Mohon tunggu...
Fiona Marvela
Fiona Marvela Mohon Tunggu... Lainnya - Fiona Marvela (13) - XI MIPA 5 - SMAN 28 Jakarta

Pelajar SMAN 28

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kisah Pak Hitung

23 November 2020   09:37 Diperbarui: 23 November 2020   10:00 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Satu... dua... tiga..." Uh, Nyonya Shelly garuk-garuk kepala kebingungan. la segera memanggil Pak Hitung yang kebetulan lewat. "Pak, tolonglah aku! Berapa jumlah telur-telur ini?" pinta Nyonya Shelly. Pak Hitung yang baik hati itu langsung membantu menghitungkan. "Wow, telur ayam milikmu tambah banyak, Nyonya. Sekarang, jumlahnya ada 210 butir." Kata Pak Hitung setelah selesai menghitung telur milik Nyonya Shelly. "Kedengarannya banyak sekali," wajah Nyonya Pittya tampak cerah. Usaha ternak ayamnya semakin sukses.

Kemudian di jalan, Nikko, anak yang selalu ceria, menghampiri Pak Hitung. Ia ingin tahu berapa jumlah kelerengnya. Pak Hitung pun membantu menghitungkan kelereng itu. "Hmm... kamu punya 60 kelereng, Nikko," kata Pak Hitung. Setelah itu, Pak Riko yang sedang memanen mangga di kebun, juga meminta tolong Pak Hitung. "Panenku kali ini sungguh banyak, Pak. Aku ingin membagi-bagikannya kepada semua tetangga. Tolong, bantu aku agar bisa membaginya dengan adil, ya!" pinta Pak Riko. Pak Hitung pun membantu menghitung dan membagi-bagi mangga itu ke dalam kantong-kantong dengan senang hati.

Pak Hitung adalah warga Negri Meteor yang pandai berhitung sejak kecil. Ia adalah satu-satunya warga yang bisa menghitung dengan baik dan cepat di negri itu. Ia senang sekali jika ada yang menyuruhnya berhitung. Ia bahkan senang mengajari siapa saja yang mau belajar berhitung. 

Siang itu, sesampainya di rumah, Pak Hitung melihat ada dua orang berdiri di depan rumahnya. "Selamat siang, Pak Hitung!" sapa Pak Hom. Pak Hom itu tetangga Pak Hitung, yang bekerja sebagai juru masak istana. "Kenalkan, ini temanku, Pak Raz. Pak Raz ingin belajar berhitung kepada Bapak." Kata Pak Hom. "Benarkah?" Pak Hitung begitu terkejut. Baru kali ini ia bertemu seseorang yang tertarik dengan hal hitung-menghitung. "Benar, Pak!" kata Pak Raz.

"Aku punya peternakan sapi yang cukup besar. Aku ingin menghitung semua sapiku dengan tepat dan cepat. Aku juga ingin bisa membuktikan bahwa jumlah yang kusebutkan memang benar, agar aku tidak dikira berbohong. Tapi, masalahnya, aku hanya bisa menghitung sampai seratus. Dan sapi-sapiku sepertinya lebih dari seratus, bahkan mungkin sudah beratus-ratus. Pasti aku butuh waktu lama untuk menghitungnya." Jelas Pak Raz. Pak Hitung kemudian tersenyum, "kalau tahu cara menghitung yang benar, tak akan butuh banyak waktu, kok," jawab Pak Hitung. Pak Raz mengerutkan dahinya. "Benarkah ada cara yang sehebat itu? Tolong ajari saya caranya..." ujar Pak Raz. "Tentu saja. Aku senang jika ada orang yang ingin belajar berhitung," jawab Pak Hitung. "Untuk menghitung sapi dengan cepat, Pak Raz bisa menggunakan perkalian. Caranya, buatlah beberapa kandang. Lalu, masukkan beberapa sapi ke dalam kandang-kandang itu dengan jumlah yang sama. Contohnya, satu kandang diisi 10 ekor sapi. Setelah itu, Pak Raz tinggal mengalikan 10 dengan jumlah semua kandang." kata Pak Hitung. Pak Hitung mengajarkan perkalian dan ilmu berhitung lainnya pada Pak Raz. Kini, Pak Raz bisa menghitung dengan benar.

Beberapa hari kemudian, datanglah kereta kencana megah yang diiringi rombongan prajurit berkuda. Lalu, seseorang berjubah kerajaan turun dari kereta kencana itu dan mendatangi Pak Hitung. Pak Hitung terperangah saat melihat orang itu adalah Pak Raz. Ia semakin kaget lagi karena ternyata Pak Raz adalah seorang raja. Kemarin, ia sedang menyamar. "Padang rumput tempat sapi-sapiku makan, berbatasan dengan padang rumput kerajaan tetangga. Diam-diam, raja kerajaan tetangga menangkapi sapi-sapiku yang mendekat ke perbatasan. Aku sudah meminta agar sapi-sapiku dikembalikan. Namun, raja di sana berkata, semua sapi yang masuk ke padang rumputnya, menjadi miliknya. Raja licik itu lalu menantangku. Jika aku bisa menghitung sapi-sapiku di padang rumput dengan benar, ia akan mengembalikan sapi-sapiku. Kemarin aku bingung, karena tak ada yang pandai berhitung di negeriku. Untunglah, Pak Hom memberitahu tentang dirimu, Pak Hitung. Kau sangat berjasa," jelas Raja Raz panjang lebar.

Oh, Pak Hitung sangat senang karena bisa membantu sang Raja. Raja Raz kini sadar ilmu berhitung itu sangat penting dan bermanfaat. la lalu mengangkat Pak Hitung menjadi guru besar di kerajaan. Sejak itu, Pak Hitung mengajarkan ilmu berhitung kepada para guru. Para guru pun kemudian melanjutkan ilmu itu pada seluruh warga kerajaan. Berkat Pak Hitung, kini rakyat jadi semakin pintar, terutama dalam hal berhitung. Kerajaan Negri Meteor pun semakin maju.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun