Mohon tunggu...
Figo PAROJI
Figo PAROJI Mohon Tunggu... Buruh - Lahir di Malang 21 Juni ...... Sejak 1997 menjadi warga Kediri, sejak 2006 hingga 2019 menjadi buruh migran (TKI) di Malaysia. Sejak Desember 2019 kembali ke Tanah Air tercinta.

Sejak 1997 menjadi warga Kediri, sejak 2006 hingga 2019 menjadi buruh migran (TKI) di Malaysia. Sejak Desember 2019 kembali menetap di Tanah Air tercinta.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Catatan Pedih Proses Bayar Kompaun Program B4G Pekerja Ilegal di Malaysia (1)

2 Januari 2020   20:28 Diperbarui: 18 Juni 2021   15:16 2292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
antrean di lorong pengap // foto: dok.pri

Baca juga : China yang Agresif Menyusup ke Wilayah Udara Malaysia, ZEE Filipina

Semula, saya mengira beberapa orang tersebut merupakan petugas imigrasi yang ditugaskan mengatur barisan antrean. Namun ternyata, mereka adalah para calo yang mengatur barisan. Bagi siapa yang mau mendapat antrean barisan paling depan harus membayar RM 100 atau RM 200, walaupun datangnya belakangan.

Hari itu, saya dan sepupu saya berhasil masuk antrean hingga naik ke lantai tiga dan mendapat tempat di tengan barisan agak ke belakang. Sejak pukul 06.50 pagi, kami dibarisakan di sebuah lorong di lantai tiga, tempat kantor imigrasi berada.

Di sebuah lorong dengan lebar sekitar tiga meter dan panjang sekitar 60 meter, berjubel ratusan pekerja migran tak  berdokumen dari berbagai negara yang hendak membayar kompaun.  Selain warga Indonesia, orang-orang yang mengantre di lorong tersebut ada warga Banglades, India, Nepal, dan Myanmar.

Sejak pukul 06.50 hingga sekitar pukul 9.00, kami berbaris tidak beraturan dan kami tidak meihat satu pun petugas imigrasi muncul. Padahal jam kerja kantor imigrasi mulai pukul 08.00.

Baru sekitar pukul 10.00 kami melihat pegawai imigrasi muncul. Dengan menggunakan megaphone (juga pakai mulut) beberapa pegawai imigrasi berteriak-teriak menyuruh kami baris secara teratur.

Kami diminta berbaris dalam dua baris saja dengan cara menempelkan tubuh ke tembok. Bagi siapa yang tidak mematuhi perintah akan diusir ke barisan paling belakang. 

Kami diperlakukan layaknya seorang tahanan, meski sebenarnya kedatangan kami ke kantor imigrasi adalah untuk membayar denda atas kesalahan keimigrasian yang kami lakukan.

Beberapa saat kemudian, ada pegawai yang  memanggil beberapa nama untuk masuk ke kantor imigrasi. Saat itu, saya tidak tahu kenapa kok ada yang dipanggil nama. 

Namun belakangan, setelah beberapa hari saya gagal membayar kompaun, saya jadi tahu bahwa orang-orang yang dipanggil nama itu adalah orang yang menggunakan calo.

Baca juga : Malaysia Lockdown Total, Pesan Dubes: Yang Butuh Bantuan Bahan Makanan Silakan Hubungi KBRI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun