Dengan kata lain, komunikasi yang gagal mengundang partisipasi akan sulit menghasilkan perubahan perilaku, karena mahasiswa tidak merasa terlibat dalam proses pembentukan nilai.
Â
Â
2. Resistensi Sosial dan Budaya Rokok
Resistensi terhadap kebijakan KTR sering kali muncul karena larangan dianggap mengekang kebebasan pribadi. Mahasiswa perokok beranggapan bahwa merokok merupakan hak individu yang tidak boleh dibatasi selama tidak mengganggu orang lain. Pandangan ini memperlihatkan adanya benturan antara nilai kebebasan pribadi dengan tanggung jawab sosial (Situmorang, 2020).
Dalam kerangka komunikasi lingkungan, persoalan ini tidak bisa diatasi dengan pendekatan represif. Sebaliknya, dibutuhkan pendekatan dialogis untuk membangun kesadaran bahwa tindakan merokok tidak hanya berdampak pada diri sendiri, tetapi juga pada kualitas udara dan kenyamanan sosial di kampus. Freire (1970) menjelaskan bahwa komunikasi sejati adalah komunikasi yang menumbuhkan kesadaran kritis (critical consciousness), bukan sekadar mengulang pesan normatif.
Oleh karena itu, forum diskusi antar mahasiswa, kegiatan kampanye interaktif, dan ruang dialog terbuka dengan pihak kampus perlu dikembangkan sebagai bagian dari strategi komunikasi yang membangun kesadaran bersama.
3. Hambatan Komunikasi dan Minimnya Kreativitas Media
Kampanye KTR di kampus selama ini masih bersifat formal, kaku, dan monoton. Padahal, mahasiswa generasi Z memiliki karakteristik komunikasi yang berbeda: mereka lebih tertarik pada konten visual, interaktif, dan berbasis pengalaman (experience-based messaging) (Putri, 2023).
Ketiadaan media kreatif seperti video pendek, meme edukatif, influencer campus, atau digital storytelling membuat pesan KTR kehilangan daya tarik. Akibatnya, mahasiswa tidak merasa terhubung dengan pesan tersebut. Selain itu, lemahnya pengawasan di lapangan dan ketiadaan smoking area justru memunculkan psychological reactance (Brehm, 1966)—yakni kecenderungan untuk melanggar aturan yang dianggap mengekang.
Kebijakan yang terlalu kaku tanpa alternatif solutif hanya memperkuat resistensi. Oleh karena itu, strategi komunikasi perlu diimbangi dengan kebijakan adaptif: menyediakan area merokok terbatas di luar ruang utama kampus, sambil tetap menegakkan prinsip KTR di area publik utama.