Mohon tunggu...
Fifitri Ariyanti
Fifitri Ariyanti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dampak dari Strategi China yang Ingin Memperluas Pengaruh Ekonomi dan Politiknya di Kawasan Asia Tenggara Khususnya Indonesia

6 Mei 2021   12:53 Diperbarui: 6 Mei 2021   12:53 347
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Negara-negara di kawasan Asia Tenggara memiliki organisasi yang bernama ASEAN. Negara-negara di ASEAN melakukan Kerjasama dengan China yang diberi nama CAFTA (China ASEAN Free Trade Area). Dengan adanya CAFTA ini, ada pengaruh negative dan juga positif dari terbentuknya CAFTA. Sebagai contoh sebelum dan sesudah adanya CAFTA adalah dengan neraca perdagangan jeruk sumatera utara. Neraca perdagangan jeruk Sumatera Utara sebelum dan sesudah CAFTA mengalami defisit dan terdapat perbedaan nyata neraca perdagangan jeruk Sumatera Utara sebelum dengan sesudah CAFTA. Terdapat perbedaan nyata volume impor jeruk, harga jeruk impor, volume ekspor jeruk, dan harga jeruk domestik Sumatera Utara dan tidak terdapat perbedaan nyata harga jeruk ekspor Sumatera Utara sebelum dengan sesudah CAFTA.

Pengaruh China sangat besar di kawasan Asia, bahkan negara-negara di kawasan tersebut memberikan nilai yang negative bagi China atas perluasan ekonomi dan politik yang dilakukan oleh China. Kehadiran China di kawasan Asia Tenggara sangat dirasakan oleh negara-negara yang ada di kawasan Asia Tenggara, termasuk Indonesia. jika dilihat dengan seksama, perkembangan China dalam bidang perdagangan sangat jauh melesat dengan cepat jika dibandingankan dengan negara super power seperti Amerika Serikat.

Dalam strategi dagangnya, China menjual barang produksinya secara massal dan juga dijual dengan harga yang sangat murah di pasar internasional. Tentu saja konsumen akan lebih memilih produk tersebut walaupun itu bukan produk yang aslinya, namun karena harganya yang berbeda jauh dengan harga produk asli, namun dengan barang yang mirip, konsumen akan lebih memilih barang buatan China tersebut. (Indonesia 2020)

Dan hal ini akan menjadikan produk-produk dari negara-negara lain yang menjual produk merasa dengan harga yang lumayan tinggi akan merasa mendapat saingan yang sangat kuat. dengan adanya hal ini, China nantinya akan menguasai pasar internasional dan menjadikan produknya menjadi produk satu-satunya yang dicari oleh masyarakat internasional.

Untuk Indonesia sendiri, produk dari luar (termasuk China) dengan mudah dapat masuk ke Indonesia, namun sebaliknya, produk-produk dari Indonesia sangat susah untuk masuk ke China. Hal ini tentunya memberikan dampak yang negative untuk Indonesia jika China memasukkan banyak barang ke dalam negeri Indonesia. Tentunya hal ini sangat berbahaya untuk Indonesia, karena merk dari Indonesia sendiri belum bisa melawan jika dibandingkan dengan merk China. Karena dapat kita lihat sendiri, China bisa membuat barang bagus dengan harga yang murah, sedangkan Indonesia, belum tentu barang tersebut bagus, namun dijual dengan harga yang mahal. (Ramadhiani 2016)

Sehingga pada akhirnya yang akan menguasai pasar internasional adalah China. Karena jika dilihat dari aksesnya, China seperti memiliki akses yang sangat mudah untuk masuk ke berbagai negara dan melakukan ekspansinya di negara-negara tempat singgahnya untuk memasarkan barang dagangannya dengan harga yang murah. Dengan adanya hal ini, tentu China akan mendapatkan keuntungan yang sangat banyak, sehingga perekonomiannya pun akan semakin meningkat seiring dengan berjalannya waktu. Namun, kehadiran China tidak sepenuhnya akan memberikan dampak yang negative bagi negara-negara yang berkejasama dengan China.

Dari sudut pandang Indonesia, berdasarkan analisis perbandingan kondisi dengan skema tarif ACFTA dan hasil simulasi kondisi tanpa skema tarif ACFTA selama periode pengamatan 1 Januari 2009 sampai dengan 31 Desember 2011, dapat disimpulkan bahwa ACFTA berpengaruh pada peningkatan kontribusi ekspor bagi pendapatan nasional dan persentase pertumbuhannya. Berdasarkan analisis menggunakan model ARIMA dapat disimpulkan bahwa skema tarif ACFTA telah meningkatkan nilai ekspor Indonesia ke Cina. Di luar efek langsung, kontribusi tersebut akan memberikan pula dampak ikutan atau turunan yang ditransmisikan ke sektor-sektor ekonomi lain sehingga pada gilirannya turut berkontribusi pada pendapatan nasional. Dari persentase pertumbuhan, nilai ekspor Indonesia ke Cina yang berkontribusi terhadap pendapatan nasional Indonesia meningkat

kebijakan Indonesia dalam mengikuti ASEAN-China FTA memberikan dampak positif bagi Indonesia dan Cina. Oleh karena itu, hubungan kemitraan tersebut perlu dilanjutkan dan ditingkatkan ke arah yang makin memberikan manfaat optimal bagi keduanya, khususnya Indonesia yang tertinggal jauh dalam pengoptimalan manfaat ACFTA tersebut. Salah satu cara untuk mengoptimalkan manfaat tersebut bisa melalui kesepakatan bilateral. Kedua, salah satu strategi Cina menembus pasar Indonesia adalah dengan menguasai SNI. Indonesia perlu lebih ekspansif ke pasar Cina dan berupaya menguasai standar nasional Cina untuk mempermudah akses masuk ke pasar Cina. Ketiga, dari survei dampak ACFTA yang dilakukan Kementerian Perindustrian, tercatat lima sektor industri paling terpukul oleh dampak ACFTA yaitu elektronik, furnitur, logam, permesinan dan tekstil. Perhatian khusus pemerintah perlu diberikan untuk setidaknya meminimalkan seriusnya dampak sectoral adjustment yang terjadi pada kelima sektor tersebut. Keempat, adanya temuan praktik dumping beberapa produk Cina perlu disikapi dengan tegas oleh pemerintah Indonesia dengan segera melakukan kebijakan anti-dumping terhadap produk-produk tersebut.

References

Indonesia, VOA. 2020. Pengaruh China Besar di Asia Termasuk Indonesia. januari 20. Accessed Mei 2, 2021.

Ramadhiani, Arimbi. 2016. Barang China Bisa Membahayakan Pasar Indonesia. Maret 12. Accessed Mei 2, 2021.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun