Permasalahan yang masih terjadi dan belum mendapatkan titik tengah di desa Pondokbungur yaitu kesadaran partisipasi buang sampah dengan program pemerintah pengangkutan sampah sekali/dua kali dalam seminggu masih minim dikarenakan hal ini berkaitan dengan kesadaran dalam diri individu masing-masing yang dimana solusi utamanya yaitu ada dalam diri individu masing-masing. kemudian, permasalahan yang kedua yaitu mengenai sumber mata air yang bercabang.Â
Di desa Pondokbungur, Sumur bukan menjadi sumber mata air primer dikarenakan secara dominan keadaan tingkat kedalaman air berbeda dan cukup dalam. Hal tersebut menjadikan banyak penduduk kurang dalam jika membuat sumur sehingga air tidak muncul sebagai mana mestinya, hal tersebut dirasakan oleh sebagian besar penduduk desa Pondokbungur.
Sehingga hal tersebut membuat penduduk membayar iuran air sesuai besarnya meteran yang telah dipakai dari sumber mata air khusus di kawasan lain yaitu di wilayah Ci Janun. Informasi tersebut didapat dari hasil wawancara Ketua RT di setiap RT yang ada di desa Pondokbungur dan Kepala desa beserta Sekretaris desa Pondokbungur.
Dirasakan oleh saya pribadi yang bertempat tinggal di rumah dinas Pondokbungur sepanjang kegiatan KKN ini, dimana air yang berasal dari Ci Janun maupun dari sumber mata air di wilayah lainnya itu secara dominan masih keruh, berwarna kecokelatan, tetapi tidak berbau. hal tersebut tentunya membuat sedikit kerisauan jika disangkut pautkan dengan kesehatan. Dikhawatirkan air keruh tersebut mengandung bakteri maupun zat besi yang selama ini belum diidentifikasi dan diberikan solusi mengenai cara pengelolaan, pengolahan maupun cara manajemen air yang baik.
Dari permasalahan tersebut saya pribadi terbesit untuk melakukan suatu wujud yang nyata demi menciptakan perubahan secara berkesinambungan, hal tersebut saya implementasikan dengan mengadakan edukasi dan praktek filtrasi air kotor dengan metode sederhana.Â
Filtrasi air kotor dengan metode sederhana juga dapat membantu memanajemen sampah rumah tangga dikarenakan wadah untuk menampung elemen penyaring air kotor menggunakan botol plastik bekas yang dibersihkan terlebih dahulu tentunya. Dengan elemen-elemen sebagai berikut: Kapas, arang, kerikil dan pasir.
Agar praktek filtrasi air kotor ini dapat efisien dan lebih kondusif untuk dilakukan, maka dilaksanakan di Kelas 6 SDN 1 Pondokbungur karena anak-anak sebagai penerus generasi selanjutnya sebagai agent of change serta kelas 6 memiliki tingkat kognitif yang paling tinggi di taraf SD dibandingkan dengan kelas lainnya.
Pada pelaksanaan program kerja individu ini, kelas 6 dibagi kedalam 8 kelompok untuk melaksanakan filtrasi air kotor dengan metode sederhana dengan elemen-elemen pendukungnya.
Sebelum melaksanakan praktek filtrasi air kotor, saya mengajukan pretest terlebih dahulu sebagai titik awal untuk mengetahui tingkat pengetahuan siswa siswi kelas 6 mengenai filtrasi air kotor dengan metode sederhana yang nantinya dapat dijadikan sebagai perbandingan secara nyata.
Pelaksanaan pretest: