Mohon tunggu...
finda perwitasari
finda perwitasari Mohon Tunggu... Mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar - UNNES

Saya Mahasiswa semester 3 di jurusan pendidikan guru sekolah dasar

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Melestarikan Nilai Kebajikan melalui Sastra Anak di Zaman Modern

2 Desember 2024   11:36 Diperbarui: 2 Desember 2024   11:36 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Di era digital yang serba cepat ini, lebih sulit untuk menanamkan prinsip-prinsip moral pada anak-anak muda. Alih-alih membolak-balik halaman buku, anak-anak zaman sekarang lebih suka menatap gadget. Namun, tidak dapat disangkal bahwa buku anak-anak tetap memiliki signifikansi sebagai sarana untuk penyampaian prinsip-prinsip moral yang kuat dan menarik. Jadi, sangat penting agar sastra anak dilestarikan dan diperbarui agar tetap relevan di dunia saat ini.

Sastra anak bukan hanya sekedar hiburan. Sastra anak adalah ekspresi artistik yang menggunakan kata-kata untuk menciptakan dunia fantasi, mendidik dan menghibur pembaca, serta memenuhi kebutuhan mereka akan kesenangan estetis. (Fitriana & Fitriyanti, 2019). Menurut Luthfiyanti dan Nisa (2017), sastra anak adalah "wajah sastra" yang berfokus pada perkembangan anak. Di dalamnya, menggambarkan perasaan, pemikiran anak, dan mencerminkan alur hidup yang dapat dipahami anak.

 Sastra yang ditujukan untuk anak-anak juga harus mengandung unsur-unsur seperti petualangan, kegembiraan, kesenangan, dan keinginan. Pendek kata sastra anak dapat bercerita tentang apa pun yang berkaitan dengan kehidupan sehingga mereka dapat belajar dan memahami lebih baik tentang kehidupan.

Studi sastra dalam pendidikan dasar juga secara signifikan meningkatkan keterampilan membaca, imajinasi, dan kreativitas. Anisa (2024) menegaskan bahwa memanfaatkan sastra anak sebagai sumber pengajaran dalam inisiatif literasi di sekolah menawarkan banyak keuntungan. 

Menurut Ramliet et al. (2024), pembelajaran sastra memiliki peran dan tujuan yang menawarkan pengalaman keindahan dan berupaya meningkatkan pemahaman tentang pentingnya sastra serta relevansinya dalam kerangka budaya dan sosial kehidupan masyarakat. Untuk meningkatkan kemampuan membaca dalam pengajaran sastra, penggunaan media pendidikan sangat penting. 

Media pendidikan ini bertujuan untuk meningkatkan keinginan dan antusiasme siswa dalam belajar, memastikan bahwa mereka terlibat dalam proses pembelajaran yang menyenangkan sambil memahami materi dengan efektif. (Fajrie et al., 2024)

Sebuah karya sastra pastinya memiliki nilai-nilai edukasi yang ingin di sampaikan pada pembaca. Biasanya, penulis menentukan pelajaran instruksional yang ditawarkan oleh sebuah narasi. Penulis bebas menyampaikan ide apa pun kepada para pembaca. Dalam buku anak-anak, penulis sering menyampaikan kepada pembaca prinsip-prinsip pendidikan dan nilai-nilai moral. Beberapa pesan di dalamnya menawarkan pelajaran yang cerdas dan penuh kasih.

Media fabel dalam pendidikan sastra mewakili genre sastra anak-anak yang menyampaikan narasi dengan tokoh protagonis hewan. Untari & Megawati (2024) menegaskan bahwa narasi memungkinkan siswa untuk meningkatkan pemahaman membaca sambil menyampaikan pelajaran moral dan informasi melalui karakter, serta kemampuan untuk membedakan tema-tema kunci dalam substansi cerita. Ini sejalan dengan pernyataan oleh Mayaret et al. (2022) bahwa bercerita adalah kegiatan sastra yang dapat meningkatkan kreativitas anak-anak. 

Peran guru sebagai fasilitator sangat penting dalam meningkatkan motivasi siswa dalam literasi sastra melalui penyediaan bahan bacaan yang kreatif. Contohnya dalam dongeng "Kisah laba-laba yang sabar" yang di dalamnya terkadung nilai edukasi yang mengajarkan kepada anak-anak untuk tetap bersikap bijaksana yang di gambarkan dalam dialog tokoh ibu laba-laba, sebagai berikut:

"Lebih baik lapar daripada mencuri. Itu dosa!."

Kutipan tersebut menggambarkan kebjiaksanaan ibu laba-laba yang mengajarkan anaknya untuk tidak mencuri, karena mencuri itu adalah perbuatan dosa dan tidak terpuji. Maka sikap dari ibu laba-laba itu menjadi teladan bagi anak-anak yang membacanya. Selain itu, cerita ini juga menunjukkan sebuah niali moral melalui tikus pencuri yang dihukum oleh manusia yang juga menegaskan kembali bahwa perbuatan mencuri akan berujung pada konsekuensi yang buruk.

            Tetapi sastra anak juga menghadapi tantangan besar di zaman modern ini. Yang dimana pola konsumsi media pada anak -- anak telah berubah dengan drastic. Sekarang anak-anak lebih sering menghabiskan waktu mereka dengan membuka media digital, seperti YouTube, game online dan media social lainnya. Hal inilah yang membuat sastra anak kurang diminati di masa sekarang. 

Selain itu, perubahan budaya juga memengaruhi relevansi cerita-cerita klasik. Cerita yang terlalu jauh dari pengalaman sehari-hari anak zaman sekarang sering kali membuat kehilangan daya tariknya. Maka, tantangannya yaitu bagaimana cara kita dapat menyampaikan nilai-nilai kebaikan memluai cerita yang tetap relevan dengan kehidupan anak di zaman modern ini.

            Jadi bagaimana cara kita melestarikan sastra anak di zaman modern ini?

Mengatasi dampak besar dari budaya global memerlukan kesadaran publik untuk menumbuhkan dan mempertahankan literasi sastra, terutama melalui literasi digital. Masalah ini dapat diatasi dengan pendekatan kontemporer, seperti penambahan artikel sastra yang konstan dan terkini ke situs web atau blog. Kegiatan membaca dan menulis telah beralih dari yang semula bergantung sepenuhnya pada fasilitas menjadi dipengaruhi oleh perilaku. Untuk mengatasi gangguan perilaku, seseorang dapat meningkatkan kesadaran literasi.

Menumbuhkan kesadaran literasi memang memerlukan kerja keras yang cukup besar, meskipun hal ini penting untuk menumbuhkan rasa minat individu terhadap literasi.  Misalnya, ini dapat dimulai dengan membentuk inisiatif komunitas literasi digital seperti Klub Membaca Karya Sastra atau rumah baca. 

Teknik untuk meningkatkan minat baca dalam komunitas melibatkan membudayakan kebiasaan menikmati membaca, menetapkan tujuan membaca dalam jangka waktu tertentu, mengalokasikan waktu luang untuk membaca, dan memanfaatkan internet sebagai alat untuk literasi digital.

Cara lain yang dapat dilakukan adalah dengan melibatkan pembaca dalam komposisi karya sastra, seperti dengan membentuk cerita atau puisi kolaboratif yang menggabungkan kontribusi dari semua pembaca, memungkinkan setiap individu mempengaruhi perkembangan narasi, sehingga menumbuhkan minat mereka pada perkembangan selanjutnya yang telah mereka inisiasi. 

Ini harus mematuhi prinsip, etika, dan konvensi yang telah ditetapkan, sehingga dapat merangsang audiensnya. Selain itu, hal ini dapat dicapai dengan menghargai karya sastra yang dikirimkan ke platform media massa. Selain itu, hal ini dapat dilakukan dengan mengunggah ulang karya-karya tersebut ke platform media sosial alternatif, seperti YouTube. 

Pembaca diharapkan dapat menghargai komposisi sastra di berbagai situs web atau blog yang menampilkan presentasi yang beragam. Karya sastra yang diunggah ulang oleh sebuah kelompok di situs web atau blog mendorong audiens mereka untuk membaca dan menulis lebih banyak, sehingga meningkatkan visibilitas dan pengaruh bermanfaat dari kreasi mereka.

Akan lebih baik bagi pembaca, khususnya, untuk tidak hanya mengidentifikasi diri mereka sebagai pembaca atau penulis teks. Namun demikian, berusahalah untuk menjadi pengamat sastra. Akibatnya, dengan membudayakan praktik ini, komunitas akan mencapai kemajuan dalam kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual.

 Penguasaan berbagai bacaan dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dapat meningkatkan literasi digital dalam karya sastra dan mendorong inovasi di dalamnya. Masyarakat dapat meningkatkan peringkat literasi Indonesia dengan mendorong budaya membaca, karena membaca adalah kunci untuk meningkatkan literasi. Membaca memungkinkan seseorang untuk menulis dan terlibat dalam diskusi. Praktik membaca akan menumbuhkan budaya yang kaya akan pengetahuan.

Salah satu contoh buku anak yang menyampaikan nilai-nilai Kebajikan adalah Buku Seri "Halo Balita" Buku ini mengajarkan nilai-nilai moral dasar seperti kejujuran, tanggung jawab, dan kesabaran melalui tokoh-tokoh balita yang berinteraksi dengan dunia sekitarnya. Ceritanya sederhana, sesuai dengan pengalaman sehari-hari anak-anak, sehingga mudah dipahami dan diinternalisasi.

Jadi dapat disimpulkan bahwa Sastra anak tetap relevan meski menghadapi tantangan di era digital. Selain sebagai hiburan, sastra anak berfungsi mendidik, menanamkan nilai moral, dan meningkatkan kreativitas anak. Untuk melestarikannya, diperlukan inovasi melalui literasi digital, seperti memanfaatkan platform online, komunitas baca, dan cerita interaktif. Upaya ini dapat mempertahankan daya tarik sastra anak sekaligus menumbuhkan budaya membaca di tengah perubahan pola konsumsi media modern.

Sumber rujukan ;

Ariska, M. (2020). ANALISIS NILAI MORAL KERENDAHAN HATI DALAM BUKU CERITA ANAK SKRIPSI Diajukan Oleh.

Ayu, K., Fransiska, W., Ayu, K., Sastra, T., Luh, N., Ika, P., Agung, I. G., Kirana, A., Kadek, N., Wijayanti, A., Bagus, I., & Sudiana, I. N. (2024). MENUMBUHKAN KREATIVITAS ANAK MELALUI CERITA FABEL DIGITAL: SEBUAH PENDEKATAN LITERASI SASTRA. 405--414. https://doi.org/10.59562/indonesia.v5i2.63177

muthoharoh, prastyaningsih, D. (2020). Melestarikan Budaya Literasi Karya Sastra. Jurnal Pendidikan Program Studi Bahasa Dan Sastra Indonesia, Vol.9(1), 99--104.

Rahmadani, E., & Makassar, K. (2024). Literature Study Of Children ' s Literature As Learning In.

Umah, N. (2022). Nilai Sastra Anak dalam Dongeng "Kisah Laba-Laba yang Sabar." Arkhais, 13(1), 47--54. https://journal.unj.ac.id/unj/index.php/arkhais/article/view/24595

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun