Ramadan, bulan suci penuh berkah, sering jadi alasan untuk segala macam tantangan self-growth. Puasa makanan? Sudah. Puasa marah-marah? Lagi diusahakan.
Tapi pernah kepikiran nggak untuk mencoba tantangan lain yang nggak kalah mulia:
"Diet sampah?"
Yup, nggak cuma perut kamu yang harus dikontrol selama Ramadan, tapi juga tong sampah di rumah kita.
Coba hitung, berapa banyak plastik sekali pakai dan sisa makanan yang kita hasilkan hanya dalam seminggu Ramadan?
Dari sendok plastik di acara buka puasa bersama, sampai nasi sisa yang terlalu ambisius diambil pas sahur, semuanya berakhir di tempat sampah tanpa ampun.
Kalau terus-terusan begini, Ramadan yang seharusnya jadi bulan penuh berkah malah bikin bumi kita makin sesak. Maka dari itu, mari kita mulai diet sampah!
Puasa Plastik Sekali Pakai
Musuh besar pertama dalam diet sampah adalah plastik sekali pakai.
Kalau Ramadan punya wajah lain, dia mungkin berbentuk sendok plastik yang patah saat nyendok es buah. Skenarionya begini:
Kamu datang ke acara buka bersama, bawa kotak makanan super besar, pakai plastik kresek dari kaki sampai kepala.
Pulangnya, kamu dapat “oleh-oleh” berupa sedotan plastik, sendok plastik, dan segunung kresek lagi.
Solusinya? Bawa alat perang sendiri! Tumbler, sendok garpu stainless, sampai kotak makan dari rumah.
Emang awalnya bakal terlihat ribet, tapi lama-lama kamu bakal jadi inspirasi buat teman-teman buka bersama. Siapa tahu, mereka mulai ikutan bawa peralatan yang sama.
Bonusnya, ada rasa bangga terselip saat kamu berhasil melawan stigma “ribet”, sementara bumi berterima kasih dalam diam.
Makan Secukupnya, Bukan Ikut Tren Makanan Viral
Ramadan sering jadi bulan di mana kita merasa berhak makan segala yang ada di Instagram. Lihat takjil viral? Pesan satu loyang.
Lihat kolak durian di TikTok? Langsung antre. Padahal, sesungguhnya perut itu cuma muat satu porsi nasi dan dua potong ayam. Sisanya?
Bangun sahur, lihat sisa kolak melengos sendirian di meja makan. Sedih kan?
Untuk diet sampah yang benar, strategi utamanya adalah rencana realistis.
Tulis daftar makanan untuk buka puasa, pilih yang pasti habis, dan sisihkan uangnya buat hal lain yang lebih bermakna.
Bonusnya, kamu terhindar dari rasa bersalah melihat nasi dingin yang akhirnya terbuang karena sudah basi.
Sampah Packaging Belanja Online
Ini tantangan modern yang bikin diet sampah makin gokil. Ramadan sering dikaitkan dengan diskon besar-besaran online.
Semua kebutuhan, dari sirup sampai kerudung lebaran, tinggal klik dan semua paket datang.
Sayangnya, setiap paket biasanya dikemas dengan bubble wrap plastik tebal yang bikin kepala pusing—nggak sampai tujuh keliling.
Coba, deh, beli kebutuhan Ramadan secara lokal. Jalan-jalan ke pasar tradisional bisa jadi ngabuburit yang berfaedah, sekaligus mendukung ekonomi kecil di sekitar kamu.
Kalau memang belanja online nggak terhindarkan, cari toko yang sudah pakai kemasan ramah lingkungan, atau minimal recycle bahan packaging-nya.
Detoks Sampah Digital
Nah, ini poin bonus buat yang mau all in menjalani Ramadan lebih mindful. Selain sampah fisik, sampah digital alias spam di ponsel dan komputer juga patut kita diet.
Bersihkan folder download, hapus foto meme yang nggak lucu-lucu amat, dan coba kurangi waktu scrolling yang nggak produktif.
Ketika gadget lebih terorganisir, kamu juga bakal merasa lebih ringan dan fokus pada kehidupan nyata.
Ramadan jadi kesempatan buat rehat dari distraksi digital dan lebih mendekatkan diri pada yang penting—baik Tuhan, keluarga, maupun diri sendiri.
Kenapa Diet Sampah Saat Ramadan Itu Penting?
Selain demi bumi, diet sampah juga mengajarkan nilai spiritual Ramadan: kesederhanaan.
"Kita sering lupa bahwa Ramadan bukan soal pamer menu buka puasa terheboh di status WhatsApp, tapi soal bagaimana kita bisa hidup lebih peduli, lebih bijak, dan lebih minim kesia-siaan."
Diet sampah ini bukan cuma soal membuang lebih sedikit, tapi juga soal memilih lebih baik—dalam segala hal.
Jadi, siapkah kamu menerima tantangan ini? Mulai dari langkah kecil seperti bawa tumbler atau makan secukupnya, sampai perubahan besar seperti belanja lokal dan detox digital.
Ingat, setiap usaha yang kita lakukan, sekecil apapun, adalah kontribusi besar untuk Ramadan yang lebih bermakna.
Yuk, coba diet sampah!
Penulis: Firasat Nikmatullah
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI