Mohon tunggu...
Humaniora

My Dear Earth

20 September 2016   21:12 Diperbarui: 20 September 2016   21:19 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Semarang, 19 September 2016

Bumi terkasih,

Sobat, sudah lama sekali ya semenjak kita saling memedulikan satu sama lain. Oh tidak, kurasa ada kesalahan pada kalimatku tadi. Maafkan aku sobat, sudah lama sekali semenjak terakhir kali aku meluangkan kepedulianku untukmu. Ah, hatiku teriris bila mengingat masa kecilku yang dipenuhi semburat hijaumu. Sekarang ini, dimana mana yang kulihat hanyalah kegersangan. Sungguh memprihatinkan.

Benar adanya, semenjak memasuki bangku SMP aku sudah semakin disibukkan saja oleh kegiatan sekolah, belajar, kursus, sampai aku tidak sekalipun menghiraukanmu. Baru saja kemarin seusai hujan, aku terjebak dalam banjir air dan sampah. Hal ini membuatku tersadar kembali bahwa selama ini aku hidup dinaunganmu namun bahkan aku tidak menghiraukanmu. Aku sendiri dilanda dilema, apa yang bisa aku lakukan? Aku hanya seorang siswi biasa, mencapai usia 17 saja belum, apa yang bisa ku kontribusikan untukmu sebagai tanda terimakasihku?

Setelah kupikir-pikir, memang aku tidak bisa membuat perubahan besar yang signifikan. Tapi aku bisa memulainya dari diriku sendiri! Dari hal-hal kecil seperti membuang sampah pada tempatnya, menyiram tanaman tiap sore, menghemat penggunaan listrik khususnya AC. Bukankah begitu sobat? Dan ya, aku sudah memulainya saat ini, tepat sebelum aku menuliskan surat kecilku untukmu.

Sekarang ini terasa sekali panas matahari begitu menyengat, terlintas di benakku apakah ini merupakan pertanda bumi sudah lelah menaungi para manusia tak tahu terima kasih? Atau justru bumi yang semakin menua namun bukannya kita rawat malah kita eksploitasi berlebihan? Pergumulan ini sering  terjadi didalam alam pikiranku. Orang-orang yang kuajak diskusi tentang ini, kebanyakan menganggap topik ini tidak penting. Karena kau adalah sobatku yang paling setia, aku ingin mengutarakan pemikiranku padamu.

Manusia, berakal budi dan mempunyai kemampuan untuk melakukan apa yang mereka inginkan. Begitu pula dengan diriku, aku memikirkan betapa sebenarnya begitu banyak manusia yang kau untungkan, namun tidak menunjukkan rasa terima kasih mereka sedikitpun atas jasamu. Oh sobat, aku benar-benar turut menyesal atas segala sakit yang telah bertubi-tubi terjadi padamu ini. Tentu sungguhlah menyakitkan melihat orang-orang yang selama ini kau beri tempat untuk hidup, justru dengan perlahan namun pasti menyedot kehidupanmu sendiri. Pemikiranku lebih menitik berat pada pertanyaan yang kedua, sebab aku sebagai manusia melihatnya dari sudut pandang manusia yang bisa kunalar.

Dari pemikiran itu aku pun jadi berpikir, bukankah seringkali itu yang terjadi dalam kehidupan? Orang yang kita tolong bukannya berterima kasih tetapi malah menusuk kita dari belakang? Sekejam itukah orang-orang yang hidup atasmu, Bumi?

Butuh waktu yang tidak sebentar bagiku untuk merenungkan pertanyaan-pertanyaan yang muncul pada pemikiranku dan... aku memutuskan bahwa benar adanya seperti itulah realita yang ada ditambah beberapa pengecualian kecil mungkin? Kupikir bahwa memang ada orang yang semacam itu, namun jauh disana pasti masih bisa ditemukan satu-dua orang yang tidak bersikap seperti itu. Dan kuharap semoga orang-orang ini akan bisa memulai perubahan demi kebaikanmu, Bumi.

Ah, langit telah berubah gelap dan hujan turun mengiringi perasaan legaku karena telah mengungkapkan pemikiranku yang selama ini kupendam kepadamu. Kurasa inilah bagian akhir dari suratku untukmu, kuharap suatu saat nanti sedikit demi sedikit umat manusia akan tersadar akan besarnya jasamu yang membuat hati mereka tergugah untuk mulai menjaga, melestarikan, dan memperjuangkan keberlangsunganmu sebelum semuanya terlambat.

Tanpamu, kami manusia bukanlah apa-apa. Selamat malam Bumi, sampai kita bertemu lagi esok hari.

Sobat kecilmu,

Fiona

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun