Penurunan suku bunga oleh Bank Indonesia sebesar 50 bps untuk mendukung industri terdampak.
Pemberian subsidi energi dan insentif fiskal terbatas bagi industri tekstil dan alas kaki agar tetap kompetitif.
Program pelatihan SDM dan digitalisasi industri untuk meningkatkan efisiensi produksi dan daya saing global.
4. Relokasi Pabrik dan Efisiensi Produksi [Jangka Panjang -> 2-5 Tahun]
Mendorong relokasi pabrik ke kawasan industri dengan biaya produksi lebih rendah, seperti daerah dengan insentif khusus.
Investasi dalam energi terbarukan untuk memenuhi standar produksi ramah lingkungan dan menarik investor global.
Peningkatan infrastruktur logistik dan distribusi untuk mengurangi biaya produksi dan mempercepat ekspor.
Kesimpulan
Dengan meningkatnya tarif impor AS, industri tekstil Indonesia berada dalam tekanan besar. Namun, dengan langkah-langkah strategis seperti revisi regulasi impor, negosiasi dagang, insentif industri, dan efisiensi produksi, Indonesia masih memiliki peluang untuk mempertahankan daya saingnya.Â
Dalam jangka pendek, revisi Permendag 8/2024 dan diversifikasi pasar ekspor menjadi prioritas utama. Sementara itu, dalam jangka panjang, peningkatan infrastruktur dan investasi dalam SDM serta energi terbarukan menjadi faktor kunci keberlanjutan industri.
Langkah-langkah ini harus segera diimplementasikan agar Indonesia tidak hanya bertahan, tetapi juga dapat berkembang dalam lanskap perdagangan global yang semakin kompetitif.