Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Saya Tak Sudi Menonton Film Horor

31 Oktober 2020   15:25 Diperbarui: 31 Oktober 2020   16:24 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya termasuk orang yang tak suka film bergenre horor, jika tak terpaksa ogah rasanya menonton film yang membuat saya harus tegang dan ketakutan setengah mati.

Sepanjang hidup saya, menonton film horor bisa di hitung jari. Film horor produksi Hollywood yang saya tonton Insidious,Sinister, dan IT -nya Stephen King.

Sementara produksi dalam negeri,  film horor yang saya tonton dengan sengaja, artinya saya datang ke bioskop dan membayar adalah 2 film horor yang disutradarai Joko Anwar, Pengabdi Setan dan Perempuan Tanah Jahanam.

Untuk film horor produksi Indonesia saya tak suka bukan hanya karena memang saya tak suka tapi juga karena kualitasnya menurut saya tak terlalu bagus.

Asumsi publik terhadap genre film horor tanah air pun sebenarnya tak terlalu positif, sebelum film Pengabdi Setan beredar, film horornya masih tak beranjak dari eksploitasi tubuh perempuan.

Hantu, tubuh mulus perempuan, dan seks seperti satu paket lengkap yang dibungkus sangat rapi oleh kebanyakan sineas Indonesia untuk mendulang penonton.

Anggapan lazim ini menunjukan penggarapan film horor di Indonesia dianggap kurang bermutu oleh sebagian besar masyarakat.

Apalagi bagi saya yang memang pada dasarnya tak menyukai genre film horor disaat kita tegang dengan berbagai adegan mengerikan, rasa tegang untuk bagian lain menambah tekanan yang menyesakan.

Namun demikian, tak berarti dalam kehidupan sehari-hari saya penakut. Saya masih berani lewat kuburan malam-malam sendirian. 

Sebenarnya ketakutan seseorang terhadap mahkluk astral disebabkan oleh kontruksi media. Dalam hal ini media kerap kali menyuguhkan gambaran tokoh-tokoh menurut rekontruksi mereka sendiri.

Wujud hantu seperti kuntilanak, genderuwo, tuyul atau apalah itu, sedikit banyak dikontruksikan oleh mereka atas dasar cerita-cerita lisan atau sebagian berbentuk tulisan kisah urban yang beredar di masyarakat.

Memangnya sudah ada orang yang benar-benar melihat secara detil bagaimana bentuk mahkluk halus itu gentayangan dan mendokumentasikan dengan benar tanpa rekayasa apapun?

Meskipun demikian, nemang harus diakui menonton film bergenre horor ini memacu adrenalin hingga level yang cukup membuat jantung berdegup kencang bahkan sampai kita tak mampu lagi melihatnya.

Mata kita ditutup dengan jari jemari tangan namun dalam saat bersamaan kita coba mengintip dari celah di antara jari tersebut.

Takut bercampur aduk dengan antusiasme, khas paradoks psikologi manusia. Bagi saya hal ini tak terlalu menyenangkan, karena efeknya lumayan panjang bahkan bagi sebagian orang geliat dari film horor ini bisa terbawa dalam mimpinya berulang kali.

Kadang selepas menonton film horor ada juga yang takut berada sendirian di suatu tempat lantaran mengimajinasikan sosok hantu seperti yang kita tonton itu seolah berada di sekitar kita.

Keadaan ini membuktikan bahwa persepsi membawa efek tertentu. Seperti yang diungkapkan bapak Psikoanalis Sigmund Freud.

"Ketakutan akan sesuatu ditimbulkan dari prasangka-prasangka yang dibuat pikiran kita sendiri"

Prasangka itu distimulasi oleh imajinasi kita tentung sesuatu yang menakutkan yang di capture dari film horor tersebut, akhirnya menjadikan kita jadi seorang penakut di dunia nyata.

Hal itu dialami saya selepas menonton film Pengabdi Setan, yang memang kontruksi horornya sebangun dengan imajinasi horor dalam persepsi saya tentang situasi keangkeran suatu tempat.

Sosok penampakan yang hadir dalam bayangan saya, pun seperti yang dicitrakan dalam film tersebut. Bisa jadi pengakuan orang yang melihat penampakan mahkluk halus itu merupakan efek psikologis dari kebanyakan nonton film horor

Makanya jika tak benar-benar terpaksa, Saya tak sudi gara-gara menonton film harus tersiksa seperti itu. Makanya genre film horor merupakan pilihan terakhir bagi saya.

Bagi saya menonton film itu untuk memberikan hiburan  di tengah rumitnya kehidupan atau mendapatkan sesuatu yang berharga untuk dijadikan pelajaran bagi kehidupan.... itu saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun