Mohon tunggu...
ikram embisa
ikram embisa Mohon Tunggu... Guru - guru

saya seorang guru, mangajar di man 1 sula.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Masyarakat Sula, Sulit Berpikir Terbuka

5 September 2020   15:24 Diperbarui: 5 September 2020   15:34 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Berpikir terbuka adalah kemampuan untuk memikirkan sesuatu dengan cara yang berbeda. Pemikiran yang terbuka salah satu dari tiga keterampilan eksekutif utama. Dua lainnya adalah ingatan operasional dan kontrol diri. 

Bersama-sama, keterampilan ini memungkinkan anak-anak mengelola pikiran, tindakan, dan emosi mereka untuk menyelesaikan berbagai hal. Kemampuan berpikir terbuka membantu orang untuk bergaul dengan orang lain, membantu kelompok menjadi lebih efektif, dan membantu orang memecahkan masalah dan atau mencoba cara-cara baru dalam melakukan sesuatu.

Berpikir terbuka adalah sesuatu yang sulit untuk masyarakat Sula. Masyarakat tidak dapat menerima pendapat orang lain yang bersebrangan dengan dirinya. Mereka selalu menggunakan perasaan untuk mengambil keputusan. Meraka tidak dapat meneriama hal-hal baru dari pemahaman sebelumnya. Mereka tidak mau dikritik. 

Mereka menganggap pemikiran dan pendapat yang paling benar dari orang lain. Dan memeliki rasa egoisme yang sangat tinggi. Mereka mudah menyalahkan dan mengkambing hitamkan orang lain. Mereka tidak dapat berpikr positif dan mengambil pelajaran hidup dari setiap kepahitan hidup yang dialami.

Masyarakat Sula sudah terbiasa dengan berpikir tertutup. Mereka dari kecil sudah didik orang tuanya untuk tidak menerima pendapat orang lain. Orang tua sering memaksakan kehendaknya pada anak. Dan juga menganggap anak tidak tahu apa-apa. Mereka memperlakukan anaknya semaunya saja, tidak memikirkan perasaan anaknya. 

Mereka acuh tahu terhadapa perasaan anaknya. Mereka tidak menghargai perasaan anaknya. Dan juga tidak peka terhadap perasaan anaknya. Selanjutnya tidak dapat menjadi pendengar yang baik untuk anak-anaknya. Kalau anak didik seperti ini Ketika dia tumbuh menjadi dewasa, tidak dapat terbuka pada orang lain. Dan tidak dapat mengekspresikan perasaan dengan baik pada orang lain.

Selain dari itu, mereka tidak dapat menerima pengetahuan baru yang baik untuk dirinya. Mereka tidak terlalu percaya ilmu pengetahuan. Mereka menjalani kehidupan ini tidak bersandarkan pada ilmu pengetahuan, tapi bersandarkan apa yang mereka lihat dan dengar yang terjadi dalam kehidupan sehari-harinya. 

Mereka berpandangan bahwa ilmu pengetahuan itu hanya sebatas teori saja, tapi tidak dapat dibuktikan dalam kehidupan nyata. Pada akhirnya mereka tidak dapat dapat manfaat perkembangan informasi dan teknologi untuk perubahan kehidupan yang lebih baik pada masa yang akan datang. Mereka selalu memandang curiga terhadap terhadap perkembangan teknologi dewasa ini. Mereka tidak dapat belajar terhadap perubahan kehidupan sekarang ini.

Selanjutnya mereka juga tidak dapat merubah diri jadi lebih baik dari sebelumnya. Mereka tidak dapat keluar dari zona nyaman. Mereka tersandra pada kebiasaan yang tidak baik. Mereka selalu sibuk menyalahkan orang lain Ketika gagal mencapai suatu harapan. Mereka menggap kehidupan ini sama saja Ketika akan berusaha merubah diri jadi lebih baik. Mereka tidak terlalu percaya atas kehidupan yang dijlaninya. Mereka selalu mencurigai kehidupan ini. Mereka menganggap kehidupan ini tidak adil untuknya. Mereka selalu salah menentukan pilhan hidup. Mereka mudah untuk di permainkan oleh keadaan.

Selain dari itu juga guru-guru di Sula tidak dapat mengikuti perubahan zaman sekarang ini. Guru adalah agen perubahan pola pikir dan kebiasaan siswa jadi lebih baik sesuai dengan perkembangan zaman. Namun kenyataannya guru tidak dapat belajar mengunakan ITE dan internet. Ketika menemui kesulitan dalam kegiatan belajar mengajar, tidak mencari tahu melalui teman atau internet. 

Selanjutnya apa yang telah dipelajari dan diketahui tidak dapat di aplikasikan dalam pembelajaran dalam kelas, karena sangat bertentangan dengan nilai kehidupan masyarakat sula, misalkan secara aturan nasional siswa yang malas, nakal dan nilai tidak tuntas, tidak berhak naik kelas malah di naikkan kelas oleh kepala sekolah.dan guru.karena malu hati dengan keluarga dan orang tua siswa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun