Mohon tunggu...
Tri Ferdi Samuel Hutapea
Tri Ferdi Samuel Hutapea Mohon Tunggu... Konsultan - Poemardian

Research Assistant at PT. Dua Tiga Empat Consultant (Stuppa Indonesia). Tourism Research Enthusiast but sometimes killing time with writing poetry and listen to music.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Lahirnya Penjahat Kelamin

30 Desember 2019   14:59 Diperbarui: 29 Februari 2020   22:28 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Berada pada dua garis⁣
Antara penyesalan dan pelampiasan⁣
Dimana Hawa menjadi objek merana⁣
Nestapa, tiada tara⁣


Lantang ku merobek Gua⁣
Henyap ku menusuk Bumi⁣
Tak ada yang tahu⁣
Bersembunyi dibalik senyum bertemu canda⁣


Tertinggal dalam sebuah kisah pembusukan hati⁣
Namun jauh disana, Lantang-ku masih tertatih⁣
Berlari, meninggalkan posisi yang sudah tiada arti⁣
Apa daya hati yang tak dapat diselami?⁣


Membekas seumur hidup⁣
Membuat semesta semakin redup⁣
Pilu merajai abadi⁣
Hanya Hawa penghibur diri⁣


Tak ada rotan akar pun jadi⁣
Tak ada kamu, dia pun jadi⁣
Tidak ada kasih tulus bak merpati⁣
Hanya bercinta pemuas diri⁣


Tiga pagi. Terjaga sebab penyesalan di hati⁣
Mengkhianati janji kepada diri sendiri⁣
Tapi ini nikmat bukan? Walau sementara⁣


Kecup manja kepada dia⁣
Dia yang bukan siapa-siapa⁣
Hubungan yang hanya sebatas ranjang⁣
Siapa sangka berlangsung panjang⁣


Kekasih dijaga setengah mati⁣
Tapi siapa sangka kalau wanita lain dihabisi⁣
Bercinta seperti akan mati⁣
Sambil berparau "rasanya seperti pertama kali"⁣


Pepatah bersua⁣
Penyesalan datang terakhir⁣
Sementara pelampiasan⁣

Datang dikala akal tak digunakan⁣
Kepahitan dan kenikmatan⁣
Berkunjung disaat yang bersamaan⁣


Pergumulan terus membuntuti⁣
Berlari mengejar diri hingga mati⁣
Tidak perduli...⁣
Ketika Hawa menangis menuntut cinta sejati⁣
Maaf, hubungan kita sebatas ranjang saja, sayang⁣

Kata Si Penjahat Kelamin.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun