Di masa globalisasi sekarang ini, dunia sudah perlahan berubah menjadi lebih kompleks. Dunia cenderung gandrung akan kebebasan dan keleluasaan yang justru cenderung melahirkan egoisme atau ego sektoral di kalangan individu.
Manusia memang bukan makhluk yang sempurna karena kesempurnaan ialah dari Dia, Yang Maha Kuasa yang memberi kehidupan bagi kita. Tinggal bagaimana kita mampu mewarnai dunia dengan segala akal budi alias pemikiran yang seyogianya harus terus serupa dengan 'Surga' yang menjadi dambaan bagi semua.Â
Pandangan satu dengan yang lain memang tidak seragam, akibatnya terjadi 'gesekan' atau 'singgungan' dalam sebuah fenomena di mana menjadikan suatu insan bertindak tidak semata selaras dengan kehidupan dasarnya. Manusia bukan robot, manusia punya keleluasaan dan punya kemandirian sekalipun mandiri ialah utopia.Â
Utopia mengingat tidak sepenuhnya manusia punya kekuatan yang besar melampaui dunia, perlu sinergi dengan yang lain dan sebenarnya tidak selamanya saling menguntungkan.
Memang keras hidup seorang manusia, mewujudkan sebuah 'Surga' justru cenderung menghadapi 'panas' bak 'neraka'. Perlu sebuah sentuhan kesejukan yang mendorong ketenangan batin manusia.Â
Tak baik jika seseorang melakukan sesuatu namun tidak dilandasi dengan kebaikan ibarat Sang Pencipta maka perlu ada budi pekerti, perlu ada nilai, dan perlu ada moral yang terpatri dalam sebuah kesepakatan bersama.
Secara filosofis hal tersebut ialah kesepakatan karena perlu pengawasan, perlu pengawalan dan tatakelola yang mana tidak serampangan sebuah makhluk bertindak.Â
Sebaiknya harus ada 'pegangan' supaya arahnya benar. Itulah namanya motivasi, kalau pakai bahasa yang lebih mudah ialah sebuah dorongan yang menaungi alam pikir, dorongan tersebut naluriah bagi manusia di mana selalu bernafaskan 'Surga' alias kenikmatan atau keuntungan dengan demikian manusia tersebut mampu atau secara jelas terbuka untuk menjalankan tindakan atau aktivitas dalam rangka mencapai 'Surga' tersebut.Â
Motivasi layaknya sebuah 'gula-gula' dalam kehidupan dimana siapapun bisa melakukannya dan siapapun bisa menjadi motivator bagi siapa saja. Toh lumrahnya sebuah motivasi lahir dari proses interaksi atau sosialisasi lumrahnya hidup manusia dengan manusia lainnya.
Tentunya semua punya dasar atau patokan di mana masyarakat tersebut bisa mencapai tujuan yang ada. Namanya juga berasal dari kata motif alias tujuan melalui tindakan dimana manusiawi hal tersebut seolah muncul begitu saja.Â
Hanya saja, mungkin orang juga merasa bosan disisi lain karena motivasi selalu berkutat pada narasi, memang motivasi tak ubahnya sebuah kata manis yang timbul dari seseorang yang dirasa punya pengaruh dan mampu timbulkan percaya.