Mohon tunggu...
FENY KRISTIN DEBORA
FENY KRISTIN DEBORA Mohon Tunggu... Mahasiswa - Aritonang

now or never. All about time...

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Peranan Pastoral Konseling dalam Pelayanan Gerejawi

11 November 2021   08:56 Diperbarui: 11 November 2021   09:02 608
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Oleh:

FENY KRISTIN DEBORA

PROGRAM MAGISTER (S2)

PROGRAM STUDI PASTORAL KONSELING

TAHUN 2021

21231011@sttbi.ac.id

 ABSTRAKSI

This study aims to determine how the application of Pastoral Counseling can have an impact on the life of the church at GBI Bethseba. With the background of complex church life, making the congregation difficult to deal with every life problem. So it is expected that throught the application of Pastoral Counseling can help the congregation in resolving the forms of problems faced and fostering the velues of the truth of God World in the life of the church. In the research prosses, research use qualitative methodology. In this research method, the source used is primary and secondary sources. From the result of the study, it was found that the application of Pastoral Counseling from the ecclesiastical in building the lifeof the congregation is very important. The application of Pastoral Counseling as an effort to assist the congregation in solving every problem in life and can helf increase the growth of faith in God. In the Bible of Luke 17:11-19, Jesus gave an example of ecclesiastes how important it is to apply of Pastoral Counseling as an effort to help the life ofthe congregation. It is has relevance to today”s ecclesiastical duties and responsibilities.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana Penerapan Pastoral Konseling bagi Gerejawi dapat berdampak bagi kehidupan jemaat di GBI Bethseba. Dengan latarbelakang kehidupan jemaat yang kompleks, membuat jemaat sulit menghadapi setiap permasalahan kehidupannya. Maka diharapkan melalui Penerapan Pastoral Konseling ini dapat membantu jemaat dalam menyelesaikan bentuk permasalahan-permasalahan yang dihadapi dan menumbuhkan nilai-nilai kebenaran Firman Tuhan di dalam kehidupan jemaat . Dalam proses penelitian, peneliti menggunakan Metodologi Kualitatif. Dalam metode penelitian ini, sumber yang dipakai adalah sumber-sumber primer dan sekunder. Dari hasil penelitian, ditemukan bahwa penerapan Pastoral Konseling bagi gerejawi dalam membangun kehidupan jemaat sangatlah penting. Penerapan Pastoral Konseling sebagai upaya untuk membantu jemaat dalam menyelesaikan setiap permasalahan kehidupan serta dapat membantu meningkatkan pertumbauhan iman kepercayaan kepada Tuhan. Dalam Kitab Lukas 17:11-19 Yesus memberikan teladan bagi gerejawi betapa pentingnya Penerapan Pastoral Konseling sebagai upaya membantu kehidupan jemaat. Hal ini memiliki relevansi terhadap tugas dan tanggung jawab gerejawi saat ini.

Kata Kunci : “Penerapan; Pastoral Konseling; Pelayanan Gerejawi; Jemaat.

 A. PENDAHULUAN

Dalam era globalisasi, terjadi perkembangan percepatan yang semakin meningkat dan menimbulkan adanya perubahan. Perubahan yang terjadi meliputi seluruh aspek kehidupan manusia terutama dalam pelayanan gerejawi. Keterbatasan dan ketidakmampuan dalam mengikuti perkembangan membuat adanya ketidakseimbangan bagi kehidupan manusia. Ketidaksemibangan ini menghasilkan perubahan-perubahan yang signifikan bagi pola kehidupan manusia. Dalam keadaan seperti ini jemaat harus mampu mempertahankan nilai-nilai kebenaran yang ada dalam kehidupannya. Hal ini membutuhkan peran serta dan tanggung jawab dari pelayanan gerejawi dalam mendukung semakin bertumbuhnya nilai-nilai kebenaran yang ada dalam kehidupan jemaat.

Gereja merupakan lembaga yang Tuhan bentuk sebagai tempat persekutuan umat Kristiani dalam kesehatian untuk semakin bertumbuh di dalam iman dan kepercayaan kepada Kritus. Namun gereja bukan hanya berbicara tentang bangunan namun lebih kepada tugas dan tanggung jawab, sebagai alat Tuhan dalam memberitakan kabar Injil kepada manusia, bukan sebagai lembaga namun lebih kepada individu atau seseorang yang adalah pelaksananya. Gereja diharapkan secara progresif dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, tidak hanya menunggu namun harus ada inisiatif diri dalam melakukan tugas dan tanggung jawabnya dihadapan Tuhan.

GBI Bethseba adalah salah gereja yang berada dipedalaman Kalimantan Tengah. Kesulitan terbesar yang dialami gereja yang ada dipedalaman ialah kurangnya bimbingan dari Gembala Sidang. Banyak gereja yang ada di pedalaman Kalimantan Tengah tidak mendapatkan bimbingan secara rutin dari Gembala Sidangnya dikarenakan akses yang tidak memungkinkan dan jarak yang cukup jauh. Salah satunya adalah GBI Bethseba. Dikarenakan akses yang jauh dan jarak tempuh yang sulit, membuat para Gembala Sidang mempercayakan tugas dan tanggung jawabnya kepada ketua jemaat setempat.

            Dikarenakan hal tersebut, maka jemaat kurang mendapatkan bimbingan secara langsung dari Gembala Sidang. Sedangkan ketua jemaat merupakan bagian dari anggota jemaat yang hanya dipercayakan untuk melaksanakan liturgi dalam ibadah dan hanya sesekali melakukan pelayanan Gerejawi diluar. Gereja hanya menjalankan tugasnya pada hari minggu saja dan selebihnya jarang ada pelayanan secara individual di luar gereja. Secara program telah dibuat namun pada pelaksanaanya masih belum efektif dikarenakan kesibukan masing-masing jemaat.

Hal ini yang jemaat rasakan kurang efektifnya pelayanan Gerejawi. Ketika jemaat mengalami permasalahan sering kali tidak ada dari pihak gereja yang dapat membantu, dikarenakan kesibukan masing-masing jemaat dan kurangnya pemahaman Alkitab oleh ketua jemaat. Pertumbuhan iman yang kurang mengakibatkan permasalahan dalam jemaat. Kurangnya adanya bimbingan, arahan bahkan tuntunan dari Pelayanan Gerejawi mengakibatkan jemaat kurang memaknai tugas dan tanggung jawabnya sebagai umat Kristiani. Banyak jemaat yang masih bergumul dengan permasalahannya, ketidakberdayaan untuk bisa lepas dari masalah, hidup dalam tekanan dan sulit untuk memaknai nilai-nilai Keberadaan Firman Tuhan dalam hidupnya. Ketika jemaat ada dalam permasalahan hal yang sering dilakukan ialah pergi kepada paranormal dan lebih percaya kepada hal-hal duniawi. Hal ini dikarenakan kurang adanya bimbingan secara langsung dari pelayaaan gerejawi kepada Jemaatnya.

Permasalahan kehidupan manusia yang semakin kompleks membuat tantangan besar bagi jemaat untuk tetap bertahan di dalam tugas dan tanggung jawab yang Tuhan percayakan. Beberapa dari jemaat sedang mengalami keputusasaan bahkan sampai meninggalkan Tuhan dikarenakan permasalahan kehidupan yang tidak terbendungkan akibat dari perubahan dan perkembangan yang terjadi.  Jika semakin dibiarkan maka akan terjadi krisis dalam pertumbuhan iman jemaat. Maka dari itu diperlukan adanya Penerapan Pastoral Konseling bagi jemaat, walaupun tidak secara rutin di lakukan. Walapun dipandang tidak efektif dikarenakan waktu yang singkat, setidaknya dilakuakan, untuk membantu memulihkan keadaan jemaat dan semakin menumbuhkan iman kepercayaan jemaat kepada Tuhan. Penerapan Pastoral Konseling dilakukan sebagai bentuk upaya yang dapat dilakuakan dalam membantu pelayanan gerejawi.

Dalam pembahasan ini saya sebagai peneliti akan memberikan dari hasil penelitian yang saya lakukan bagaimana “Peranan Pastoral Konseling bagi Pelayanan Gerejawi di GBI Bethseba”.

B. METODE PENELITIAN

  1. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Metode kualitatif adalah suatu pendekatan yang dibangun atas landasan filsafat atau paradigma fenomenalogi yang menggunakan karateristik penelitian alamiah, dengan pandangan realitas terbuka, kontekstual, menyeluruh dan saling keterkaitan.[1] Sumber-sumber data yang dipakai ialah sumber data sekunder dan sumber data primer. Maka dari itu Penelitian diarahkan untuk mendapatkan fakta-fakta yang dilandaskan oleh hal tersebut yang berhubungan dengan “Peranan Pastoral Konseling bagi Pelayanan Gerejawi di GBI Bethseba”.  

Prosedur pengumpulan data

Dengan tujuan penelitian adalah mendapatkan data maka teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan cara: Pengamatan, wawancara dan dokumentasi[2]

 

C. HASIL PENELITIAN

Diberikut ini adalah deskriptif hasil penelitian mengenai Penerapan Pastoral Konseling bagi pelayanan Gerejawi di GBI Bethseba yang didapati oleh peneliti dari wawancara dengan narasumber yaitu

1. Tujuan dari Penerapan Pastoral Konseling bagi Pelayanan Gerejawi

Dari hasil wawancara peneliti, narasumber mengatakan bahwa tujuan Penerapan Pastoral Konseling bagi Pelayanan Gerejawi di GBI Bethseba diharapkan dapat membantu meringankan beban permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh jemaat. Jemaat sangat rentan akan pemahaman, mudah untuk dipengaruhi oleh kebudayaan yang berkembang, sehingga kesulitan dalam menyelesaikan permsalahan yang terjadi. Beberapa narasumber merasa kesulitan dalam berkomitmen untuk mengembangkan dan menumbuhkan nilai-nilai kebenaran Firman Tuhan dalam kehidupannya. Pengaruh kebudayaan merupakan salah satu penyebab terjadinya krisis iman di dalam jemaat. 

Budaya dan tradisi menanamkan pola-pola kebiasan yang sering kali bertentangan dengan nilai-nila Kebenaran Firman Tuhan. Kebiasaan yang buruk tidaklah menjadi suatu yang buruk jika diperhadapkan dengan budaya. Misalkan seperti memakai narkotika, berjudi, minum-minuman keras, perselingkuhan bahkan perceraian. Hal tersebut tidaklah menjadi sesuatu yang tabu, namun menjadi suatu kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat termasuk jemaat dan memberikan nilai kewajaran. Untuk membantu mengembalikan pemahaman jemaat akan nilai-nilai kebenaran akan apa yang harus mereka hidupi yaitu dengan Penerapan Pastoral Konseling yang dilakukan oleh gerejawi kepada jemaat.

entingnya peran serta gerejawi dalam menanggapi hal tersebut agar nantinya tidak terjadi krisi di dalam kehidupan jemaat. Gerejawi memberikan upaya pertolongan kepada jemaat yang menghadapi permasalahan-permasalahan kehidupannya, menghilangkan kebiasan-kebiasan buruk, dan upaya untuk menanamkan nilai-nilai kebenaran di dalam kehidupan jemaat. Maka dari itu gerejawi diharapkan dapat menerapkan Pelayanan Pastoral Konseling bagi pertumbuhan iman kepercayaan jemaat kepada Tuhan. 

Penerapan Pastoral Konseling diharapkan tidak hanya ruang lingkup itu saja namun secara bersama-sama dapat menemukan solusi atas permasalahan yang sedang dihadapi oleh jemaat. Penerapan Pelayanan Pastoral Konseling juga menuntut jemaat untuk lebih dewasa, mandiri, percaya diri dan mampu mengambil keputusan atas permasalahan yang sedang dihadapinya dan semakin bertumbuh di dalam iman pengharapan kepada Tuhan. Dengan memberikan pemahaman, pelatihan dan pengajaran diharapkan jemaat tidak hanya mengerti tentang keberadaan hidupnya namun memahami tugas dan tanggung jawabnya dihadapan Tuhan.

2. Bentuk Penerapan Pastoral Konseling bagi Pelayanan Gerejawi

Dari hasil wawancara yang peneliti lakukan, peneliti menarik kesimpulanm, ditemukan bahwa jemaat mengharapkan adanya Penerapan Pastoral Konseling di dalam pelayanan Gerejwai untuk membantu jemaat yang masih kesulitan dalam membangun kehidupan dan pemahaman yang benar sesuai dengan Firman Tuhan. Kunjungan merupakan salah satu bentuk Penerapan Pastoral Konseling yang dapat dilakukan oleh gerejawi dalam melakukan pelayanan kepada jemaat. Dengan kunjungan jemaat akan meresa diperhatikan, dihargai, diperdulikan, dan sangat terbantu oleh hal tersebut. 

Tidak hanya sebagai bentuk kepedulian namun diharapkan melalui kunjungan dapat terjalin hubungan komunikasi yang baik antara Pelayanan Gerejawi dengan jemaat. Di dalam melakukan kunjungan kita dapat memberikan semanga, dukungan, kekuatan bahkan dapat menanamkan nilai-nilai Kebenaran Firman Tuhan secara langsung di dalam kehidupan jemaat. Dalam melakukan kunjungan harus ada insiatif dari pelayanan gerejawi untuk berkomitmen dalam melakukan tugas dan tanggung jawabnya.

 3. Penerapan Pastoral Konseling Sebagai Bentuk Menanamkan Sikap Mengasihi kepada jemaat

Dari hasil wawancara peneliti dengan beberapa narasumber, permasalahan terbesar dalam kehidupan jemaat adalah mengasihi. Narasumber mengatakan memang tidaklah mudah untuk dapat mengasihi sesama, Tuhan bahkan diri sendiri. Akan sangat sulit bagi mereka memahami hal tersebut, apalagi melakukannya. Maka dari itu peranan pastoral konseling sangat membantu jemaat dalam memahami arti mengasihi, tidak hanya mengasihi orang lain, mengasihi Tuhan namun juga mampu mengasihi dirinya sendiri. Firman Tuhan mengajarkan untuk kita melakukan Kasih di dalam kehidupan kita. Allah telah terlebih dahulu mengasihi kita maka dari itu sudah seharusnya dan sewajibnya kita sebagai jemaat Tuhan harus mampu melakukan Kasih itu sebagai bentuk respon yang Tuhan telah lakukan dalam kehidupan jemaat. Disinilah peran gerejawi untuk nenerapkan dan melakukan Pastoral Konseling kepada jemaat dalam hal mengasihi.

4. Penerapan Pastoral Konseling sebagai Bentuk Menanamkan Sikap Mengampuni kepada jemaat

Penerapan Konseling dalam gerejawi tidak hanya mengajarkan tentang kasih terhadap Tuhan, kasih terhadap sesama tetapi juga mengajarkan kepada jemaat bagaimana mereka harus terlebih dahulu mampu mengampuni orang yang bersalah kepadanya. Narasumber mengatakan bahwa mereka masih sulit untuk mengampuni terutama mengampuni keluarganya. 

Kepahitan,dendam, kekecewaan yang dialami oleh jemaat membuat mereka sulit untuk mengampuni, sehingga membuat jemaat hidup di dalam tekanan. Beberapa narasumber mengatakan bahwa kehidupan keluarganya dipenuhi dengan permasalahan yang berat, terutama masalah perselingkuhan dan narkoba. Ketika pasangan mereka melakukan hal tersebut sangat sulit dihadapi oleh jemaat, bahkan dari antara narasumber mengatakan bahwa ia kepahitan dengan pasangannya selama kehidupannya, dosa yang diperbuat pasangannya menimbulkan goresan luka dalam dirinya dan rumah tangganya. 

Sehingga membuat beberapa narasumber mengalami traumatik yang luar biasa, tidak sedikit dari mereka yang memilih untuk bercerai dengan pasangannya. Disinilah dibutuhkan peran Penerapan Pastoral Konseling untuk membantu jemaat pulih dari keterlukaannya bahkan bangkit dari traumati masa lalunya. Dengan menanamkan nilai-nilai Kebenaran Firmana Tuhan kepada jemaat diharapkan dapat membantu jemaat untuk pulih dari kehidupannya.

Analisis Hasil Wawancara

 Secara etimologi konseling berasal dari kata “counsel” yang berasal dari bahasa latin “Consilium” dari kata dasar “Consilere” yang berarti “to consult”, yang memiliki pengertian mencari pandangan atau nasehat dari orang lain sebagai penentu untuk pertimbangan dan pembuat keputusan. Dari pengertian di atas, konseling dapat dijabarkan sebagai suatu proses menyampaikan nasehat, petunjuk, peringatan, teguran, dorongan dan ajaran untuk memberikan pertimbangan guna mengambil keputusan yang bijaksana sebagai upaya untuk mengatasi masalah serta menangani atau menyelaraskan perilaku. Sehingga dapat dipahami bahwa konseling tidak hanya dimaksudkan untuk urusan-urusan masalah hidup saja, tetapi juga bimbingan-bimbingan untuk melanjutkan kehidupan yang lebih baik.[3] 

Hampir sama dengan apa yang dinyatakan sebelumnya, Gary R. Collins dalam bukunya yang berjudul “Konseling Kristen yang Efektif” yang menjelaskan bahwa bentuk-bentuk konseling adalah mampu memberikan dukungan kepada konselinya. Konseli didorong agar ia dapat mengutarakan secara terbuka mengenai permasalahan yang dialaminya, memberitakan secara terang-terangan atau langsung kepada konselinya mengenai kesalahan atau tingkah laku yang diperbuat oleh konselinya, mengemukakan hal-hal rohani dalam konseling tetapi tidak secara sembarangan mengemukakannya dan mampu memberikan solusi kepada para konselinya dalam mengahadapi permasalahan. [4]Berikut ini adalah analisis pembahasan hasil wawancara:

1. Penerapan Pelayanan Pastoral Konseling Sebagai Bentuk Bantuan Berdasarkan Tinjauan Teologi Kitab Lukas 17:11-19

Penerapan Pelayanan Pastoral Konseling sangat penting dilakuakan di dalam pelayanan gerejawi. Dengan melihat permasalahan kehidupan jemaat yang semakin kompleks disadari jemaat membutuhkan pertolongan dan bantuan dalam menghadapi dan menyelesaikan permasalahan kehidupan yang terjadi. Ketidakberdayaan jemaat dalam mengatasi dan mengahadapi dilematikan ini membuat jemaat mengalami krisi iman. Dibutuhkan peran serta gerejawi dalam membantu dan menolong jemaatnya.

Didalam Kitab Lukas 17:11-19 memberikan kita tinjauan teologis bagaiamana Kristus sangat menghendaki adanya pelayanan Gerejawi kepada jemaat. Ketika perjalanan-Nya menuju Yerusalem, Kristus dengan sengaja menelusuri, mencari dan mendatangi daerah perbatasan Samaria dan Galilea untuk bertemu dengan mereka dan mendengarkan keluh kesah yang dialami oleh orang-orang yang tinggal di daerah perbatasan tersebut. Berbagai macam orang yang diasingkan oleh masyarakat tinggal di daerah perbatasan tersebut. Masyarakat yang tinggal di lingkungan tersebut didominasi oleh orang-orang miskin, yang mengalami sakit penyakit, hidup dalam kekurangan, diasingkan, dihina bahkan mereka dipersamakan dengan seorang pendosa. Betapa tekucilkannya mereka sehingga tidak ada yang berani datang ketempat itu. Namun Yesus hadir dan mengunjungi mereka, tanpa rasa takut Yesus mendekati mereka dan memberikan pengharapan bagi mereka.

Pada waktu itu ketika Kristus menelusuri daerah tersebut Kristus diperhadapkan oleh orang-orang yang mengalami penyakit kusta, bahkan dikatakan ada sepuluh orang yang menderita penyakit kusta datang dan hendak menghampiri Kristus. Penyakit kusta bukanlah penyakit yang ringan namun mematikan bahkan dapat menular kepada orang yang disentuhnya. 

Dalam tradisi pandangan orang Yahudi seseorang yang mengalami penyakit kusat adalah serorang yang mendapat kutukan dari Tuhan akibat dosa yang pernah dilakukannya. Mereka diasingkan dipengasingan yang jauh dari keramaian, dan hanya menunggu kematian menjemput mereka, dikarenakan penyakit kusta tidak dapat disembuhkan oleh apaun dan langka. Kehidupan mereka seolah-olah tidak ada harapan lagi, mereka hidup dalam tekanan, ketakutan, bahkan penderitaan.

Yesus hadir bagi mereka dan mejumpai mereka serta meulihkan keadaan mereka tanpa memandang kebudayaan. Yesus memperlihatkan tentang kuasa Allah yang dapat diberikan oleh siapapun juga, termasuk bagi orang-orang yang dianggap pendosa dan terkutuk. Pengharapan sekecil apapun penting bagi mereka, ditengah ketidak mustahilan mereka belajar untuk mempercayainya sebagai sebuah pengharapan yang baru. Ketika mereka melihat keberanian dan keperdulian Yesus, mereka ikut memberanikan diri mempercayai perkataan Yesus. Akhirnya mereka menerima kesembuah dan pemulihan dari Yesus. Jika tidak adanya keberanian dari seseorang untuk melayani mereka maka mereka juga kemungkinan tidak akan berani berharap pada apapun juga.

Dari kesepuluh orang kusta yang menerima kesembuhan, namun hanya satu yang datang kepada Yesus untuk mengucapkan syukur, ia adalah orang samaria. Dalam tradisi Yahudi orang samaria adalah orang yang hidup dalam kenajisan, dikarenakan mereka adalah hasil pencampuran antara kaum Israel dan bangsa lain, dan tidak murni. Maka dari itu mereka sering dikucilkan dan dijauhi oleh orang-orang Yahudi. Orang samarian ini setelah menerima kesembuahan ia memberanikan diri untuk datang bahkan teryukungkur mempermuliakan nama Tuhan, walaupun ia tahun bahwa Yesus adalah keturuanan Israel. Yesus melihat keberanian orang Samaria ini sebagai sebuah kebenaran dan Orang samaria ini tidak hanya menerima kesembuhan namun menerima pengampunan serta keselamatan dari Tuhan.

Penerapan Pastoral Konseling bagi gerejawi dalam membantu kehidupan jemaat tidaklah selalu berjalan dengan lancar. Namun ada banyak hal yang kita dapat pelajari dari kehidupan Yesus selama pelayanan-Nya, tidak ada yang tidak membuahkan hasil, sekecila apapun itu tetaplah hasil. Ketika melayani jemaat harus didasari dengan tanggung jawab, jangan memilih orang-orang tertentu dalam menolong jemaat. Siapapun itu, mau orang asing, tetangga, keluarga bahkan orang yang penah melukai kita merekapun berhak mendapatkan Kasih Karunia dari Allah, mereka membutuhkan pertolongan kita untuk melanjutkan kehidupannya agar sesuai dengan nilai-nilai Kebenenaran Firman Tuhan.

Dari hasil wawancara bersama narasumber, beberapa narasumber mengemukakan pendapat bahwa melalui Penerapan Pastoral Konseling diharapkan dapat membantu konselinya dalam memecahkan permasalahan yang dialami. Tidak hanya itu saja, yang menarik dari penelitian yang peneliti lakukan, peneliti mendapat pemahaman baru berdasarkan wawancara dengan narasumber yaitu Peranan Pastoral Konseling tidak hanya membantu jemaat dalam memecahkan permasalahan namun berusaha membuka pemikiran jemaat untuk berfikir mandiri, dewasa dan lebih percaya diri sehingga jemaat mampu mengambil keputusan untuk permasalahan yang sedang dihadapinya.

2. Penerapan Pastoral Konseling Dalam Memberikan Kesadaran Akan Mengasihi

Menurut Retnowati dalam bukunya “Firman Hidup”, konseling  juga diharapkan menyangkut semua aspek, baik mengasihi Tuhan, diri sendiri ataupun sesama. Saat penerapan pstoral konseling diharapkan  diharapkan dapat menyentuh ranah hubungan manusia dengan sang Pencipta. Dimana Tuhan telah terlebih dahulu mengasihi kita sebelum kita mengasihi Tuhan. 

Dan hal ini haruslah menjadi landasan bagi semua orang untuk tetap mengasihi Allah dengan segenap hati, pikiran, akal budi dan kekuatan. Konsep tentang kasih Allah ditanamkan kepada jemaat maka akan memotivasi dan mendorong jemaat untuk membalas kasih Tuhan dengan cara mengasihi Tuhan, diri sendiri dan mengasihi sesama. Mengasihi diri sendiri berarti jemaat dapat menerima keadaan dirinya dengan segala kekurangannya tanpa rasa malu dan takut. Mengasihi Tuhan dapat digambarkan dengan mensyukuri semua pemberian Tuhan. Melalui sikap hidup, perbuatannya dan melalui hidupnya dapat mempermuliakan Allah

Di dalam Kitab Lukas 17:15-19 Yesus mengajarkan kita tentang bagaimana kita harus mengasihi orang-orang yang terabaikan, terasingkan dan orang-oorang yang membutuhkan pertolongan. Yesus hadir mendatangi mereka dan memberikan kesembuhan di dalam kehidupan mereka. Kasih yang Yesus ajarkan memberikan pemahaman betapa pentingnya kehadiran kita bagi mereka. Ditengah keputusasaan dan ketidakberdayaan Yesus hadir sebagai harapan bagi mereka. Kasih yang Yesus berikan membuat mereka berani untuk mempercayai perkataan Yesus dan melakukan apa yang Yesus perintahkan. Dan salah satu dari mereka yaitu seorang samaria yang telah menerima kesembuhan secara fisik dari Yesus oleh karena percaya kepada perkataan Yesus, ia pun kembali menghapiri Yesus dan tersyungkur sambil mengucapkan syukur kepada Yesus dan memuliakan Allah atas apa yang ia terima dari Yesus. Ketika melihat perbuatan orang samaria itu kemudian Yesus memandang hal tersebut sebagai sebuah kebenaran dan memberikan keselamatan kepada orang samaria itu.

Tidakkah sesuatu yang sederhana ketika kita mampu bersyukur atas apa yang kita terima secara cuma-cuma. Ketika kita mengasihi Allah maka kita akan menghargai setiapkarya-karya yang Tuhan percayakan untuk kita nikmati. Bersyukur adalah salah satu cara sederhana untuk menunjukan bahwa kita mengasihi Allah.

Peranan Pastoral Konseling harus mampu memberikan pemahaman akan hal ini kepada jemaat, agar jemaat mampu melihat bagaimana karya Allah yang Allah kerjakan di dalam kehidupan pribadi mereka. Tidak hanya berfokus pada masalah yang dihadapi namun diarahkan kepada pengenalan akan Tuhan. Mengasihi Tuhan adalah harga mutlak didalam kehidupan jemaat, karena itu adalah bentuk kekuatan dan penghiburan yang Tuhan berikan agar manusia tetap bertahan di dalam proses kehidupannya. Mengasihi sesama mengajarkan untuk memperdulikan orang lain, memperhatikan dan membantu orang lain. Peranan Pastoral Konseling berupaya menanamkan nilai-nilai kasih ini kepada jemaat, agar supaya jemaat dapat hidup di dalam kasih Allah. Sedangkan kasih terhadap diri sendiri yaitu memaknai keberhargaan diri sebagai ciptaan Tuhan yang sempurna dan milik kepunyaan Allah. Peran Pastoral konseling berupaya memberikan pemahaman kepada jemmat untuk selalu menghargai kehidupannya dengan cara melakukan dan menerapkan nilai-nilai kebenaran didalam kehidupannya. Bahwa Tuhan tidak akan meninggalkan manusia dan Tuhan selalu memberikan kesempatan kepada manusia untuk kembali kepada jalan yang dikehendaki Allah untuk dijalani.

3. Penerapan Pastoral Konseling Dalam Memberikan Kesadaran Akan Mengampuni

Penerapan Pastoral Konseling tidak hanya mengajarkan tentang kasih terhadap Tuhan, kasih terhadap sesama tetapi juga mengajarkan kepada jemaat bagaimana mereka mampu mengampuni orang yang bersalah kepadanya. Beberapa narasumber mengatakan bahwa kesulitan terbesar mereka untuk mengampuni adalah adanya akar kepahitan, luka batin, seringnya mereka mendapat penolakan terutama dengan keluarganya. Narasumber kesulitan menerima apa yang telah dilakukan oleh orang lain bagi dirinya.

Pengampunan adalah bentuk pemberian yang Tuhan berikan dalam kehidupan manusia, tanpa pengampunan seseorang tidak akan mendapat keselamatan. Maka dari itu penting untuk jemaat memahami hal tersebut. Ketika kita menerima pengampunan maka sudah selayaknya kita melakukan hal yang seperti apa yang Tuhan lakukan bagi manuisa. Didalam Kitab Lukas 17:19 bagaimana Yesus memberikan pengampunan kepada orang samaria. Kata “iman mu telah menyelamatkanmu” menunjukan bentuk pengampunan yang Tuhan berikan. Seseorang dapat memperoleh keselamatan ketika dirinya menerima pengampunan dan memberikan pengampunan. Apa yang telah diterima, maka tugas dan tanggung jawab kita yaitu memberikannya juga kepada orang lain. Penerapan Pastoral Konseling diharapkan dapat membawa jemaat kepada pemahan tersebut. Jemaat tidak hanya meminta pengampunan dari Tuhan namun juga harus mampu memberikan pengampunan kepada orang-orang yang pernah melukai kehidupannya.

D. KESIMPULAN

Kesimpulan

Peneliti mengambil kesimpulan dari seluruh penelitian sebagai berikut:

  1. Penerapan Pastoral Konseling bagi pelayanan gerejawi di GBI Bethseba sangatlah penting. Membutuhakn komitmen dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab terutama dikalangan gerejawi.
  2. Penerapan Pastoral Konseling diharapkan mampu membantu jemaat dalam membangun kehidupan jemaat yang tepat dan benar sesuai dengan Firman Tuhan yang terkandung nilai-nilai Kristiani di dalamnya. Permsalahan yang komplek jika dibiarkan dan diabaikan maka akan terjadi krisi iman kepercayaan jemaat kepada Tuhan.maka dari itu Penerapan Pastoral Konseling tidaklah hanya berdampak bagi pelayanan gerejawi namun juga berdampak bagi kehidupan jemaat. Tujuan penerapan pastoral konseling tidak hanaya sampai kepada penyelesaian permasalahan kehidupan jemaat namun sampai kepada pertumbuhan nilai-nilai kebenaran Firman Tuhan di dalam kehidupan jemaat.
  3. Bagi peneliti, penelitain diharapkan dapat memberikan pemahaman dan pengalaman yang baru dan dapat berkontribusi penuh terhadap penerapan pastoral konseling dalam pelayanan gerejawi terutama di GBI Bethseba.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun