Mohon tunggu...
zhafira althafunnisa
zhafira althafunnisa Mohon Tunggu... PELAJAR

hobi saya membaca

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Disiplin Yang Tertunda

6 September 2025   18:21 Diperbarui: 6 September 2025   18:21 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Embun masih menggantung di ujung dedaunan ketika langit perlahan mulai berubah warna dari kelam ke biru tua. Udara pagi terasa sejuk dan sunyi, seolah dunia belum benar-benar terbangun. Di kejauhan terdengar sayup-sayup suara ayam berkokok dan dentingan sendok dari dapur pesantren. Cahaya lampu temaram masih menyala di beberapa kamar, membentuk bayangan samar di balik jendela yang berkabut. Suasana hening seperti ini selalu membuatku merasa damai sekaligus semangat menjalani hari.

Pagi itu, tepat pukul tiga dini hari, aku terbangun karena dibangunkan oleh temanku. Aku membaca doa bangun tidur, lalu segera beranjak ke kamar mandi. Setelah mandi, aku melaksanakan salat tahajud. Kemudian aku menikmati sarapan dengan ayam kecap yang lezat. Tidak lama kemudian, aku berangkat ke masjid untuk salat subuh berjamaah.

Sepulang dari masjid, aku bersiap-siap untuk pergi ke sekolah. Aku berangkat bersama temanku, menempuh pagi yang masih diselimuti embun.

Sesampainya di sekolah, kegiatan diawali dengan murajaah dan apel pagi. Setelah itu, aku masuk kelas dan mengikuti pelajaran seperti biasa. Waktu terus berjalan hingga akhirnya bel istirahat pun berbunyi. Saat istirahat, aku dan teman-temanku pergi ke kantin untuk membeli makanan.

Ketika waktu istirahat tinggal tiga menit lagi, aku merasa ingin buang air kecil. Aku pun mengajak temanku untuk menemaniku ke toilet. Awalnya ia menolak, tetapi setelah aku bujuk, akhirnya ia setuju. Kami pun berlari ke toilet karena bel masuk hampir berbunyi.

Sesampainya di toilet, banyak siswa yang sedang mengantre. Mau tak mau, aku ikut mengantre dan menunggu giliran. Setelah selesai, aku keluar dan melihat temanku sedang asyik mengobrol. Aku mengajaknya kembali ke kelas, namun ia meminta waktu sebentar lagi. Aku pun menunggu sambil ikut mengobrol. Tak lama kemudian, aku kembali mengingatkan dan membujuknya agar segera masuk kelas.

Lapangan sekolah sudah sepi. Semua siswa telah kembali ke kelas. Saat kami masuk, semua mata memandang ke arah kami. Kami pura-pura tidak peduli dan langsung duduk di tempat masing-masing. Namun, tak lama kemudian, Ibu Guru memanggil kami ke depan kelas.

"Kalian dari mana?" tanya beliau dengan nada tegas.
"Dari WC, Bu," jawab temanku.
"Kalian lupa aturan, ya?" lanjut beliau.

Kami hanya diam. Ternyata, ada aturan yang menyatakan bahwa siapa pun yang masuk kelas setelah guru dianggap terlambat.

"Baik, kali ini Ibu maklumi. Tapi kalian tetap harus keluar kelas sebagai contoh bagi yang lain," kata Ibu Guru.

Awalnya kami ragu, tetapi karena Ibu Guru memintanya, kami pun keluar kelas. Kami duduk di luar dengan perasaan malu. Tak lama, temanku mengajak berkeliling ke kelas teman-teman kami. Aku menuruti ajakannya. Setelah berkeliling, kami duduk di depan salah satu kelas sambil mengobrol dan saling menceritakan hal-hal lucu agar tidak terlalu tegang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun