Rawamangun bisa saya katakan adalah wilayah yang sudah banyak dikenal oleh banyak orang. Sebut saja misalnya terminalnya (Terminal Rawamangun), mall-nya (Arion), kampusnya (Universitas Negeri Jakarta), tempat olahraganya (Velodrome), hingga transportasinya (TransJakarta, dan LRT).Â
Di sekitar Rawamangun menjadi hal yang membuat saya tertarik dengan ide dari salah satu komunitas Kompasiana yaitu ClicKompasiana dalam mengadakan Explore Rawamangun pada hari Minggu, 23 Februari 2020 lalu, sehingga menerbitkan "Empat Hal yang Didapat dari Explore Rawamangun bareng ClicKompasiana", yang saya rangkum sebagai berikut: Â
Hidup adalah Sebuah Perjalanan
Di acara #ExploreRawamangun ini, perjalanan saya tempuh semenjak dari rumah berjalan kaki menuju halte TiJe Perumnas Klender -- transit di halte TiJe Kampung Melayu -- transit Halte TiJe Matraman -- kemudian tiba di Halte TiJe Pemuda Rawamangun. Lalu menyusuri sky bridge menuju lokasi di stasiun LRT Velodrome. Tidak lupa untuk jepret ketje alias ada pengambilan gambarlah, untuk dokumentasi, hihi.
Lepas lelah dan konser di bagian sistem pencernanan perjalanan pun  berlanjut ke Makam Pangeran Jayakarta menggunakan angkutan umum KWK 25 dan berhenti tepat di depan lokasi. Rangakaian acara pun berakhir sekitar pukul setengah lima.
Imbang Melihat ke Atas dan ke Bawah
Siapa yang tidak senang bisa jalan-jalan menggunakan transportasi masal yang keren ini. Saya #SemangatCiee sekali untuk bisa ikutan acara yang digagas oleh ClicKompasiana karena memang belum pernah coba, sekaligus ingin merasakan sendiri sensasinya itu seperti apa. Apalagi pernah dapat kartu sakti si krico, eaaa. Padahal dapatnya tahun lalu, baru bisa  dimanfaatkan pas di momen acara komunitas Kompasiana.
Sementara ini baru tersedia perjalanan dari Halte Velodrome hingga Halte Pegangsaan Dua, dengan ketersediaan kereta per 10 menit. Â
Dengan perlintasan jalur layang pada LRT, saat berada di dalam kereta bila kita menengok ke arah atas awan biru nan cerah menaungi perjalanan ini, sebagai suatu hikmah agar tidak lupa dengan siapa yang menciptakan kita.Â
Tatkala kita melihat ke sisi bawah pengajaran pun diperoleh bahwa masa itu berputar tak melulu berada di atas. Adakalanya pun di bawah, bahkan berada di tengah, ya kan kan..
Nama Akan Selalu Dikenang
Pasti tidak asing di telinga kita dengan pepatah, "gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang, manusia wafat meninggalkan nama". Â Sering saya membaca bahwa hal apa yang dilakukan manusia semasa hidupnya, akan dikenang oleh orang -- orang yang mengenalnya. Itu pula yang saya tangkap saat tiba di kompleks Makam Pangeran Jayakarta. Kompleks pemakaman ini adalah selain terdapat makam keluarga, berdiri pula sebuah masjid.Â
- Tiga menit dari arah Terminal Rawamangun dengan KWK 25 atau sekitar 18 menit dengan berjalan kaki.
- Lima menit dari Stasiun Klender / Halte TransJakarta Stasiun Klender.
- Sepuluh menit dari Stasiun Jatinegara.
Hadir untuk yang Lima
Hadir selalu untuk yang lima, terkadang dirasakan belum bisa untuk tepat waktu. Namun begitu usaha agar bisa membuatnya genap melaksanakan yang lima itu, memunculkan gairah dan semangat terutama ketika berada di kawasan LRT hingga Jatinegara Kaum, yaitu kehadiran Masjid Jami Assalafiyah berada di depan jalan raya, memudahkan siapa saja untuk singgah. Â Â
Silaturahmi dengan sesama kompasianer-nya dapat, wawasan makin bertambah, dan keceriaan hati me time dan we time ala-ala pun diraih, karena lumayan banyak dapat stok foto, hehe. Semoga pada kesempatan berikutnya ClicKompasiana bisa membuat acara yang makin #SemangatCiee lagi. Sampai jumpa di edisi berikutnya.