Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Nancy Pelosi Pulang, Rudal Dongfeng Menerjang Kawasan Perairan Taiwan, Krisis Geopolitik Kawasan Terjadi?

6 Agustus 2022   11:47 Diperbarui: 6 Agustus 2022   12:02 375
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Memanasnya kembali hubungan Taiwan dan China serta potensi terganggunya stabilitas kawasan Asia menjadi "hasil utama" kunjungan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Amerika Serikat Nancy Pelosi ke Taipe, pada 3 Agustus 2022 lalu.

Pelosi merupakan pejabat terpilih dengan profil tertinggi AS yang berkunjung ke Taiwan  dalam 25 tahun terakhir.

Kunjungan Pelosi ini dianggap sebagai upaya provokasi oleh Beijing, mengingat hingga saat ini Pemerintah China, menganggap Taiwan yang memiliki pemerintahan sendiri yang dipilih secara demokratis masih menjadi bagian wilayahnya.

Mereka telah berjanji bahwa suatu waktu akan mengambil negara di Pulau Formosa tersebut, bahkan dengan paksa jika itu memang harus dilakukan.

Karena dianggap sebagai upaya provokasi besar, Beijing kemudian merespon kunjungan singkat Pelosi yang hanya 19 jam tersebut dengan menggelar latihan perang besar-besaran di kawasan yang berbatasan langsung dengan Taiwan.

Sesaat setelah Pelosi meninggalkan Taipe menuju Seoul, seperti dilansir Taiwan News, China meluncurkan 11 rudal balistik kebanggaan mereka, Dongfeng ke wilayah perairan Utara, Timur, dan Selatan Taiwan.

Selain itu, CNNInternasional melaporkan bahwa pada Jumat(05/08/22), 68 pesawat tempur dan 13 Kapal Perang Angkatan Laut China menerobos masuk garis median Selat Taiwan.

Garis median di Selat Taiwan merupakan batas tak resmi yang membelah menjadi dua sisi, Wilayah Taiwan dan China.

Garis tersebut ditetapkan dalam perang dingin untuk menghindari kemungkinan risiko bentrok antara dua wilayah jiran tersebut.

Semua gerakan militer China tersebut dibungkus dalam latihan perang, Sang Naga seolah ingin menunjukan pada Taiwan dan Amerika Serikat, bahwa mereka tak akan segan menggunakan kekuatan militernya jika terpaksa harus dilakukan, sekaligus memperingatkan mereka agar tak terus melakukan  memprovokasi.

Dalam latihan tempur tersebut, China terlihat benar ingin menunjukan kekuatan militernya, terutama Pasukan Roket dan Rudal Dongfeng-nya

Juru bicara Pasukan Roket Wilayah Timur Tentara Pembebasan Rakyat China, Shi Yu min mengklaim bahwa Rudal Dongfeng milik mereka berhasil mencapai target secara akurat.

Meskipun dalam perkembangannya diketahui bahwa 5 diantara Rudal Balistik Dongfeng tersebut nyasar ke Wilayah Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Jepang.

Sehingga direspon oleh Pemerintah Jepang dengan mengirimkan protes diplomatik kepada Pemerintah Xi Jinping.

Sejumlah media Internasional mengutip pendapat para pandit politik dan keamanan serta persenjataan global menyebutkan bahwa China tak hanya meluncurkan 11 Rudal Dongfeng melainkan 16 Rudal yang sebagian diantaranya nyasar ke Wilayah Perairan Jepang.

Selain itu, media global pun meyakini bahwa Rudal Dongfeng yang ditembakan China merupakan jenis DF-17.

Seperti dilansir TheDrive.Com,  DF-17 adalah jenis rudal berkecepatan hypersonik dengan jangkauan menengah dan jauh yang pertama diluncurkan pada Oktober 2019.

Jarak tembak DF-17 disebutkan antara 1.600-2.500 kilometer, dengan kecepatan luncur maksimal 5 kali kecepatan suara atau 5 mach.

Dan DF-17 ini bisa dilengkapi dengan hulu ledak nuklir, ditenggarai dengan kecepatan seperti itu bisa menghantam Kawasan Amerika Serikat hanya dalam waktu 30 menit.

Penembakan Rudal Dongfeng ke kawasan Taiwan ini menyebabkan terhambatnya ekspor semikonduktor Taiwan ke seluruh dunia untuk berbagai kebutuhan industri digital, mengingat Taiwan adalah pemasok terbesar semikonduktor atau prosesor untuk peralatan digital di dunia.

Konon kabarnya pesawat-pesawat angkutan penumpang komersial milik berbagai maskapai penerbangan kini sudah mulai menghindari kawasan udara Taiwan.

Kita mungkin akan dapat meraba bagaiman siruasinya jika krisis Taiwan-China ini terus berlangung atau bereskalasi menjadi konflik militer antar kedua negara tersebut.

Ekonomi dunia akan tambah terbebani dan menimbulkan kekacauan yang akan merugikan semua pihak.

Semoga saja krisis ini tak bereskalasi menjadi peperangan, harapannya  ke depan, AS bisa lebih bijak dalam menjalankan politik luar negerinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun