Mohon tunggu...
Feddy Wanditya Setiawan
Feddy Wanditya Setiawan Mohon Tunggu... Lecturer

Science advances not by blind obedience to old answers, but by the courage to question

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Gelombang Panas Nusantara: Analisis Kenaikan Suhu Ekstrem di Indonesia

18 Oktober 2025   15:35 Diperbarui: 18 Oktober 2025   15:45 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
When the Sky Burns: Global Heat Reflected in Indonesia [i. AI Curatorial Prompt by Feddy WS, 2025]

Lembaga riset nasional (BRIN) dan BMKG telah mengonfirmasi peningkatan suhu rata-rata tahunan Indonesia sebesar 0,18 derajat Celsius per dekade sejak 1981. Wilayah barat dan tengah Indonesia, termasuk Jawa dan Sumatra, mencatat laju pemanasan tertinggi.

Pengamatan lapangan menunjukkan bahwa bahkan tanpa El Nino, suhu dasar Indonesia telah meningkat signifikan akibat efek rumah kaca dan perubahan tutupan lahan. Artinya, setiap fenomena iklim ekstrem kini terjadi di atas "fondasi panas" yang lebih tinggi dari kondisi historis.

Krisis Air dan Ketahanan Pangan

Suhu tinggi berdampak langsung pada siklus hidrologi. Penguapan cepat menyebabkan berkurangnya ketersediaan air permukaan, terutama di waduk dan embung pertanian. Beberapa daerah di Jawa Timur, Bali, dan NTT melaporkan kekeringan ekstrem lebih awal dari biasanya.

Kondisi ini berpotensi menekan ketahanan pangan nasional. Menurut laporan BRIN (2025), jika tren suhu dan kekeringan terus berlanjut, Indonesia bisa kehilangan hingga 1,2 juta ton hasil padi per tahun pada 2030.

Aspek Teknologi: Pemantauan dan Solusi Adaptasi

Teknologi menjadi kunci dalam memahami sekaligus menanggulangi krisis panas ini.

a. Pemantauan Satelit

BMKG kini menggunakan teknologi penginderaan jauh (remote sensing) berbasis satelit untuk mendeteksi perubahan suhu permukaan tanah dan laut secara real-time. Data tersebut digunakan untuk model prediksi cuaca ekstrem dan sistem peringatan dini.

b. Smart Agriculture

Penggunaan sensor suhu tanah, sistem irigasi otomatis, dan kecerdasan buatan (AI) dalam pertanian membantu petani menyesuaikan jadwal tanam dengan kondisi cuaca ekstrem.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun