Kesehatan finansial rumah tangga adalah fondasi penting untuk menciptakan kehidupan yang harmonis dan berkah.
Namun, dalam perjalanan rumah tangga, seringkali pasangan suami istri dihadapkan pada pilihan-pilihan finansial yang kompleks. Untuk menjaga kestabilan keuangan rumah tangga, prinsip yang bijak dan seimbang sangat diperlukan.
Dalam hal ini, filosofi Jawa "gemi, setiti, ngati-ati" memberikan pedoman yang sangat relevan, ianya juga selaras dengan nilai-nilai Islam dalam mengelola harta dan menjaga kesehatan finansial. Prinsip yang tak pernah lekang tergerus oleh zaman.
Gemi: Hemat dalam Berbelanja dan Bijak dalam Mengelola Rezeki
Prinsip pertama, "gemi", mengajarkan kita untuk hidup hemat, tetapi bukan berarti kikir. Islam sangat menekankan pentingnya kesederhanaan dan menghindari pemborosan.
Dalam pengelolaan harta, setiap pasangan suami istri diingatkan untuk memperhitungkan dengan baik apa yang menjadi kebutuhan  dan menghindari hal-hal yang tidak penting apalagi sekedar ikut-ikutan.Â
Harta yang kita peroleh bukan hanya untuk dinikmati, tetapi harus dikelola dengan cara yang tepat dan bermanfaat. Kehidupan yang boros dan penuh dengan konsumsi yang tidak penting hanya akan menambah beban finansial keluarga.
Dengan mengamalkan prinsip "gemi", kita belajar untuk mengatur anggaran rumah tangga dengan bijaksana, menghindari utang yang tidak perlu, dan lebih memprioritaskan hal-hal yang benar-benar dibutuhkan.
Setiti: Ketelitian dalam Setiap Transaksi dan Pengelolaan Keuangan
Prinsip kedua, "setiti", mengajarkan pentingnya ketelitian dalam setiap transaksi finansial. Kita harus cermat dan teliti dalam segala hal, termasuk pengelolaan keuangan sebagai bentuk tanggung jawab atas amanah yang kita emban.