalat Isya tiba dan biasanya dilanjut dengan Shalat Tarawih berjemaah.
Jadi seperti itulah, sedikit cerita saya mengikuti war takjil gratisan. Tidak heboh. Tapi khusya dan meninggalkan kesan mendalam. Pasti beda jauh dengan war takjil berbayar yang ramai. Penuh hiruk pikuk.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI