Mohon tunggu...
Feby Indirani
Feby Indirani Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Jurnalis, Pencinta Kehidupan

Ruang berbagi pemikiran, pengalaman, bacaan, tontonan, apresiasi saya kepada kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tragedi Jumat Siang

28 November 2016   12:49 Diperbarui: 28 November 2016   12:57 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ahmad baru tersadar bahwa ia sudah dikelilingi oleh begitu banyak orang. Semuanya menatapnya dengan sorot mata geram.

“Kenapa kamu langgar batas? Kamu buta huruf apa?”

“Dasar orang kaya sombong, kamu pikir kamu siapa?”

“Nggak menghargai sama sekali! Ini jalan sudah dikosongkan untuk ibadah! “

Keringat membanjiri tubuh Ahmad. Ia tahu ia sudah terlambat. Sayang waktu tidak bisa diputar ulang. Kini ia malah harus terjebak di dalam kerumunan manusia. Ia mencoba berkata-kata tapi tak satupun yang ia sendiri pun dapat mendengarnya.  Kata-kata menghujam kepala, dada, perut, paha, kakinya. Kafir. Keterlaluan. Sombong. Melanggar. Durhaka. Setan. Neraka. Ia merasakan tamparan bertubi-tubi pada tubuhnya. Lalu pandangannya mulai mengabur. Kafir. Sombong. Durhaka. Setan. Neraka.

Kata-kata itu yang terakhir didengarnya sebelum segalanya  menghitam.

(Pertama kali tayang di Qureta.com http://www.qureta.com/post/tragedi-jumat-siang

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun