Mohon tunggu...
Febri Sitinjak
Febri Sitinjak Mohon Tunggu... Mahasiswa STP St. Bonaventura KAM

Menulis untuk merawat iman & memaknai hidup

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Saat Dunia Terluka, Gereja Menawarkan Jembatan Kasih

11 Juni 2025   11:26 Diperbarui: 11 Juni 2025   11:50 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kardinal Pietro Parolin (Sumber: Vatican News)

Di dunia yang dilanda kebencian, masalah lingkungan, dan isolasi sosial, suara tenang seorang gembala dan seorang Kardinal berbicara dengan pesan yang serupa dimana saat ini adalah saat yang tepat untuk membangun kembali jembatan kemanusiaan. Paus Leo XIV dan Kardinal Pietro Parolin menyebarkan harapan melalui percakapan, cinta, dan Ajaran Sosial Gereja sebagai pedoman moral untuk menciptakan peradaban yang lebih manusiawi.

Suara Gembala dan Suara Moral Dunia

Paus Leo XIV, sehari setelah dilantik sebagai pemimpin Takhta Suci, memberikan pidato kepada para pemimpin agama di seluruh dunia pada 19 Mei 2025. Dalam suasana yang dipenuhi dengan keheningan dan harapan, beliau menekankan bahwa "Hari ini adalah waktu untuk berbicara dan membangun hubungan. " Seruan ini tidak hanya bersifat seremonial, tetapi merupakan sebuah langkah baru yang melanjutkan semangat Paus Fransiskus, yang ia sebut sebagai Paus Fratelli tutti.

Dua hari sebelumnya, Kardinal Pietro Parolin dalam Konferensi Yayasan Centesimus Annus menegaskan bahwa Ajaran Sosial Gereja lebih dari sekadar kumpulan dokumen, melainkan panduan etika untuk menghadapi tantangan zaman, seperti peperangan, krisis migrasi, ketidakadilan ekonomi, dan ancaman terhadap martabat manusia.

Kesatuan Iman dan Jalan Bersama

Dalam orasinya, Paus Leo XIV mendorong para pemimpin Kristen yang bukan Katolik untuk kembali menghayati semangat Konsili Nicea. Persatuan di antara umat Kristen seharusnya tidak dicapai melalui kebijakan administratif, melainkan lewat persekutuan dalam roh. Paus juga menekankan betapa pentingnya sinodalitasdan konsensus dalam mendengarkan dan berdialog.

Paus juga menegaskan bahwa penganut keyakinan lain seharusnya tidak dipandang sebagai ancaman, melainkan sebagai teman sejalan dalam perjalanan kemanusiaan. Ide ini sejalan dengan Nostra Aetate, yang menegaskan bahwa Gereja menghargai dan bersikap terbuka terhadap kebenaran yang terdapat dalam semua agama.

Ajaran Sosial Gereja: Fondasi Peradaban Kasih

Kardinal Parolin merangkum lima prinsip utama dari Ajaran Sosial Gereja sebagai fondasi dunia yang lebih manusiawi:

  • Martabat manusia: setiap orang berharga karena diciptakan segambar dengan Allah.
  • Kebaikan bersama: meletakkan kepentingan kolektif di atas egoisme pribadi.
  • Solidaritas: berdiri bersama mereka yang tertindas dan terpinggirkan.
  • Subsidiaritas: memberikan kuasa kepada yang paling dekat dengan persoalan.
  • Kepedulian terhadap ciptaan: merawat bumi sebagai rumah bersama.

Dari Rerum Novarum sampai Evangelii Gaudium dan Laudato Si', Gereja menekankan bahwa keyakinan tidak seharusnya pasif, melainkan harus terwujud melalui tindakan sosial yang adil dan penuh cinta.

Membangun Jembatan, Bukan Tembok

Mengacu pada Dokumen Persaudaraan Manusia (Abu Dhabi, 2019), Paus Leo menegaskan bahwa percakapan antarbudaya harus menjadi jalan yang dilalui, kerja sama harus dijadikan norma, dan pemahaman timbal balik harus menjadi acuan utama. Di dunia yang mencari makna, seruan ini bagaikan air di tengah gurun.

Paus menekankan bahwa Gereja tidak dapat tetap terasing. Ia mengajak semua untuk menolak perang dan ketidakadilan, serta mendukung perdamaian dan pembangunan yang menyeluruh. Pernyataan Santo Fransiskus dari Assisi, "Tuhan, jadikanlah aku alat perdamaian-Mu," menjadi inti dari seruan ini.

Kasih dalam Aksi: Dari Sant'Egidio ke Budaya Digital

Komunitas Sant'Egidio di Italia merupakan contoh nyata dari penerapan Ajaran Sosial Gereja. Melalui bantuan terhadap pengungsi, orang-orang yang kurang mampu, serta upaya dialog antaragama, mereka menjadi simbol dari peradaban kasih.

Dalam era digital, tantangan peradaban kasih muncul dengan cara yang lebih halus, seperti ujaran kebencian, filter gelembung, dan polarisasi pandangan. Paus Fransiskus, dalam Fratelli Tutti, mendorong kita untuk menciptakan budaya berjumpa dengan lebih banyak mendengarkan, bersikap hormat saat tidak sepakat, dan menyapa dengan rasa empati.

Santa Teresa dari Kalkuta mengingatkan kita, "Sebarkan cinta ke mana pun kamu pergi. Jangan biarkan ada seseorang yang datang padamu tanpa merasa lebih baik saat pergi. "

Berdasarkan pengalaman saya sebagai pemuda Katolik di Indonesia, saya menyadari bahwa menciptakan jembatan persaudaraan tidak hanya berkaitan dengan dialog antaragama di level yang tinggi. Terkadang, itu dimulai dari hal yang sangat sederhana: memilih untuk bersikap ramah meskipun memiliki keyakinan yang berbeda, menghindari penyebaran ujaran kebencian, atau mendengarkan orang yang berpikir berbeda tanpa menghakimi.

Dalam konteks lingkungan kita yang beragam, semangat peradaban kasih menjadi panggilan yang nyatadan tidak hanya untuk dunia, tetapi juga untuk tetangga, rekan kerja, dan keluarga kita sendiri.

Refleksi: Menjadi Pelopor Kasih di Dunia yang Luka

Ketika dunia terpecah ke berbagai arah yang saling menjauh, kita diundang untuk menjadi penghubung dan bukan sekadar pengamat, tetapi pelaku kasih yang aktif. Dalam aktivitas sehari-hari, kita bisa memulainya dengan hal-hal sederhana: mendengarkan dengan seksama, membantu dengan tulus, dan berdiri di sisi mereka yang lemah.

Santo Fransiskus pernah mengungkapkan, "Mulailah dengan melakukan hal yang perlu dilakukan, kemudian yang mungkin, dan tiba-tiba kamu akan melakukan hal yang tak terbayangkan. "

Tulisan ini tidak hanya sekadar refleksi, tetapi juga merupakan ajakan bagi diriku, kamu, dan kita semua: untuk membawa cahaya ke dalam dunia yang gelap, menjembatani jurang yang ada, dan menghidupkan peradaban kasih yang dapat menyembuhkan dunia.

Ayo kita beraksi. Saat ini.

 

Sumber :Vatican News

Fratelli Tutti (2020)

Evangeli Gaudium

Centesimus Anno

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun