Mohon tunggu...
Ferra Shirly A.
Ferra Shirly A. Mohon Tunggu... istri yang suka menulis dan minum kopi

senang bekerja dan belajar dari rumah

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Orang Tua Hebat Tak Harus Kaya, tapi Bijak Menanamkan Nilai

9 Juli 2025   11:47 Diperbarui: 9 Juli 2025   11:47 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Haru belum hilang ketika menyimak kisah anak-anak hebat penerima beasiswa. Anak-anak dari keluarga yang sangat sederhana, bahkan tak jarang berasal dari orang tua yang bekerja sebagai penjual es keliling, tukang bangunan, hingga pemulung sampah. Kehidupan mereka jauh dari kata cukup, namun hati dan semangat mereka penuh cahaya. Mereka tumbuh dengan tekad, belajar tanpa lelah, dan terus mengejar cita-cita meski di tengah segala keterbatasan.

Namun tak lama, emosi seketika berbalik 180 derajat. Luruhlah haru, berganti perih dan kecewa saat membaca kisah lain: seorang anak SMP, anak dari pedagang siomay keliling, memarahi orang tuanya hanya karena permintaannya untuk dibelikan iPhone tidak dipenuhi. Subhanallah... Tak terbayang remuknya hati sang ayah yang setiap hari mendorong gerobak demi memenuhi kebutuhan sehari-hari, lalu dibalas dengan tuntutan anaknya yg sungguh di luar nalar.

Dari dua fenomena ini, sudah saatnya kita merenung: "Mungkinkah ada yang salah dalam pola asuh kita selama ini? Bukankah perilaku anak-anak juga cerminan dari nilai yang ditanamkan oleh orang tuanya sedari kecil?"

Di sinilah kita sebagai orang tua dihadapkan pada pertanyaan penting: "Sudahkah kita mendidik anak bukan hanya untuk pintar, tapi juga tahu diri dan tahu bersyukur?"

Dua fenomena ini juga memberi tamparan halus pada kita: "Jika menjadi orang tua bukan hanya soal mencari nafkah, tapi juga soal menanamkan nilai."

Fokus utama kita bukanlah pada pakaian yang anak kenakan, tapi lebih pada akhlak dan karakter yang melekat di dalam dirinya. Fokus pada pendidikannya, bukan sekadar memenuhi gaya hidup. Baju, sepatu, dan barang-barang lainnya selama masih layak pakai, jangan buru-buru diganti hanya karena ingin terlihat mengikuti tren. Membiasakan hidup sederhana dan berjuang sejak kecil justru akan menjadikan anak tahu diri dan tidak manja. 

Ajarkan anak untuk tidak mudah fomo (fear of missing out) sedari kecil. Latih mereka berusaha, berdoa, dan bertanggung jawab atas masa depannya sendiri, bukan menggantungkan semuanya pada orang tua. Jangan terlalu sibuk memenuhi semua keinginan anak agar mereka tidak merasa "kurang", sementara kita lupa mengajarkan bahwa tidak semua keinginan harus dipenuhi.

Belikan buku sebelum baju. Ajak mereka belajar, berdiskusi, mendengar cerita perjuangan. Tumbuhkan semangat berusaha dan berdoa, bukan mental bersandar. Anak harus tahu sejak kecil bahwa nasib baik tidak diwariskan, tapi diperjuangkan. Jika semua dituruti demi rasa kasihan, bisa jadi kita sedang mencetak anak yang besar kepala tapi rapuh jiwanya.

Yang harus diingat, membiasakan anak untuk hidup sederhana bukan berarti kita pelit, tapi kita sedang mengajarkan nilai yang lebih besar jika bahagia tidak harus mahal. Bahwa rezeki tidak harus selalu ditukar dengan barang-barang baru. Bahwa ada kepuasan hati yang lebih bermakna ketika kita bisa menghargai yang sederhana.

Kadang, sebagai orang tua, kita merasa bersalah saat tak bisa memenuhi semua permintaan anak. Tapi kita lupa, tidak semua "kasih sayang" itu harus dalam bentuk memberi. Terkadang, menahan dan mengarahkan juga adalah bentuk cinta paling dalam, cinta yang berpikir jauh ke depan.

Maka, berhati-hatilah! Jangan sampai kita salah memberi warna pada anak-anak kita. Karena warna itu kelak akan menentukan lukisan besar perjalanan hidup mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun