Mohon tunggu...
Fingga Martin
Fingga Martin Mohon Tunggu... Penulis - Penyair Jalan

CP: fingga.martin86@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Sabtu Malam

9 Juni 2019   00:33 Diperbarui: 9 Juni 2019   01:06 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi by b-ssl.duitang.com

Tak ada harmonisasi bunyi para burung,

Dan aroma khas yang muncul dari arwah kaki gunung.

Tak ada pasang surut deru ombak air laut,

Serta desir angin yang sampaikan pesan permata.

Sabtu malam membisu.

Sebelah tangannya melambai-lambai pada jiwa-jiwa kelabu.

Sekian rasanya habis terkuras,

tak tersisa.

Secepat itu pula terbang ke sudut bumi yang belum tuntas.

Ke tempat matahari tenggelam,

Ke atas makam-makam kebencian,

Bergulut bergantian memenggal rembulan,

Di bungkusnya cahaya dalam kado keheningan.

Sabtu malam merindu.

Gejolak itu beranak-pinak,

Bukan di sungai nil,

Jangan di rahim efrat.

Tapi di lambung jeruji tanpa debu.

Ini lain dari malam perhitungan.

Mengapa mesti menebus kematian nalarnya?

Apa mungkin ada yang lebih ramah selain peringatan?

Mungkin saja cinta yang membatu.

Sabtu malam, kala itu.

Empat angsa di pematangan kota, diburu, membiru.

***

Rajagaluh, 9 Juni 2019.

Fingga Almatin

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun