Mohon tunggu...
Firdaus Al Faqi
Firdaus Al Faqi Mohon Tunggu... Nulis suka-suka.

Bukan malaikat, jadi wajar kalo banyak salahnya.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Menguak Alasan Kenapa Ibu-ibu Suka Nyimpen Kantong Kresek dari Perspektif Behavioral Economics

7 Mei 2025   10:00 Diperbarui: 7 Mei 2025   08:43 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Pernah mikir nggak, kenapa ibu-ibu suka banget nyimpen kantong kresek? Mulai dari kantong bekas belanja di minimarket sampai plastik hasil dari tukang sayur. 

Semuanya disimpen rapi, biasanya dilipat kecil-kecil terus dijejelin ke kantong khusus di dapur. 

Kalau kita lihat sekilas, ini memang kebiasaan yang sederhana, tapi ternyata di balik itu semua ada alasannya. Terutama kalau kita bahas dari perspektif behavioral economics.

Konsep Mental Accounting Membuat Ibu-Ibu Menilai Kantong Kresek Adalah Aset

Ketika ibu-ibu menerima kantong kresek, otak mereka langsung mengelompokkan kresek sebagai aset. 

Kok bisa? 

Mental accounting itu konsep di behavioral economics yang jelasin cara seseorang mengelompokkan dan mengalokasikan sesuatu, meski seringnya nggak logis dan optimal. 

Kalau konteksnya ibu-ibu yang nyimpen kantong kresek, ada faktor psikologis yang mendasarinya. Salah satunya, pengalaman dan kebiasaan ibu-ibu lain yang sering menganggap kresek punya nilai guna praktis yang tinggi. 

Ada juga alasan framing yang merupakan persepsi atas metode penyajian informasi. Misalnya, kantong kresek ini sering disampaikan sebagai sesuatu yang gratis atau bonus pas belanja. 

Jadi, nggak heran kalau persepsi yang terbentuk adalah plastik jadi suatu tambahan yang bernilai tanpa perlu ngeluarin biaya lebih. 

Ketiga, alasan nilai potensial. Seorang ibu-ibu itu punya kebiasaan buat ngitung dan memprediksi manfaat suatu barang atau sesuatu di masa depan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun