Mohon tunggu...
Efwe
Efwe Mohon Tunggu... Administrasi - Officer yang Menulis

Penikmat Aksara, Ekonomi, Politik, dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Segar Pilihan

Sarung dan Filosofinya, Pakaian Pemersatu Bangsa

14 Mei 2020   20:03 Diperbarui: 14 Mei 2020   20:00 483
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sarung, itulah tema  Samber THR Kompasiana hari ke 18. Sarung menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah; 1. Selongsong yang dibuat dari kayu, kulit, atau logam tempat memasukan keris (pedang dan sebagainya).

2. Sampul, salut, pembungkus;......bantal,....tangan; 3. Kain sarung.

Nah jika kita sambungkan dengan tema kita saat Ramadan kali ini, bisa saya asumsikan bahwa sarung yang dimaksud oleh kompasiana adalah kain sarung. Bukan sarung tangan, bukan sarung bantal apalagi sarung keris. 

Kain sarung ini sudah lekat dengan ciri khas masyarakat muslim Indonesia. Walaupun sesungguhnya sarung tak menunjukan identitas apapun termasuk agama tertentu.

Karena sarung juga dipergunakan oleh berbagai kalangan diberbagai suku dan agama yang ada. Di kalangan masyarakat internasional sarung atau sarong adalah sebentuk kain lebar yang pemakaiannya dibebatkan pada pinggang untuk menutup bagian tubuh dari pinggang ke bawah.

Kain sarung dibuat dari berbagai macam bahan, mulai dari katun, polyester, bahkan sutera. Penggunaan sarung sangat luas mulai dari beribadah hingga upacara-upacara resmi adat.


Menurut Ensiklopedia Britanica yang saya baca. Sarung berasal dari kawasan Timur Tengah, tepatnya di daerah Yaman.

Di negeri Yaman sarung disebut Futah, sementara masyarakat di Oman menyebut sarung dengan nama wizaar. Sedangkan orang Arab Saudi menyebutnya dengan nama Izaar.

Penggunaan sarung terus meluas tak hanya di Kawasan Timur Tengah, namun mulai merambah ke Asia Selatan,  Asia Tenggara, Afrika, Eropa hingga Amerika Selatan.

Sarung pertama kali masuk ke Indonesia diperkirakan pada abad-14 dibawa oleh saudagar Arab dan Gujarat. Dalam perjalanannya kemudian, sarung di Indonesia menjadi identik dengan kebudayaan Islam. Dan dipergunakan sebagai pakaian sehari-hari.

Walaupun kemudian budaya menggunakan sarung mulai bergeser setelah Belanda masuk ke Indonesia, karena mereka membawa budaya berpakaian Eropa seperti celana panjang, kemeja dan jas untuk pria dan gaun serta rok untuk wanita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Segar Selengkapnya
Lihat Segar Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun