Pasar keuangan Indonesia menghadapi tekanan besar dalam sepekan terakhir. Rupiah melemah hingga Rp 16.501 per dolar AS, sementara IHSG anjlok 3,95% ke level 6.258,179. Modal asing keluar dari pasar keuangan domestik mencapai Rp 4,25 triliun, terutama dari pasar saham.
Fenomena ini terjadi saat masyarakat bersiap menghadapi bulan Ramadan. Upaya bersama dalam mendorong kampanye "Ramadan Hemat, Finansial Sehat", yang mengajak masyarakat lebih bijak dalam mengelola keuangan. Namun, pertanyaannya: Apakah pelemahan ekonomi ini lebih disebabkan oleh faktor global atau ada sentimen domestik yang harus diwaspadai? Bagaimana dampaknya terhadap daya beli masyarakat di tengah Ramadan?
Melalui pendekatan interdisipliner yang menggabungkan analisis makroekonomi global & domestik, teknikal pasar keuangan, manajemen risiko, serta dampak terhadap ekonomi rumah tangga, kita akan mengupas penyebab utama pelemahan pasar dan strategi mitigasi.
Analisis Makroekonomi Global & Domestik
> Faktor Global: Dolar AS Kuat dan Kebijakan The Fed
1. Indeks Dolar AS [DXY] Menguat ke 103,85
Penguatan ini mencerminkan peningkatan permintaan terhadap dolar AS sebagai aset safe haven.
Penyebab utama: Ekspektasi bahwa The Fed akan mempertahankan suku bunga tinggi lebih lama, sehingga investor lebih memilih aset berbasis dolar dibandingkan emerging markets seperti Indonesia.
2. Yield US Treasury 10 Tahun Turun ke 4,237%
Biasanya, penurunan yield UST menarik modal ke negara berkembang.
Namun, Indonesia tetap mengalami capital outflow karena risiko ekonomi domestik meningkat, sehingga investor memilih aset yang lebih aman.