"Ketaatan adalah kunci mencapai tujuan, kesabaran adalah kunci untuk mencapai ketaatan".Â
Setiap kita memiliki profesi yang berbeda-beda. Kadang kita berprofesi sebagai pimpinan atau atasan kadang kita berperan sebagai bawahan atau rekan kerja. Dalam dunia kerja kita dituntut untuk menaati segala aturan yang berlaku dan kesepakan bersama. Tentu dengan tuntutan ini kita akan bekerja dan berusaha semaksimal mungkin agar kita mendapatkan apa yang menjadi hak kita.
Saya memiliki satu pengalaman dimana saya memiliki peran ganda dalam dunia pekerjaan yang sedang saya geluti saat ini. Kadang saya berperan sebagai bawahan kadang saya berperan sebagai pimpinan. Tugas saya menuntut saya mampu menyesuaikan diri dengan segala situasi pekerjaan saya.
Nah, ketika saya menjadi pimpinan atau atasan saya harus mampu bersikap sebagai pemimpin. Sejauh ini saya memilih untuk menjadi pelayan daripada dilayani. Saya sadar dan tahu bahwa dikebanyakan tempat seorang pemimpin harus diberi tempat yang istimewa atau setidaknya dihormati bahkan bawahan akan melakukan berbagai cara supaya mendapatkan perhatian dari pimpinannya. Teman-teman bagi saya menjadi seorang pemimpin adalah tugas yang paling berat dari segi manapun.Â
Namun saya bersyukur bahwa sejauh ini saya masih bisa berjalan menggunakan hati nurani dan tidak lupa berjalan dengan kepala sendiri. Artinya saya masih bisa menggunakan hati nurani dan logika saya untuk menanggapi setiap tuntutan tugas bahkan untuk mengambil keputusan sekalipun. Saya berusaha mengajak rekan kerja saya untuk merencanakan segala sesuatu dan membuat kesepakatan bersama untuk mencapai visi misi yang saya buat. Saya memilih rekan kerja sebagai sahabat dalam perjalanan daripada menganggap mereka sebagai bawahan. Ketika saya memperlakukan mereka sebagai bawahan yang ada hanyalah rasa takut dan bekerja seminimalis mungkin.
Nah, ketika saya memberikan ruang yang bebas untuk mereka disana saya mendapatkan ide-ide serta kreativitas mereka. Kontribusi mereka menjadi kembang kebijaksanaan bagi saya. Kehadiran mereka menjadi tongkat penopang bagi saya dalam mengemban tugas yang dipercayakan kepada saya. Saya merasa bahwa rekan kerja adalah hadiah terbesar untuk saya, rekan kerja menjadi kaki tangan saya untuk melaksanakan tuhgas itu. Kehadiran mereka sungguh menjadi penyemangat, menjadi suport sistem dalam menggeluti pekerjaan saya.
Nah, ketika saya bekerja sebagai bawahan, saya merasa bahwa untuk mendapatkan hak kita sendiri ada tuntutan yang wajib dipenuhi. Dan saya merasa bahwa hanya sebatas tuntutan itulah pemberian diri saya. Kadang, menjadi bawahan sering saya berjalan tanpa menggunakan kepala.Mengapa saya katakan demikian ? Karena saya bekerja sesuai arahan dari atasan. Saya tidak pernah berpikir lebih dari itu. Ketaatan sebagai bawahan itu sifatnya mutlak. Pengalaman kecil ini menyadarkan saya bahwa tanpa sengaja saya membunuh banyak talenta dalam diri saya.
Taat terhadap pimpinan adalah suatu keutamaan dalam dunia bekerja. Namun, menimbang segala keputusan yang diberikan pimpinan adalah satu kewajiban bagi saya. Saya tidak mau bekerja hanya untuk menyenangkan atasan, dan saya merasa tidak nyaman apabila ketaatan itu hanya sebatas formalitas. Berjalan tanpa kepala itu enak, tidak ribet, tidak memperhatikan sekitar namun berjalan tanpa kepala hanya membuat saya dan kita jatuh pada jebakan. Ketaatan buta sering menjadi jerat bagi diri sendiri.
Pengalaman sederhana ini menyadarkan saya betapa pentingnya keseimbangan antara tindakan dan pikiran. Ketaatan memang penting tapi alangkah lebih baik jika kita mampu mengikutsertakan hati dan pikiran kita dalam setiap tugas-tugas kita sehingga apapun yang menjadi tujuan kita bersama dapat terwujud.
So, berjalanlah dengan semestinya ikutkan kepala dan hati, jangan tinggalkan kepalamu dimana-mana supaya kita tidak terjerat oleh jebakan. Kita terhindar dari jerat-jerat para penipu.