Pernah nggak kamu lihat orang yang selalu ikut-ikutan tren tanpa benar-benar paham? Mulai dari gaya berpakaian, cara bicara, sampai pilihan politik, semua diikuti begitu saja. Kalau ditanya alasannya, sering kali jawabannya simpel: "Iya suka aja." Nah, inilah yang disebut FOMO alias fear of missing out.
Fenomena ini bukan hal baru, apalagi di masyarakat kita. Sering kali, orang merasa lebih aman kalau ikut arus, meskipun arus itu nggak jelas arahnya. Entah itu tren media sosial, gaya hidup, atau bahkan isu yang sedang ramai dibicarakan. Padahal, kalau ditelusuri lebih dalam, ikut-ikutan tanpa pemahaman justru bikin kita terjebak dalam lingkaran dangkal: kelihatan sibuk, tapi nggak tahu esensinya.
Contoh Nyata Ikut-Ikutan
Di tongkrongan misalnya, ada satu orang cerita tentang isu politik terbaru. Yang lain langsung mengangguk-angguk setuju, padahal nggak paham inti persoalannya. Ada juga yang sekadar mengulang opini orang lain dari media sosial seolah itu hasil analisa pribadi.
Di dunia digital, lebih parah lagi. Ada tren baru di TikTok, semua buru-buru bikin konten serupa. Ada hoaks di WhatsApp grup, langsung dibagikan tanpa cek fakta. Fenomena ini menunjukkan betapa kuatnya pengaruh FOMO dalam membentuk pola pikir kita.
Kenapa Bisa Terjadi?
Setidaknya ada beberapa sebab kenapa masyarakat kita gampang terjebak ikut-ikutan.
1. Takut Dianggap Aneh atau Terasing
Manusia pada dasarnya makhluk sosial. Ketika orang-orang di sekitar mengikuti sesuatu, ada ketakutan kalau kita nggak ikut, kita bakal dianggap "nggak gaul" atau "nggak update".
2. Kurang Rasa Percaya Diri
Orang yang kurang percaya diri cenderung mencari validasi dari lingkungannya. Dengan ikut arus, mereka merasa aman karena berada di "zona mayoritas".
3. Malas Berpikir Kritis
Jujur saja, berpikir kritis itu butuh tenaga. Lebih mudah mengikuti apa yang sudah ramai daripada mencari tahu kebenarannya.
4. Budaya Kolektif yang Kuat
Masyarakat kita punya budaya gotong royong dan kebersamaan. Positif sih, tapi sering kali berubah jadi "ikut bareng" tanpa melihat konteks.
Dampaknya Apa?
Kalau ikut-ikutan terus, lama-lama kita kehilangan jati diri. Kita nggak lagi tahu apa yang benar-benar kita suka atau kita yakini. Semua hanya didasarkan pada apa yang orang lain anggap penting.
Lebih parahnya, ikut-ikutan juga bisa bikin masyarakat gampang diadu domba. Dalam politik misalnya, banyak orang ikut memilih hanya karena terpengaruh tren sesaat, bukan karena benar-benar paham visi dan program kandidatnya.
Di level sehari-hari, FOMO bikin kita boros. Ada tren baru, buru-buru beli. Ada gaya hidup tertentu, langsung ikutan meski dompet tipis. Padahal yang menikmati hanyalah ego sesaat, bukan kebutuhan nyata.
Jadi, Harus Bagaimana?
Ikut tren itu nggak salah, asal kita tahu alasan kenapa melakukannya. Jangan sampai hidup kita cuma jadi copy-paste dari orang lain. Punya pendirian, berani beda, dan paham konsekuensi dari pilihan sendiri jauh lebih penting.
Kalau lagi rame isu politik, coba pelajari dulu sebelum ikut komentar. Kalau ada tren belanja online, pikirkan dulu apakah kita benar-benar butuh. Dengan begitu, kita bisa terhindar dari jebakan hidup ikut-ikutan.
Pada akhirnya, nggak masalah kok ketinggalan tren. Justru kadang lebih sehat. Karena hidup bukan soal siapa yang paling cepat ikut arus, tapi siapa yang bisa tetap berdiri tegak meski arusnya deras.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI