Bulan depan, tepatnya tanggal 22 Februari, blog Kompasiana-ku ini genap dua tahun. Ini sudah bulan ke-23, minggu kesekian puluh, hari kesekian ratus, tapi  hanya SATU postingan pada tanggal 30 October 2010. Aku jadi bertanya pada diriku sendiri, untuk apa memulai sesuatu yang tidak kulanjutkan? Ah, minimal aku telah mulai mengetik sebuah opini kala itu. Bukankah langkah pertama selalu jadi awal sekian kilo-kata yang berkonvoi kemudian? Self-acceptance!
Aku dulu suka menulis. Benar-benar menulis, karena yang aku gunakan adalah pena dan buku tulis. Sejak mengenal papan ketik, menulis menurutku tidak praktis lagi. Era ketik sekarang ini - dengan komputer meja, laptop, ipad, hp - telah membuat "menulis" menjadi sesuatu yang lamban dan tidak efisien lagi. Meskipun bagiku, menulis dengan pena lebih berasa karena proses tuang ide lebih internal ketimbang menarikan jari-jari di atas keypad. Perlu kedalaman pikir sebelum menuliskan kata, karena jika asal tulis maka kertas akan penuh corat-coret koreksi yang berakhir di tempat sampah. Sementara mengetik (tentu saja bukan dengan mesin tik kuno, meski bisa dikoreksi tinta putih) membuat tuangan ide lebih cepat mengalir, secepat tombol delete menghilangkan jejak kata. Jadi, aku tidak berniat menulis lebih sering tahun ini. Aku akan mengetik sesering mungkin, dan...semoga men-delete sesedikit mungkin. Menurut saya, tombol delete adalah pelarian paling sempurna dari lontaran kata yang tidak dapat dipertanggung-jawabkan, ... secara perdata maupun secara pidana! Eh maaf, naluri advokat prematurku ini minta jatah publikasi juga. Hehehe. Aku berkomitmen pada diri sendiri untuk lebih sering mengetik kata-kata tahun 2012 ini. Mungkin karyaku hanya akan jadi ulat kata, yang bisa menjijikkan, atau lalu jadi kepompong yang penuh ide-ide sempit dan tertutup. Tetapi tentu saja, aku berharap kata-kata yang kuketik tahun ini kelak bisa jadi kupu-kupu kata, yang akan hinggap di indahnya bunga matabaca-mu. Selamat Tahun Baru 2012, selamat menunaikan ibadah ketik.