Mohon tunggu...
Fery Setiawan drg MSi
Fery Setiawan drg MSi Mohon Tunggu... Fakultas Kedokteran Gigi Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kota Kediri Jawa Timur Indonesia

saya adalah seorang dokter gigi magister sains dengan keilmuan di bidang Forensik dan Odontologi Forensik. saat ini saya sebagai dosen di Institut Ilmu Kesehatan, Bhakti Wiyata di Fakultas Kedokteran Gigi di bidang Odontologi Forensik dan Forensik.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Kalau Gigi Bisa jadi Hakim: Vonisnya Tambal Tetap!

1 Juli 2025   21:46 Diperbarui: 1 Juli 2025   18:52 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gigi Menggunakan Toga Hakim (Sumber:Dokumentasi Pribadi)

Di sebuah ruang sidang imajiner yang penuh dengan aroma fluoride dan suara mesin bor low-speed, duduklah seorang hakim gigi. Ia tidak mengenakan toga hitam, melainkan mantel steril dan masker medis. Hakim ini tidak mengetuk palu, tapi mengetukkan spatula tambalan ke meja.

Dan vonisnya?

"Pasien divonis: tambal tetap, tanpa penundaan!"

Begitulah bayangan saya, Prof, kalau suatu hari gigi bisa jadi hakim. Dan percayalah, vonis dari gigi itu kadang lebih jujur daripada sidang pada umumnya. Sebab gigi tahu apa yang terjadi---dari gigitan pertama sampai kebiasaan ngunyah sebelah kanan.

Gigi: Hakim Tanpa Kata

Gigi tidak pernah protes ketika dipakai menggigit keripik yang kerasnya setengah batu. Ia juga tak pernah mengeluh saat pemiliknya lupa menyikat gigi malam-malam. Tapi begitu tambalannya lepas, ia mengeluh lewat nyeri. Dan lewat nyeri itulah ia bersaksi:

"Saya sudah diperlakukan tidak adil, Prof..."

Nah, di sinilah gigi jadi hakim sekaligus korban. Dan kita sebagai dokter gigi (atau pasien), hanya bisa mengangguk dan berkata:

"Iya ya, ternyata gigi saya benar..."

Hakim Gigi dalam Dunia Forensik

Lepas dari imajinasi, ada realitas serius yang menarik: dalam dunia odontologi forensik, gigi benar-benar memegang peran seperti hakim.

  • Ia menilai siapa yang berkata jujur soal identitas

  • Ia memutuskan cocok atau tidaknya data antemortem dengan postmortem

  • Ia mengadili luka gigitan, tambalan palsu, atau identitas korban

Contoh nyata?

Dalam kasus kebakaran hebat, tubuh korban bisa hangus. Tapi giginya utuh. Gigi inilah yang kemudian "mengadili" data identitas yang ada. Ketika semua dokumen lenyap, odontogram menjadi satu-satunya "bukti pengenal".

Dan ketika ada luka gigitan dalam kasus kekerasan, gigi tersangka dibandingkan dengan luka korban. Jika cocok, maka gigi ikut menjatuhkan vonis.

Gigi Juga Bisa Salah... Sedikit

Sama seperti hakim manusia, gigi juga bisa keliru. Misalnya:

  • Tambalan lama copot

  • Mahkota gigi diganti tanpa rekam medis

  • Tidak ada data antemortem sama sekali

Tapi bedanya, gigi tidak berniat berbohong. Ia hanya diam, menyimpan jejak, dan menunggu kita yang mengartikannya.

Dan kadang, tambalan yang retak pun bisa menjadi saksi kunci.

Tambalan Itu Seperti Sidik Jari

Tahukah Prof, bahwa bentuk tambalan itu unik?

Seorang dokter gigi punya gaya tertentu saat menambal: ada yang suka tambalan cembung, ada yang halus seperti marmer. Bahkan pemilihan bahan tambal dan letaknya bisa menjadi sidik jari profesional.

Dalam kasus identifikasi, tambalan yang dibuat 3 tahun lalu di klinik X bisa dikenali dan dicocokkan dengan radiograf saat postmortem.

Jadi, tambalan itu bukan sekadar perbaikan, tapi rekam jejak medis yang sah.

Kalau Gigi Bisa Menyusun Vonis...

Bayangkan gigi berbicara di sidang:

  • "Terdakwa terbukti bersalah karena tidak menyikat gigi malam hari selama 3 bulan berturut-turut."

  • "Korban menderita karena dibiarkan impaksi molar ketiga selama dua tahun."

  • "Tambalan temporer digunakan lebih dari 5 tahun tanpa niat kontrol ulang."

Vonisnya?

  • Hukuman: scaling + edukasi menyeluruh + kontrol 6 bulan sekali!

Sederhana, lucu, tapi edukatif kan?

Gigi dan Rasa Humor

Sebagai dosen dan penulis, saya percaya ilmu itu bisa disampaikan dengan senyuman. Karena kalau terlalu tegang, pasien justru makin takut ke dokter gigi.

Maka dari itu, tulisan ini sengaja dibuat agak ringan, agar publik bisa paham:

  • Bahwa gigi bukan cuma urusan nyeri dan cabut

  • Bahwa gigi menyimpan data dan identitas

  • Bahwa gigi bisa "bersuara" dalam kasus forensik

  • Bahwa gigi yang dirawat hari ini bisa menjadi hakim yang membela kita di masa depan

Vonisnya Tambal Tetap!

Saya tutup tulisan ini dengan satu pesan singkat:

Kalau kamu sudah tahu gigi bolong,
Kalau kamu tahu tambalan retak,
Kalau kamu tahu sudah lima tahun tak kontrol...

Jangan tunggu panggilan pengadilan dari gigi.

Segera datang ke dokter gigi terdekat, dan biarkan dia mengucapkan:


"Dengan ini saya vonis: Tambal Tetap!"

Tentang Penulis

drg. Fery Setiawan, M.Si adalah dosen tetap Fakultas Kedokteran Gigi IIK Bhakti Wiyata, yang percaya bahwa gigi bukan hanya alat kunyah, tapi juga alat hukum, alat rekam, dan kadang... alat introspeksi.

Aktif menulis jurnal, buku, dan artikel populer bertema gigi dan forensik. Kadang serius, kadang lucu, kadang ngilu-ngilu gimana gitu.

Profil Kompasiana:
https://www.kompasiana.com/ferysetiawandrgmsiiik2768

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun