Mohon tunggu...
Febricia Bernadeth Simanjuntak
Febricia Bernadeth Simanjuntak Mohon Tunggu... Pelajar

Suka bernyanyi dan menonton film

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Munculnya Permasalahan Sosial Akibat Pengelompokan Sosial: Ketika Sebuah "Perbedaan" Melahirkan Konflik

12 Oktober 2025   19:40 Diperbarui: 12 Oktober 2025   19:39 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

A. Pendahuluan

Manusia secara alami adalah makhluk sosial yang membutuhkan interaksi dan kebersamaan, mendorong terbentuknya kelompok sosial. Kelompok Sosial ini terbentuk karena adanya kepentingan yang sama, pertalian darah atau keturunan yang sama (Keturunan etnis seperti Batak, Minangkabau, Jawa, Sunda, Maluku, Arab, Papua, India dan sebagainya), dan adanya kesamaan daerah atau wilayah. Namun, hak tersebut dapat memicu Permasalahan Sosial akibat Pengelompokan Sosial.

B. Pokok Masalah

Permasalahan sosial akibat pengelompokan terjadi ketika ketidaksesuaian antara nilai, norma, dan kepentingan antarkelompok membahayakan keharmonisan masyarakat. Isu ini berakar pada dinamika psikologis dan sosiologis di mana loyalitas terhadap kelompok sendiri mulai mengikis empati terhadap kelompok lain.

  Berikut hal yang menyebabkan masalah tersebut:

1. Prasangka, Stereotip, dan Diskriminasi

Prasangka adalah penilaian atau sikap negatif yang didasarkan pada asumsi tanpa pengetahuan yang memadai, dan diarahkan pada kelompok lain. Prasangka ini sering kali didukung oleh stereotip, yaitu pelabelan yang terlalu disederhanakan terhadap anggota kelompok tertentu.

Dampaknya yaitu: Ketika prasangka menjadi tindakan, ia disebut diskriminasi. Contohnya, Adanya penolakan mempekerjakan seseorang hanya karena latar belakang suku atau agama mereka, yang secara langsung melanggar nilai-nilai keadilan dan kesetaraan.

2. Eksklusivisme dan Partikularisme

Eksklusivisme adalah pandangan yang cenderung memisahkan diri atau menutup diri dari masyarakat yang dianggap berada di luar kelompoknya dan mementingkan kelompok sendiri, sering kali disertai keyakinan bahwa kelompoknya adalah yang paling unggul.

Partikularisme adalah manifestasi dari eksklusivisme, yaitu sikap mementingkan kepentingan pribadi atau kelompoknya sendiri (misalnya keluarga atau suku) di atas kepentingan masyarakat luas atau negara.

Contohnya: Lahirnya sikap intoleransi, seperti penolakan interaksi dengan penganut agama atau etnis lain, atau resistensi terhadap pembangunan fasilitas ibadah bagi kelompok minoritas di suatu wilayah.

3. Polarisasi dan Disintegrasi Sosial

Polarisasi Kelompok adalah sebuah sikap ketika anggota kelompok hanya berinteraksi dan menguatkan pandangan di antara mereka sendiri, keyakinan kelompok bisa menjadi lebih ekstrem dari pandangan awal.

Dampaknya: Polarisasi memperdalam perpecahan dalam masyarakat. Jika berlarut-larut, kondisi ini dapat menyebabkan disintegrasi sosial, di mana hubungan sosial antarkelompok melemah, dan rasa persatuan berkurang, mengancam keutuhan bangsa.

C. Dampak Permasalahan Sosial

Pengelompokan sosial yang tidak dikelola dengan baik dapat memunculkan berbagai bentuk masalah, terutama yang berkaitan dengan ketidakadilan dan kekuasaan:

1. Ketimpangan dan Ketidakadilan Sosial

Pengelompokan berdasarkan stratifikasi sosial atau kelas ekonomi dan kekuasaan menghasilkan akses yang tidak merata terhadap sumber daya.

Ketidakadilan terjadi ketika hak dan kewajiban tidak terpenuhi secara setara. Misalnya, adanya perlakuan yang berbeda di mata hukum antara masyarakat yang tidak mampu dengan kaum-kaum elit.

2. Konflik dan Kekerasan Antarkelompok

Pengelompokan yang didasarkan pada identitas (etnis, agama) rawan mengalami konflik, terutama ketika dipicu oleh persaingan sumber daya atau provokasi.

Contohnya: Politik Devide et Impera (adu domba) yang dilakukan VOC memanfaatkan pembagian dan perselisihan antarpenguasa lokal untuk melemahkan perlawanan dan menguasai wilayah. Ini adalah bukti bagaimana pengelompokan dapat dijadikan alat untuk menghancurkan solidaritas sosial.

D. Solusi untuk mencegah Permasalahan Sosial didalam sebuah Kelompok

Berikut solusi untuk mencegah terjadinya permasalahan sosial akibat pengelompokan sosial:

1. Meningkatkan Interaksi Lintas Kelompok (Kontak Hipotesis) dengan mendorong pertemuan dan kerja sama yang setara antara kelompok yang berbeda. Semakin sering kelompok saling berinteraksi secara positif, maka semakin kecil kemungkinan munculnya sebuah prasangka.

2. Meningkatkan Pendidikan Multikultural dengan memasukkan nilai-nilai toleransi, penghargaan terhadap keragaman, dan anti-diskriminasi dalam sistem pendidikan untuk melawan stereotip sejak dini.

3. Penegakan Hukum dan Keadilan dengan menerapkan sistem hukum yang objektif dan non-diskriminatif agar dapat memulihkan kepercayaan publik dan memastikan keadilan sosial.

4. Mendorong Afirmasi Positif dengan cara menerapkan kebijakan yang secara aktif memastikan bahwa kelompok rentan atau minoritas memiliki akses setara terhadap peluang ekonomi, pendidikan, dan politik.

5. Membangun Identitas Bersama dengan cara menguatkan identitas nasional atau kemanusiaan yang lebih besar daripada identitas kelompok sempit, sehingga loyalitas utama diarahkan pada kepentingan bangsa dan negara.

E. Kesimpulan

*Pengelompokan Sosial merupakan proses, cara, dan juga perbuatan mengelompokkan seseorang yang umumnya didasarkan pada karakteristik atau kriteria tertentu seperti jenis kelamin, usia, suku bangsa, status sosial dan juga pekerjaan.

*Permasalahan Sosial merupakan sebuah situasi yang tidak diinginkan, dimana situasi ini dapat mempengaruhi sebagian masyarakat karena ketidaksesuaian antara unsur-unsur kebudayaan atau masyarakat yang membahayakan kehidupan kelompok sosial

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun