Banyak sekali faktor yang memengaruhi apakah seseorang menjadi produsen kebohongan atau kebenaran. Mulai dari mental feodal sampai kemampuan untuk mendeteksi isi informasi. Literasi yang selalu digaungkan menjadi tak bermakna hari-hari ini.Â
Tapi saya pun tak menyangkal bahwa banyak orang-orang yang masih ingin mengenal kebenaran secara utuh.Â
Lalu lebih bahaya mana, mental feodal atau kurangnya kemampuan seseorang memilah informasi? Anda pasti memiliki analisis sendiri setalah membaca ini, tapi saya akan beri satu contoh fakta bahaya dari mental feodal.
Dalam kehidupan politik, saat junjungan mereka melakukan suatu kebenaran, mereka umbar se-massif mungkin. Tapi giliran junjungannya menyebar kebohongan atau kebencian, mereka diam dan bahkan berusaha menutupi dengan cara menyerang lawan politiknya.Â
Konten serangannya bohong pula! Begitu fenomena akhir-akhir ini, perlu kita beri perhatian khusus agar tak menjadi bola salju (bukan bola salju api) yang kian hari kian membesar, hingga akhirnya menghantam rumah-rumah yang berada di lembah, karena bola salju itu menggelinding dari atas bukit.
Ya, semuanya tergantung dari atas bukit. Apakah mereka yang di atas bukit ingin menghancurkan atau justru mengirim angin sejuk untuk peradaban? Tentu kita mengharapkan angin sejuk tiba, karna selama ini ia akrab juga dengan kebenaran.Â
Selain itu, saya berpesan kepada para penghuni bukit, tolong hilangkan mental feodal dan turunkan egoisme! Agar kebenaran kembali akrab dengan masyarakat, agar kebohongan hilang dari pergaulan kita sehari-hari. []
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI