Mohon tunggu...
Feddy Wanditya Setiawan
Feddy Wanditya Setiawan Mohon Tunggu... Lecturer

Science advances not by blind obedience to old answers, but by the courage to question

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Gelombang Panas Nusantara: Analisis Kenaikan Suhu Ekstrem di Indonesia

18 Oktober 2025   15:35 Diperbarui: 18 Oktober 2025   15:45 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
When the Sky Burns: Global Heat Reflected in Indonesia [i. AI Curatorial Prompt by Feddy WS, 2025]

Studi terbaru menunjukkan bahwa suhu permukaan kota dapat meningkat 2-6 derajat Celsius lebih tinggi dibandingkan daerah pedesaan di sekitarnya. Kekurangan ruang hijau dan meningkatnya kepadatan kendaraan bermotor memperkuat efek urban heat island (UHI).

Kota-kota besar Indonesia kini menjadi laboratorium nyata bagi perubahan iklim mikro. Hasil pengamatan satelit NASA MODIS menunjukkan peningkatan anomali suhu permukaan yang konsisten sejak 2000, seiring laju konversi lahan terbuka menjadi kawasan permukiman dan industri.

Dampak Sosial dan Ekonomi dari Suhu Ekstrem

Lonjakan suhu bukan sekadar fenomena lingkungan. Ia berdampak langsung pada ekonomi, kesehatan, dan produktivitas manusia.

Dampak Kesehatan

Gelombang panas meningkatkan risiko dehidrasi, serangan jantung, dan gangguan pernapasan, terutama bagi kelompok rentan seperti lansia, anak-anak, dan pekerja luar ruang. Menurut studi The Lancet Planetary Health (2025), setiap kenaikan suhu rata-rata 1 derajat Celsius dapat meningkatkan angka kematian akibat penyakit terkait panas hingga 3-5%.

Dampak Ekonomi

Di sektor pertanian, suhu tinggi mempercepat penguapan dan menurunkan hasil panen padi hingga 15% di beberapa daerah Jawa Tengah dan Nusa Tenggara. Industri energi juga terpukul karena permintaan listrik untuk pendingin udara melonjak drastis, mendorong konsumsi energi fosil yang ironisnya memperparah emisi karbon.

Dampak Sosial

Kualitas hidup di perkotaan menurun. Air bersih semakin langka, biaya kesehatan meningkat, dan ketimpangan sosial melebar. Rumah tangga miskin lebih sulit beradaptasi karena tidak memiliki akses terhadap alat pendingin, air bersih, atau hunian dengan ventilasi memadai.

Bukti Ilmiah dan Pemantauan BRIN-BMKG

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun