Apakah rakyat sendiri yang menulis naskahnya, didorong oleh amarah dan kecewa? Atau ada aktor-aktor politik di balik layar yang sengaja mengatur adegan, menjadikan rakyat figuran, sementara mereka bersembunyi di balik tirai kekuasaan?
Kita tak pernah tahu pasti. Yang jelas, rakyat sudah muak menjadi pemeran pendukung dalam cerita yang katanya tentang mereka.
Surabaya kemarin adalah cermin. Bahwa ada yang retak dalam hubungan antara rakyat dan penguasa. Bahwa ada yang salah dengan cara kita memaknai demokrasi.
Dan seperti setiap pertunjukan, selalu ada akhir. Pertanyaannya: akankah kita menutup panggung ini dengan resolusi yang adil, atau membiarkannya berulang sebagai drama yang sama---dengan sutradara yang berbeda, tapi naskah yang tetap tak berubah?
Sampai saat itu, rakyat akan terus menulis ulang lakon di jalanan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI