Kebaya, busana yang anggun tatkala dikenakan oleh kaum hawa. Memukau dengan motif dan bahan yang nyaman. Hanya saja, mungkin banyak yang berpikir, termasuk saya, bahwa mengenakan kebaya itu ribet, atau tidak stylish karena hanya bisa dipakai pada saat acara formal saja.
Namun, hal itu mengubah pandangan ketika saya mengenakan kebaya diacara pernikahan kakak perempuan saya. Saat itu karena saya yang bertugas jadi panitia acara, kebaya-nya saya padupadankan dengan celana panjang jeans agar leluasa bergerak. Siapa sangka saat itu, asik juga mengenakannya, dan keren juga ya? Entah karena kebayanya boleh dapat gratis dari kakak atau karena memang ciamik perpaduannya hehe.
Saya yang mengenakan hijab tetap bisa berkebaya dengan penyesuaian kebaya tanpa memperlihatkan adanya lekuk pada tubuh, karena saya menggunakan kebaya dengan ukuran yang tidak terlalu pas dengan tubuh. Â Hanya saja saya memang belum membiasakan mengenakan kebaya untuk bekerja. Belum ada momennya, lebih sering menggunakan batik. Dari situ terpikirkan, bahwa berkebaya itu bisa nih jadi busana yang apik semisal untuk kuliah, maupun kerja.
Kebaya sebagai Warisan Budaya Takbenda
Sejalan dengan program yang digagas oleh Perempuan Berkebaya Indonesia (PBI) Pusat yang disampaikan dalam sambutan acara Pesona Kebaya Sepanjang Masa oleh Ibu Rahmi Hidayanti selaku ketua PBI Pusat, dalam sambutannya di acara HUT PBI Bogor yang ke-9, bahwa kedepannya akan menjalankan program yang berfokus pada pelestarian kebaya, lalu mengutarakan gagasan menarik kepada Menteri Kebudayaan Bapak Fadly Zon untuk kebaya goes to school, kebaya goes to campus, dan kebaya goes to office.
Kalau dipikir-pikir, mengesankan memang ada waktu khusus untuk kaum hawanya berkebaya, sebagaimana ada momen khusus untuk mengenakan batik. Hal ini pernah saya saksikan ketika berada di transportasi umum ada beberapa wanita (pekerja) yang mengenakan kebaya. Walau lupa sih saat itu pada hari apa, mereka bekerja di mana dan turun di stasiun mana. Meski begitu, para wanita tersebut, secara tidak langsung telah mengedukasi dan menyosialisasikan kepada sesama pengguna transportasi umum dalam mempertahankan warisan budaya takbenda yaitu kebaya.
Kebaya masuk dalam Representative List of the Intangible Cultural Heritage of Humanity UNESCO atau Daftar Representatif Warisan Budaya Takbenda Kemanusiaan, tanggal 4 Desember 2024 berdasarkan keputusan Sidang ke-19 Session of the Intergovernmental Committee on Intangible Cultural Heritage (ICH) di Paraguay. Ini pertanda bahwa kebaya mendapat pengakuan kuat sebagai warisan budaya yang harus dilestarikan generasi muda masa kini.
Kebaya untuk Merekatkan Silaturahmi
Pada acara hari jadi PBI ke-9 yang berlangsung di SKI Katulampa, Bogor, Ibu Sitawati Ken Utami, selaku ketua Perempuan Berkebaya Indoesia Bogor menerangkan agar kita melestarikan kebaya.
Saya setuju dengan pendapat Ibu Sita, karena kalau bukan kita sendiri sebagai masyarakat Indonesia, maka siapa lagi, kan? Jangan sampai, warisan budaya ini tidak dikenali oleh generasi berikutnya. Pasalnya, melalui kebaya tak hanya sebagai ikonik Nusantara saja, tetapi sekaligus dapat merekatkan tali silaturahmi, seperti yang terjadi pada anggota PBI.
"Sembilan tahun bukan hal mudah untuk mempertahankan. Namun, kami menjalin persahabatan dan kekerabatan melalui kebaya." Terang Ibu Sita lebih lanjut.