Mohon tunggu...
Feby DwiYanti
Feby DwiYanti Mohon Tunggu... Editor - Undergraduated at Tanjungpura University

Saya sangat tertarik akan hal-hal baru dan menarik, mencoba menelusurinya dan berbagi kepada pembaca mengenai hal-hal yang bermanfaat

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Potret Kehidupan Penerima Bansos: Perjuangan di Tengah Keterbatasan Ekonomi untuk Pendidikan Anak

8 April 2024   13:10 Diperbarui: 8 April 2024   14:01 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tampak Depan Rumah Ibu "NS" (Foto dari Penulis)

Pada Sabtu, 2 Maret 2024, saya dan teman kelompok melakukan wawancara dengan seorang Ibu Rumah Tangga yang berinisial Ibu NS. Saat ini, Ibu NS berusia 42 tahun dan tinggal di Desa Sungai Beliung, Kecamatan Pontianak Barat, Kota Pontianak, Kalimantan Barat.  

Ibu NS merupakan salah satu dari banyaknya keluarga yang mendapatkan Bantuan Sosial (Bansos)  jenis Program Keluarga Harapan (PKH) untuk anak sekolah dan Bantuan Pemerintah Non Tunai (BPNT) di daerah tersebut.

Selama ini, Ibu NS dan keluarga menjalani kehidupan yang cukup sederhana di lingkungan perumahannya. Untuk kondisi di rumah selain tinggal bersama dengan suami dan anak laki-lakinya, beliau juga tinggal bersama dengan kedua saudaranya yang sudah menikah. Sehingga terdapat tiga kepala keluarga dengan total delapan orang yang tinggal di rumah tersebut. Hal ini karena, rumah yang dihuni oleh keluarga Ibu NS merupakan rumah peninggalan dari mendiang kedua orang tuanya yang memiliki luas rumah sebesar  3 x 5 Meter Persegi dan luas tanah sebesar 10 x 20 Meter Persegi.

Suami Ibu NS berinisial HM berusia 45 tahun, yang berprofesi sebagai Buruh Bangunan Harian Lepas, dengan pendapatan bulanan sekitar Rp. 500.000 hingga Rp. 1 Juta. 

Oleh Karena itu, keluarga ini pun harus mengatur pengeluaran dengan cermat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, termasuk biaya pendidikan anaknya yaitu RH yang saat ini masih duduk di kelas 11 SMA di salah satu sekolah di Pontianak.

Pekerjaan sebagai seorang Buruh Bangunan Harian Lepas tentunya belum cukup untuk memenuhi biaya kebutuhan sehari-hari dan biaya pendidikan anaknya. 

Oleh karena itu, Pak HM mencari tambahan pendapatan dengan menjadi seorang juru parkir di Fresh Mart yang berada di depan Gang tempat mereka tinggal, dengan harapan dapat mencukupi kebutuhan sehari-hari. 

Untuk memenuhi kebutuhan hidup dan pendidikan anaknya, Ibu NS hanya bisa mengandalkan uang dari gaji suaminya dan dari Bantuan Sosial (Bansos) jenis PKH dan BPNT yang ia terima. Uang yang didapatkan dari bantuan sosial ini pun dialokasikan untuk biaya pendidikan, seperti membeli kebutuhan alat tulis, buku-buku pelajaran, dan lain-lain. 

Sementara itu, pendapatan yang diperoleh suaminya dialokasikan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Untuk aspek kesehatan, Ibu NS dan keluarga sudah tidak lagi khawatir karena sudah ditanggung oleh BPJS PBI (Penerima Bantuan Iuran). Sehingga, ketika pergi ke puskesmas, Ibu NS dan keluarga tidak lagi terbebani oleh biaya kesehatan.

Besaran jumlah bantuan dari PKH yang diterima Ibu NS awalnya adalah sebesar Rp. 500.000 untuk setiap dua bulan sekali, namun dalam setahun terakhir, bantuan uang tunai yang diterima hanya sebesar Rp. 300.000 untuk setiap dua bulan sekali. Sedangkan bantuan yang diterima dari BPNT berupa beras sebanyak 10 kg untuk setiap dua bulan sekali. Namun, dalam beberapa bulan terakhir, bantuan non tunai ini pun cukup jarang didapatkan oleh keluarga Ibu NS.

Dengan adanya keterbatasan ekonomi tersebut, membuat Ibu NS dan keluarga khawatir tidak mampu mewujudkan keinginan anaknya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang Perguruan Tinggi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun