Mohon tunggu...
Femas Anggit Wahyu Nugroho
Femas Anggit Wahyu Nugroho Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hamba Allah yang ditetapkan tinggal di bumi sejak 2003 dan suka nasi goreng.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dialektika dan Perkembangannya: Dari Socrates hingga Hegel

14 Desember 2023   22:01 Diperbarui: 14 Desember 2023   22:02 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dialektika dalam filsafat stoik yakni pemeriksaan dialektis yang dilakukan filsuf dengan dirinya sendiri demi mencapai antaraxia (situasi tanpa gangguan emosi, ketenangan batin). Ilustrasi pemeriksaan dialektis ini digambarkan Zeno (tokoh filsafat stoik) dengan telapak tangan. Ketika telapak tangan terbuka adalah proses dimana jiwa memberikan gambaran (representasi) akan sesuatu. Kedua, ketika mengepal ditekuk jari-jarinya adalah proses peng-iya-an representasi yang dibuat oleh jiwa. Ketiga, saat tangan terkepal digenggam tangan satunya adalah tahap jiwa menemukan pengetahuan yang sesungguhnya.

Contoh ilustrasinya seperti ini. Ketika ada teman sakit lalu meninggal, maka jiwa membuat beberapa representasi terhadap keadaan tersebut. Representasi pertama, yang dapat membawa pada emosi seperti marah (misalkan dokternya salah dalam menangani) dan emosi sedih yang mendalam. Representasi kedua adalah melihat bahwa teman tersebut adalah makhluk hidup yang pasti akan mati sebagaimana kodrat alam bahwa segala yang hidup pasti akan mati. Selanjutnya, setelah dipilah-pilah, kita memilih representasi kedua yang memandang bahwa teman yang meninggal memang sudah takdirnya demikian sebagai makhluk hidup. Dengan demikian, sampailah kita pada antaraxia (situasi ketenangan tanpa gangguan).

Hegel: Dialektika sebagai Gerak Pikiran

Bagi Hegel (1770-1831) dialektika adalah gerak pikiran. Dialektika bagi Hegel menggambarkan arus berjalannya pikiran di mana pikiran berjalan terus menerus untuk mencapai pengetahuan yang lebih tinggi dari sebelumnya. Dalam hal ini, singkatnya adalah sebuah realitas/pengetahuan yang telah diafirmasi setelah direnungi oleh pikiran ternyata mengandung kontradiksi. Dengan timbulnya kontradiksi tersebut, maka afirmasi tersebut dinegasi. Setelah direnungi kembali, negasi tersebut pun masih dirasa kurang cukup. Pada momen inilah akan timbul realitas/pengetahuan baru. Demikian seterusnya. Siklus ini dikenal dengan istilah (meskipun sebenarnya istilah ini bukan berasal dari Hegel sendiri) Tesis-Antitesis-Sintesis/Anti Antitesis.

Dalam dialektika Hegel ini, suatu A dapat dikatakan sebagai A karena kesatuan antara A dan Non-A. Suatu A tentu dikatakan A karena identik dengan dirinya sendiri (A adalah A). Dengan mengatakan seperti ini, maka sekaligus kita juga mengatakan bahwa A bukanlah B,C,D (A bukan Non-A). Maka, A dapat dikenali karena ia adalah A (identik dengan dirinya sendiri) sekaligus karena A bukan B,C,D (A bukan Non-A). Hal ini menyatakan bahwa A merupakan gabungan antara identitas dan perbedaan. Gabungan ini disebut sebagai totalitas (keseluruhan).

Cara berpikir dialektis ini bisa dilihat ketika Hegel membicarakan tentang Tuhan. Bagi Hegel, Tuhan bukanlah Alam sebagaimana ungkapan Spinoza dan Tuhan juga bukan figur genius di balik semua ini yang dengan hukum-hukum pastinya mengatur segala sesuatu sebagaimana difantasikan kaum ilmuwan. Tuhan bukanlah sesuatu yang sama sekali asing di luar pikiran manusia. Kata Hegel : Tuhan adalah Roh Absolut, artinya esensi murni yang menjadi objek bagi dirinya sendiri, yang dengan begitu berarti hanya memiliki intuisi atas dirinya sendiri, dengan kata lain, sebuah esensi murni yang dalam menjadi lain dari dirinya Ia kembali secara murni dan sederhana dan sama dengan dirinya sendiri.


Tuhan dipahami Hegel sebagai Konsep yang berkembang. Pertama-tama, konsep ini menampakkan dirinya dalam kehidupan organis, Tuhan menegasikan kehidupannya untuk dapat dikenali melalui benda-benda material. Kedua, lewat berbagai level akhirnya kembali ke diri-Nya lagi. Mudahnya, kita mengenali Tuhan sebagai Tuhan Sang Pencipta (A adalah A) karena kita tahu ada ciptaannya yakni alam ini. Tuhan dapat dikenali karena Ia adalah Tuhan (A adalah A) yang tentu berbeda dalam segala yang material ini (A adalah Non-A). Dengan demikian, sekaligus menyatakan bahwa karena adanya alam ini yang bukan Tuhan (A adalah Non-A) kita dapat mengenali Tuhan. Tuhan sebagai Konsep yang berkembang pada mulanya menampakkan dirinya melalui agama alam (pemujaan pada benda organis). Pada tahap kedua, melalui agama seni (pemujaan terhadap patung, dan benda seni lainnya). Pada tahap ketiga, Tuhan membeberkan diri-Nya melalui agama wahyu. Manifestasi-Nya akan kembali pada diri-Nya sendiri.

Dalam dialektika Hegel, segala sesuatu itu bisa dikatakan benar apabila ia dipandang secara keseluruhan. Dalam proses dialektis, apa yang disangkal (dinegasi) tidak sepenuhnya disangkal dan dihancurkan. Penyangkalan hanya pada sisinya yang salah, sedangkan sisi yang benar tetap dipertahankan untuk diangkat ke kebenaran yang lebih tinggi. Singkatnya, dalam dialektika Hegel ini sebuah pernyataan pertama (tesis) disangkal (anti-tesis) sehingga akan muncul kebenaran yang lebih tinggi yang nantinya akan disangkal lagi (anti anti-tesis), begitu seterusnya.

Demikianlah dialektika menjadi roh filsafat sejak masa Socrates hingga Hegel. Melalui Socrates, dialektika menjadi proses mencari tahu melalui orang lain. Pada Plato, dialektika menjadi pengetahuan tertinggi di mana jiwa berusaha menuju idea kebaikan. Pada Aristoteles, dialektika menjadi sebuah kajian historis. Pada Hegel, dialektika merupakan gerak pikiran yang selalu me-negasi (menidak) yang akan menghasilkan konsep baru yang pada akhirnya akan dinegasi lagi, demikian seterusnya hingga mencapai kebenaran tertinggi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun