Mohon tunggu...
Ferdiana Melani V
Ferdiana Melani V Mohon Tunggu... Mahasiswa - Student

An Accounting Student

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sampai Kapan Pendidikan Indonesia Mau Seperti Ini?

1 November 2021   17:39 Diperbarui: 1 November 2021   18:17 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Imbas dari ketimpangan jumlah sekolah yang tersedia pada tiap jenjangnya akat berakibat pada angka partisipasi sekolah. 97% anak usia sekolah berpartisipasi pada jenjang sekolah dasar. 

Lalu, hanya 80,12% yang berpartisipasi pada jenjang menengah pertama. Angkanya semakin turun lagi menjadi hanya 61% anak yang berpartisipasi pada sekolah menengah atas/kejuruan. Dan hanya ada 19,32% yang berpartisipasi pada perguruan tinggi. 

Hal inilah yang menjadi penyebab kenapa pendidikan sangat sulit untuk diakses. Pada tahun 2018/2019 dari 25.203.371 jumlah murid SD hanya ada 10.112.022 murid yang bersekolah di SMP. Mau dikemanakan para lulusan SD yang tidak mendapat sekolah ini? Mereka bukan tidak ingin sekolah, tapi tidak tersedia cukup sekolah agar mereka semua bisa masuk.

  • Kualifikasi dan beban kerja guru

Peraturan menteri pendidikan nasional No. 16 tahun 2007 menegaska bahwa kualifikasi akademik guru yang telah memenuhi syarat adalah mereka para guru yang paling tidak memiliki ijazah D4/S1 atau lebih tinggi. 

Tentu dengan standar ini angka yang didapat cukup tinggi. Pada tahun ajaran 2019/2020 jumlah guru yang terkualifikasi layak ada sebesar 91,76% dari 2.654.945 guru yang mengajar di sekolah (kepala sekolah dihitung). 

Tentunya ini merupakan angka yang sangat tinggi. Tapi pertanyaannya adalah, apa angka besar ini saja cukup? Apakah memastikan bahwa para guru merupakan sarjana-sarjana terdidik saja cukup untuk mengatakan bahwa para pendidik layak? Tentu, hal ini belum cukup.

 Pelatihan-pelatihan bagi para guru, gaji yang layak, peningkatan softskills maupun hardskills, penguasaan dibidang iptek, efisiensi dan efektivitas kerja, serta peraturan kebijakan yang berpihak perlu untuk diberikan agar kemampuan para pendidik kita dalam mengajar para penerus bangsa terus berkembang. 

Ini merupakan investasi jangka panjang unuk kemajuan bangsa. Mereka-mereka inilah para ujung tombak dunia pendidikan kita. Orang-orang yang bersinggungan langsung dengan para murid. Mereka yang berdarah-darah untuk mencerdaskan bangsa. Mereka perlu kita hargai lebih.

Masalahnya adalah, tiga poin persamalahan diatas merupakan masalah lama yang tak kunjung terlihat penyelesaiannya. Keterbatasan gedung sekolah, angka partisipasi sekolah yang semakin menurun seiring naiknya jenjang pendidikan, serta peningkatan kualitas para pendidik kita merupakan hal klasik yang sejak dulu selalu dibahas penyelesaiannya. Sudah tujuh puluh enam tahum merdeka, mau dibawa kemana pendidikan kita?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun