Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

"Stop Tot Tot Wuk-Wuk" Sirene Feodal Nir Etika Para Pejabat di Jalanan Umum

20 September 2025   10:51 Diperbarui: 20 September 2025   11:38 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.poskota.co.id/

Beberapa waktu belakangan, media sosial riuh rendah dengan soal "Tot Tot Wuk Wuk" pengawalan 'voorijder' polisi untuk menerobos kemacetan yang banyak digunakan para pejabat negara.

Istilah "Tot Tot Wuk Wuk" merupakan onomatope atau tiruan dari suara sirene dan strobo yang sering digunakan secara sembarangan oleh kendaraan non-darurat. 

Soalan ini sejatinya sudah menjadi keresahan banyak orang di Negeri ini, termasuk saya dan mungkin juga semua masyarakat pengguna jalan. 

Bayangkan saja, di tengah lalu lintas yang sedang macet seperti Jakarta, para pengemudi kendaraan lain dipaksa harus membuka jalan bagi kendaraan yang di dalam aturan sebenarnya tak mendapatkan prioritas saat melaju di jalan umum dengan bantuan pengawalan petugas Kepolisian.

Laku tak elok itu menimbulkan kegeraman di tengah publik sehingga memunculkan gerakan "Stop Tot Tot Wuk Wuk."  Sejatinya ini bukan sekadar keluhan tentang suara sirene yang memekakkan telinga, melainkan sebuah protes kolektif terhadap arogansi kekuasaan yang terasa nyata di jalanan. 

Bentuk protes muncul dalam berbagai cara, mulai dari poster digital yang tersebar di media sosial, hingga stiker sindiran yang ditempel pada kendaraan pribadi. Salah satu stiker yang ramai beredar berbunyi,

Kompas.com
Kompas.com
"Pajak kami ada di kendaraanmu. Stop berisik di jalan Tot Tot Wuk Wuk!" Stiker lain bertuliskan "Penggunaan sirene dan strobo hanya diperbolehkan untuk ambulans dan Damkar."

Ini adalah tamparan keras bagi prinsip keadilan dan kesetaraan, padahal mereka berjalan di atas sarana yang dibiayai pajak rakyat, sedangkan masyarakat yang membayar pajak untuk fasilitas negara harus rela bermacet-macetan, sementara segelintir elite dengan mudahnya "mengakali" waktu dengan suara sirene yang merupakan cerminan arogansi.

Kalau alasan mereka ber-tot tot wuk wuk itu lantaran ada kegiatan atau urusan penting yang harus disegerakan, memangnya masyarakat umum sebagai pengguna jalan lainnya, tak memiliki urusan penting juga?

Menurut studi yang dipublikasikan di jurnal Prehospital and Disaster Medicine menunjukkan bahwa penggunaan sirene untuk ambulan saja, hanya mampu menghemat waktu antara 43,5 hingga 181 detik di perkotaan, penghematan yang dianggap tidak signifikan.

Dan asal tahu saja, penggunaan sirene secara berlebihan bukan hanya bermasalah secara etika atau hukum, melainkan bisa juga isu kesehatan publik. Berbagai studi ilmiah menguatkan argumen ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun