Perubahan ini sangat signifikan, seluruh perjalanan commuter line dari arah Bogor/Depok tak lagi melayani perjalanan menuju Stasiun Sudirman, Tanah Abang, Duri hingga Jatinegara.
Jadi dari arah Bogor/Depok hanya melayani perjalanan ke arah Stasiun Cikini hingga Stasiun Kota.
Sementara dari arah Bekasi/Cikarang hanya melayani perjalanan commuter line ke arah Stasiun Sudirman, Tanah Abang, Angke sampai dengan Jatinegara, dan tak melayani perjalanan menuju Stasiun Kota via Stasiun Cikini.
Akibatnya, seluruh penumpang dari arah Bogor/Depok yang akan menuju arah Stasiun Sudirman, Tanah Abang hingga Jatinegara harus transit di Stasiun Manggarai.
Begitu pun pengguna KRL dari arah Bekasi/Cikarang ke arah Stasiun Cikini hingga Kota harus transit juga di Stasiun Manggarai.
Alhasil, tanpa harus menjadi orang jenius pun bisa menghitung bakal ada penumpukan penumpang yang masif di Stasiun Manggarai terutama saat jam sibuk.
Apalagi kemudian diketahui, struktur Stasiun Manggarai sepertinya tak siap untuk menampung penumpang dalam jumlah besar pada saat bersamaan, karena peron 6,7,dan 8 tempat transit ke arah Stasiun Sudirman lumayan sempit.
Belum lagi, untuk urusan perpindahan arus penumpang yang akan transit dari arah Bogor harus turun 2 tingkat melalui tangga di dua lokasi dengan lebar yang tak terlalu besar.
Pada saat bersamaan para penumpang dari arah Bekasi menuju Stasiun Cikini sampai Kota juga harus melalui dua lokasi tangga yang sama tersebut.
Merem aja, sudah kebayang chaos dan crowded yang akan terjadi saat transit di Stasiun Manggarai.
Untungnya di awal-awal perubahan pola perjalanan itu diberlakukan, masih banyak penumpang commuter reguler yang bekerja dari rumah alias WFH karena pandemi Covid-19.