Mohon tunggu...
Firdiyanti Al Maidha
Firdiyanti Al Maidha Mohon Tunggu... Freelancer - Student at Electronic Engineering Polytechnic Institute of Surabaya

Menulis membuat saya dituntut untuk membaca dan memahami hal-hal yang terjadi disekitar, tentunya menambah pengetahuan, serta menyalurkan ide maupun pikiran yang ada pada diri saya. Selain memiliki ketertarikan dengan kepenulisan, saya juga menyukai design, public speaking (oral speech, professional communication) dan juga event organizing.

Selanjutnya

Tutup

Gadget Pilihan

Cyber Bullying di Indonesia Makin Liar, Psikolog: Pembatasan Gadget Menjadi Solusinya

6 Oktober 2021   19:05 Diperbarui: 6 Oktober 2021   19:14 3723
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tingginya angka kasus cyberbullying pada anak-anak dipicu oleh tingginya konsumsi internet pada anak-anak. Sumber: www.shutterstock.com 

Data pada bulan Maret 2021 menunjukkan bahwa jumlah pengguna internet di Indonesia mencapai 212,35 juta pengguna. Di antara pengguna internet tersebut, remaja merupakan kelompok yang sangat sering mengakses internet. 

Dengan banyaknya pengguna internet pada remaja, di satu sisi merupakan hal yang baik karena mereka difasilitasi agar dapat menyesuaikan diri di tengah erah digital yang semakin tak terbatas dan tanpa batas. 

Mereka dapat menggunakan internet sebagai wadah untuk belajar, mendapatkan berbagai informasi, dan mempermudah komunikasi.  Akan tetapi, di sisi lain hal ini justru menyebabkan beberapa masalah serius atau bahaya terkait penggunaan internet yang mereka lakukan. 

Sebagian remaja mengalami kecanduan internet, game online, terpapar oleh materi seksual, kecanduan seks, terlibat perjudian online, atau terlibat dalam tindakan cyber. 

Salah satu tantangan dan bahaya besar yang harus dihadapi adalah Cyber bullying. Meskipun Cyber bullying terjadi pada media online, akan tetapi lebih kejam daripada bullying karena meninggalkan jejak digital seperti foto, video, dan tulisan.

Dampak yang ditimbulkan juga sangat dahsyat karena dapat mempengaruhi dan mengguncang mentalitas dan psikologis seseorang. Korban Cyber bullying cenderung akan menarik diri dari lingkungan sosial. Mereka cenderung mengalami perasaan cemas, takut, depresi, dan akhirnya mengisolasi diri agar terhindar dari kehidupan sosial. 

Cyber bullying memang terjadi melalui media internet, akan tetapi orang yang berada di sekitarnya dapat mengetahuinya. Hal ini menyebabkan korban mendapat perlakuan yang kurang menyenangkan dan dikucilkan masyarakat. 

Perlakukan bullying yang secara terus-menerus melalui jejaring internet oleh orang luas akan menyebabkan stress, depresi, cemas, dan mendatangkan gangguan Post Traumatic Stress Disorder (PTSD). Hingga akhirnya rasa ingin bunuh diri akan muncul pada diri korban.

Menurut Dr. H. Ahmad Gimmy Prathama, M.Si., Psikolog, Cyber bullying sangat mempengaruhi kesehatan mental seseorang. Karena cyber bullying ini paling tidak melecehkan dan membuat korban menjadi bawah hinaan, candaan, ejekan, dan sebagainya yang tentunya tidak mencerminkan saling menghormati dan menghargai orang lain.

Kasus Cyber bullying pada anak-anak hingga remaja di Indonesia tergolong sangat krusial. Salah satunya yaitu kasus beredarnya video bullying pada sekelompok anak SMP yang brutal dengan menganiaya seorang remaja perempuan. 

Setelah dilakukan penelurusan, pelaku yakni siswa kelas dua SMP dan kelas 4 SD yang membentuk sebuah geng bernama Brother of Santay (BOS).

Selain itu, kasus Cyber bullying juga terjadi pada salah satu akun lokal Sulawesi Selatan yang akhir-akhir ini viral karena penindakan pelanggaran PPKM dengan kekerasan. "Fotonya disebarluaskan bukan tentang tindakan itu tapi dikomentarin dengan sangat jelek menyangkut fisik. Betapa kasarnya orang Indonesia. 

Sekarang pelakunya sudah mendapat menjalani proses hukum, dia tidak berhenti di-bully. Kasihan dia sudah dihukum, kalau memang dia salah netizen tidak perlu lagi menghakimi," ungkap salah satu anggota NXG Indonesia.

Menanggapi permasalahan Cyber bullying yang semakin mengguncang ini, Anna Surti Ariani dari Ikatan Psikolog Klinis Indonesia (IPK Indonesia) mengungkapkan pembatasan penggunaan gadget dapat meminimalisir terjadinya Cyber bullying. 

"Memberikan edukasi terkait apa itu Cyber bullying. Ketiga, membatasi konten dan aplikasi pada gawai. Dan keempat, menjadi contoh dalam berperilaku digital yang baik," jelas Anna Surti.

Membatasi disini bukan hanya sekadar mengurangi dalam segi waktu saja, akan tetapi juga pada penggunaannya ke hal-hal yang positif. Memanfaatkan sosial media untuk kepentingan bimbingan online, meeting, mencari informasi terkait edukasi, pekerjaan, dan hal-hal positif lainnya tentunya dapat dapat meminimalisir timbulnya Cyber bullying. Sehingga, mentalitas dan kondisi psikologi seseorang tetap terjaga dengan baik. Bahkan kegiatan-kegiatan tersebut tentunya dapat memperluas wawasan seseorang.

Referensi

Cyberbullying: Pengertian, Dampak & Kasus Cyberbullying di Indonesia

Fenomena Cyberbullying di Indonesia

Kasus Bullying yang Menggemparkan Indonesia

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun