Mohon tunggu...
Ferra Shirly A.
Ferra Shirly A. Mohon Tunggu... istri yang suka menulis dan minum kopi

senang bekerja dan belajar dari rumah

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Terlahir Bukan Pewaris: Berani Cek Kesehatan Finansialmu?

24 September 2025   17:49 Diperbarui: 24 September 2025   20:54 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku menyesal.

Kalimat yang keluar dari seorang ibu muda ketika mendapati dompetnya kosong, sementara tumpukan skincare mahal berjejer di meja riasnya. Anaknya sedang sakit, butuh biaya mendadak. Namun, tak ada simpanan. Uang yang seharusnya bisa untuk berobat justru habis untuk produk-produk yang ia beli karena tergoda iklan wajah glowing para selebgram.

Kisah itu bukan hanya miliknya. Bisa jadi, milik kita juga. Siapa yang tak pernah tergoda?

Iklan di media sosial tampil begitu meyakinkan. Kata-kata manis, wajah mulus para influencer, hingga testimoni berderet membuat kita percaya: "Kalau pakai produk ini, aku juga bisa secantik itu."

Padahal, pertanyaan sederhana seharusnya muncul di kepala:

Apakah mereka hanya memakai produk itu saja? Atau mereka juga rutin melakukan perawatan di klinik kecantikan dengan biaya fantastis, bahkan ratusan juta setiap bulannya?

Sering kali, kita membeli bukan karena butuh, tapi karena takut ketinggalan. Begitu juga dengan pakaian dan hijab. Lemari penuh, tapi tetap merasa tidak punya apa-apa untuk dipakai. Bahkan, kita malu mengenakan baju yang sama berulang kali, seolah nilai diri ditentukan oleh gaya pakaian yang silih berganti. Padahal,

Nilai diri tidak terletak pada sehelai baju, tapi pada bagaimana kita bisa membawa diri, bermanfaat, serta bermartabat dengan integritas dan akhlak yang kita miliki.

Begitu pula dengan perlengkapan rumah atau dapur. Berapa banyak barang yang akhirnya hanya menumpuk, berdebu, bahkan tidak pernah tersentuh lagi? Rumah jadi penuh sesak, energi terkuras hanya untuk membereskan, tapi hati tidak semakin bahagia. Padahal, 

Rumah nyaman bukanlah rumah yang dipenuhi barang, melainkan rumah yang rapi, bersih, dan hangat dengan interaksi antar penghuninya.

Disinilah pentingnya mengelola finansial. Semua masalah di atas pada akhirnya bermuara pada satu hal: kesehatan finansial. Jika keuangan sakit, rumah tangga pun bisa ikut goyah. Bahkan, pikiran jadi sumpek dan kesehatan tubuh pun bisa terganggu.

Mengecek kesehatan finansial sebenarnya sederhana. Cukup jujur pada diri sendiri dan periksa enam hal ini:

1. Cicilan aman. Bayar hutang adalah kewajiban. Mencicil dengan tertib adalah bentuk tanggung jawab.
2. Kebutuhan pokok aman. Belanja harian, listrik, air, gas, semua terpenuhi dengan baik.
3. Pendidikan anak aman. Dari SPP, uang saku, hingga persiapan naik jenjang pendidikan.
4. Dana darurat ada. Untuk berjaga jika sakit, rumah bocor/butuh perbaikan, atau kendaraan butuh diperbaiki.
5. Sedekah rutin. Utamakan kepada orang terdekat yang menjadi tanggung jawab kita.
6. Menabung dan berinvestasi. Bisa rutin menabung atau berinvestasi meskipun kecil namun tertib.

Jika enam poin ini aman, finansial kita bisa dikatakan sehat. Namun jika masih tertatih-tatih, jangan menyangkal. Cukup jujur pada diri sendiri, lalu komunikasikan dengan pasangan. Cari tahu apa yang bisa diperbaiki, apa yang bisa dikurangi, dan langkah apa yang bisa dilakukan bersama.

Perhatikan juga, jika untuk bersenang-senang tidak harus selalu mahal.

Kita sering berpikir hiburan itu identik dengan belanja atau jalan-jalan ke tempat wisata mahal. Padahal, ada banyak alternatif hemat bahkan gratis. Jalan-jalan di taman kota, jogging di stadion, atau sekadar duduk santai di alun-alun bersama keluarga bisa jauh lebih menenangkan. Hemat, sehat, tetap bahagia dan bermakna.

Maka, untuk kita yang tidak lahir sebagai pewaris, mari berpikir lebih kritis. Hidup bukan hanya tentang bersenang-senang. Hidup menuntut kesadaran, perjuangan, dan pengorbanan.

Karena pada akhirnya, rumah tangga bukan sekadar tentang pesta dan kesenangan. Namun tentang komunikasi, kerja sama, dan berjuang bersama membangun kehidupan yang lebih baik dan bermakna.

Kita memang bukan pewaris, tapi kita bisa menjadi pewaris kebijaksanaan. Kita bisa berusaha meninggalkan teladan hidup yang baik. Memilih sederhana namun hidup tenang dan bahagia, keluarga harmonis, finansial sehat, dan perlahan bisa membangun masa depan yang lebih baik.

Hidup memang tidak mudah. Namun dengan perencanaan, kesadaran, dan keberanian menahan diri dari godaan sesaat, kita bisa melangkah mewujudkan mimpi yang jauh lebih besar. Jangan biarkan lelah dan kerja keras menguap tanpa bekas. Agar raga yang semakin menua kelak bisa menuai kerja keras hari ini. Maka, masa tua (pensiun) yang tenang perlu dirajut sedari kini.

Jika kita bukan pewaris, jadilah perencana dan pelaksana. Karena masa depan butuh dipersiapkan, bukan sekadar diimpikan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun