Mohon tunggu...
Fauzul Andim
Fauzul Andim Mohon Tunggu... Guru - Pendidik dan Penulis

Pendidik di SLB Negeri Ungaran Kabupaten Semarang Jawa Tengah, saat ini aktif sebagai Sekretaris Kelompok Kerja Guru Pendidikan Agama Islam SLB (KKG PAI SLB) Jawa Tengah

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ketika Cak Nun Kesambet

25 Januari 2023   17:26 Diperbarui: 25 Januari 2023   17:27 523
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar dari Kompas.com

Akhir-akhir ini dunia maya dihebohkan dengan potongan video budayawan Emha Ainun Nadjib (Cak Nun) yang menyebut Presiden Republik Indonesia Joko Widodo sebagai Fir'aun, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan sebagai Haman dan pengusahan Anthony Salim dan 10 naga disebut sebagai Qorun. Akibat pernyataan dalam sebuah acara Maiyah tersebut, Cak Nun di rujak dan menjadi bulan-bulanan warga net di media maya. Bukan hanya itu saja, masyarakat Indonesia kebanyakan juga terkejut  atas pernyataan kontroversi tersebut.

Sebagai seorang budayawan yang kritis, sebenarnya bukan kali ini saja Cak Nun berpendapat dan menyampaikan kritikan terhadap pemerintah. Meskipun bernada tegas dan keras, biasanya Cak Nun menyampaikan kritik masih dalam koridor kewajaran. Namun, entah mengapa kali ini di forum Maiyah dimana beliau sebagai guru seluruh jamaah Maiyah justru mengeluarkan pernyataan-pernyataan yang kontroversial dan cenderung menghina pejabat negeri ini yang akhirnya trending serta mengakibatkan pro dan kontra di tengah-tengah masyarakat.

Silang pendapat pun akhirnya tak terelakkan lagi di masyarakat, bagi pendukung pemerintah dan pendukung presiden Jokowi menyebutkan bahwa Cak Nun telah menghina presiden dan patut untuk meja hijaukan. Namun, di sisi lain bagi orang-orang yang tidak suka terhadap pak Jokowi maupun pemerintah justru menganggap pernyataan Cak Nun sebagai sebuah kebenaran dan sebagai senjata untuk menyerang kebijakan-kebijakan Jokowi.

Bukan hanya di media sosial dan masyarakat umum, pro kontra pun melibatkan beberapa orang-orang penting di negeri ini. Bagi yang pro pemerintah dan Jokowi hal tersebut sangat disayangkan diucapkan oleh publik figur dan tokoh agama sekelas Cak Nun. Namun, bagi yang kontra pemerintah menganggap bahwa penyataan Cak Nun adalah sebuah kritik yang harus diterima dan tidak usah terlalu reaksioner.

Kurang Bijak

Saya sendiri ketika pernyataan Cak Nun yang kontroversi tersebut trending dan menyebar di berbagai platform media sosial sempat kaget dan tidak menyangka sama sekali. Sejujurnya Cak Nun adalah salah satu tokoh idola Saya, ketika masih menjadi mahasiswa Saya beberapa kali datang di acara Cak Nun dan Kyai Kanjeng saat manggung di Semarang.  

Beliau adalah sosok yang apa adanya dalam menyampaikan segala sesuatu, kalu suka ya bilang suka, kalau tidak suka ya bilang tidak. Ketika mendapatkan pertanyaan dari jamaah Maiyah beliau menjawab dengan apa adanya disertai dengan dalil-dalil yang sesuai baik itu dari Al Qur'an dan Hadist. Sebagai pengagum Saya juga masih sering mengikuti kajian Maiyah  Cak Nun melalui media youtube.

Setelah beredar video kontroversi Cak Nun yang menyebut presiden RI sebagai Firaun tersebut, Saya memang sedikit kecewa apalagi setelah menonton video klarifikasi beliau yang menyebut bahwa saat menyebut Jokowi sebagai Firaun, Luhut sebagai Haman dan Anthony Salim sebagai Qorun beliau sedang kesambet. Kesambet sendiri dalam terminologi Jawa sering diartikan sebagai keadaan sedang kerasukan atau tidak sadar. Sehingga bisa dikatakan apa yang diucapkan saat itu diluar kontrol nalar Cak Nun.

Hal itulah yang menurut Saya pribadi Cak Nun harus lebih bijaksana, dalam kacamata Saya seharusnya Cak Nun jika memang merasa bersalah seharusnya legowo meminta maaf kepada orang-orang yang telah beliau sebut sebagai Firaun, Haman maupun Qorun. Sebagai seorang tokoh panutan banyak kalangan, alangkah baiknya jika beliau juga lebih berhati-hati dalam mengeluarkan statemen. Apalagi di negeri ini akhir-akhir ini banyak sekali muncul friksi khususnya yang ditimbulkan akibat perbedaan pilihan politik.

Cak Nun harus bisa menjadi tokoh yang mampu menyejukkan hati semua golongan, sebagai penengah jika terdapat perbedaan antar golongan serta mampu menjadi teladan bagi segenap warga negara Indonesia. Semoga kejadian yang menimpa Cak Nun akan menjadi pembelajaran berharga bagi siapa saja khususnya bagi tokoh negara ini dalam berkata-kata dan berpendapat

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun